Latar Belakang
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai
gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam
atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk
mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara ( air borne
infection ). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas
disamping sesak, mengi, dan sakit dada.
Tetapi, batuk juga bisa sebagai penyebab penyakit ataupun
memang penyakit yang disebabkan oleh virus contohnya. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman dan pengetahuan yang benar mengenai penggunaan jenis obat batuk
terhadap jenis batuk yang diderita.
Penyakit Batuk
Menurut Weinberger (2005) batuk
merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk
membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat
lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan
sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
Batuk
merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk
membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat
lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga
mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
Batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya terjadi akibat
respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama kucing.
Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma, postnasal
drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup,
dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks
gastro-esofagus atau terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting
enzyme). Selain itu, paralisis pita suara juga bisa mengakibatkan batuk
akibat daripada kompresi nervus laryngeus misalnya akibat tumor.
Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena
paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga
menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga
menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum,
sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga,
perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks
fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu.
Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar
jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan :
1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran
nafas.
2. Mengeluarkan benda asing atau sekret
yang abnormal dari dalam saluran nafas.
Batuk menjadi tidak
fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali
merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang
merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada
penularan penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah
satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada.
Sering kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam
pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi
batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan
penderita batuk.
Gejala dan
Penyebab Batuk
Gejala Batuk
1.
Demam yang tinggi disertai otot tubuh
yang kaku
2.
Bersin-bersin dan hidung tersumbat
3.
Sakit tenggorokan
Penyebab
Batuk
3.
Alergi
4.
Asma atau tuberculosis
5.
Benda asing yang masuk kedalam saluran
napas
Mekanisme
Batuk
Pada
dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu: :
1. Fase iritasi
1. Fase iritasi
Iritasi
dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar,
atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan
batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus,
rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada
fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot
abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat,
sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal
ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan
diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan
volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan
keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat
serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi
Fase
ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan
intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan
pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat
terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan
tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada
fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain.
Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal
yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang
sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam
saluran nafas atau getaran pita suara.
Jenis-Jenis Batuk
Batuk berdasarkan Produktivitasnya
Berdasarkan
produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu batuk
berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif).
1.
Batuk berdahak (batuk produktif)
Batuk berdahak
ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak dapat terjadi
karena adanya infeksi pada saluran nafas, seperti influenza, bronchitis, radang
paru, dan sebagainya. Selain itu batuk berdahak terjadi karena saluran nafas
peka terhadap paparan debu, polusi udara, asap rokok, lembab yang berlebihan
dan sebagainya.
2.
Batuk kering (batuk non produktif)
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam
saluran nafas, suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa sakit pada
tenggorokan. Batuk kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus pada
saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi (seperti debu, asap rokok dan
perubahan suhu) dan efek samping dari obat (misalnya penggunaan obat
antihipertensi kaptopril).
Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya
Berdasarkan
waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu batuk akut, batuk
sub akut dan batuk kronis.
1.
Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3
minggu. Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya penyempitan saluran
nafas akut dan adanya infeksi virus atau bakteri.
2.
Batuk Subakut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 – 8
minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut saluran
pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya kerusakan epitel pada saluran
nafas.
3.
Batuk Kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi
lebih dari 8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya
penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis, bronchitis dan
sebagainya.
Undang-Undang
Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat Nomor 1 memuat
ketetapan mengenai obat-obat yang masuk kedalam daftar obat “W” dan pengertian
tentang obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter jika penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
-
Obat tersebut hanya boleh dijual dengan
bungkus asli danri pabriknya atau pembuatnya.
-
Pada penyerahannya oleh pembuat atau
penjual harus mencantumkan tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan
memuat tulisan pemberitahuan berwarna putih.
Penandaan
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983, tanda khusus untuk obat
bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda khusus harus dilekatkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah
dikenali.
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI, obat yang ditetapkan sebagai obat bebas Penggolongan Obat Batuk
Obat batuk dapat dibagi menurut
titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu :
1.
Zat-zat Sentral (Antitusif)
Obat-obat ini
menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan
mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek
menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan
adiksi dan non-adiksi.
a.
Zat-zat adiktif
Yang termasuk
zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat opioid,
yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau morfin.
Berhubungan obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus
hati-hati dan untuk jangka waktu yang singkat.
b.
Zat-zat non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah
noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk, misalnya
prometazin dan difenhidramin.
2.
Zat-zat Perifer
Obat-obat ini
bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a. Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat
merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan. Obat ini bekerja melalui
suatu refleks dari lambung yang menstimulasi batuk. Sekresi dahak yang bersifat
cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap
sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium klorida,
gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang.
b. Mukolitik
Mukolitk ialah obat
yang dapat mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Mukolitik memiliki
gugus sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak
yang kental sekali. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah
menjadi lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari
epitel. Tetapi pada umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu,
misalnya pada perokok atau akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini
adalahasetilkarbosistein, mesna, bromheksin, danambroxol.
c. Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan
memperlicin tenggorokan agar tidak kering, serta memperlunak selaput lendir
yang teriritasi. Zat-zat yang sering digunakan adalah sirup (thymi dan
altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar
manis), permen, pastilles isap, dan sebagainya.
Contoh-contoh Obat Batuk
A.
Zat-zat
pereda sental (Antitusif)
1.
Keodein
(F.I): metilmorfin, *Codipront
Alkaloida candu ini memiliki sifat
menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan meredakan batuknya jauh lebih
lemah, begitu pula efek depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak
digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit, biasanya dikombinasi
dengan asetosal yang memberikan efek potensiasi. Dosis analgetis yang efektif terletak di anatara 15 – 60 mg.
Sama dengan morfin, kodein juga dapat membebaskan histamine
(histamine-liberator).
Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan
terbatas pada obstipasi, mual dan muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak
kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dalam dosis tinggi dapat
menimbulkan efek sentral tersebut. Walaupun kurang hebat dan lebih jarang
daripada morfin, obat ini dapat pula mengakibatkan ketagihan.
Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd
10-40 mg dan maksimum 200 mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40
mg.
2.
Noskapin
Alkaloida candu alamiah ini tidak
memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk dalam
kelompok benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya (papaverin dan
tebain). Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat
diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini
banyak digunakan dalam berbagai sediaan obat batuk popular.
Noskapin tidak bersifat analgetis
dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan
hipotensi (selewat) pada dosis besar.
Efek sampingnya jarang terjad dan
berupa nyeri kepala, reaksi kulit, dan perasaan lelah letih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4
kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari.
3.
Dekstrometofan: methoxylevorphanol,
Detusif, *Romilar/exp, *Benadryl DMP
Derivat-fenantren
ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein, tetapi
bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau
adiktif. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak.
Pada peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP.
Efek
sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu,
pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus.
Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6
tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.
B.
Antihistamin
1.
Prometazin: (phenargen exp)
Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan
batuk berkat sifat sedative dan antikolinergik yang kuat.
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan
buang air kecil dan akomodasi pada manula.
Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas
1 tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg.
2.
Oksomemazin
Adalah derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya
antikolinergiknya lemah.
Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg
sehari, 2-5 tahun 10-20 mg sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
3.
Difenhidramin (Benadryl)
Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat
hipnotis-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi
dapat menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender
karena efek antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg
C.
Muskolitik
1.
Asetilsistein (Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni Mengurangi
kekentalan / viskositas sekret dengan memecah ikatan disulfida pada
mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk. Mekanisme ini
paling baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH.
Efek Samping: Reaksi
hipersensitivitas (bronkospasme, angioedema, kemerahan, gatal), hipotensi /
hipertensi (kadang-kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat,
arthralgia, pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac /
respiratory arrest.
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2
dd 600 mg granulat, anak-anak n2-7 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100
mg, Sebagai antidotum keracunan paracetamool , oral 150 mg/kg berat badan dan
larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam
2.
Bromheksin
Mekanisme
aksinya yakni Bromheksin merupakan secretolytic agent, yang
bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum
sehingga mukus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer, kemudian
memfasilitasi ekspektorasi.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala,
berkeringat, kulit kemerahan. Batuk atau bronkospasme pada inhalasi
(kadang-kadang). Mual, muntah, diare dan efek samping pada saluran cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg
(Klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 – 8 mg. Tergantung dari usia.
D.
Ekspektoran
1.
Kaliumiodida
Iodida
menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya, tetapi
sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif.
Efek
Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne, juga hiperkaliemia(
pada fungsi ginjal buruk).
Dosis:
Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.
2.
Amoniumklorida
Berdaya
diuretic lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah.
Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat
dan gerakkan bulu getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga
meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan sirop batuk,
misalnya obat batuk hitam.
Efek
Sampingnya : Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan
lambung (mual, muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa.
Dosis
: oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya.
3.
Guaifenesin
( Gliserilguaiakolat, Toplexil)
Digunakan
sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan bentuk popular. Pada dosis
tinggi bekerja merelaksasi otot seperti mefenesin.
Efek
Samping : Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat dikurangi bila diminum
dengan segelas air.
Dosis:
Oral 4-6 dd 100-200 mg.
E.
Emolliensia
1.
Succus
Liquiritiae
Obat ini
banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari sediaan obat batuk guna
mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek
Samping : Pada doosis Tinggidari 3 g sehari berupa nyeri kepala, udema, dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat efek mineralalokortikoid dan
hipernatriema dari asam glycyrrizinat
Tips
Menggunakan Obat Batuk yang Efektif
Jika
batuk Anda
|
Pilihlah
yang mengandung
|
Contoh
obat
|
Kering
(tanpa disertai dahak)
|
Antitusif
|
Dekstrometorfan, atau noskapin
|
Disertai
dahak
|
Ekspektoran
|
Bromheksin, gliseril guaiakolat
(GG, atau guaifenesin), ambroksol, karbosistein, atau ammonium klorida
|
Akibat
alergi dan disertai dengan hidung meler
|
Antihistamin
|
Difenhidramin, klorfeniramin
(CTM), doksilamin, feniramin, atau tripolidin
|
Disertai
dengan napas yang tidak lega
|
Dekongestan
|
Fenil propanol amin, efedrin,
pseudoefedrin, etilefedrin, atau fenilefrin
|
No comments:
Post a Comment