1.
Latar Belakang
Gerakan
social atau gerakan massa, atau dapat juga disebut gerakan informal, merupakan
fenomena penting dalam sejarah pertumbuhan dan kemajuan bangsa-bangsa. Hampir
semua peristiwa besar dan mengubah sebuah tatanan, baik itu politik, ekonomi
maupun social budaya, sering kali bermula dan mendapat momentum melalui sebuah
gerakan social.
Gerakan sosial itu menurut perspektif politik juga dikenal
dengsn sebutan people power. Salah satu contohnya adalah Perancis. Perubahan
yang terjadi kala itu berewal dari revolusi sosial yang berbentuk gerakan
massa, yang dikenal dengan revolusi Perancis 1789. Pada saat itu, rakyat
berbondong-bondong melawan kesewenangan yang dilakukan oleh raja, dan
meruntuhkan penjara bastille, yang merupakan lambang kekeuasaan otoriter.
Bastille jatuh, berikut dengan dieksekusinya Louis VI dan Antoniette. Setelah
menjadi revolusi penting, kemudian Perancis berubah haluan, dari negara yang
menganut sistem monarki absolut, berubah menjadi negara yang demokratis.
2.
Gerakan
Sosial
1.
Pengertian
Gerakan social (social movement) adalah aktifitas
social berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok
informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara
spesifik berfokus pada suatu isu-isu social atau politik dengan melaksanakan,
menolak atau mengkampanyekan sebuah perubahan social. Selain itu gerakan social
juga merupakan perilaku kolektif yang ditandai dengan kepentingkan bersama dan
tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun untuk mempertahankan
masyarakat dan institusi yang ada didalamnya.
Gerakan
social tidak bersifat terus-menerus karena memiliki siklus hidup kurang lebih
sebagai berikut: diciptakan, tumbuh, pencapaian sasaran akhir atau berikut kegagalannya,
terkooptasi dan kehilangan semangat.
2.
Macam-macam
Gerakan Sosial
Ada bermacam macam gerakan sosial. Meskipun semua ini
diklasifikasikan sebagai jenis gerakan yang berbeda dan sebuah gerakan tertentu
mungkin mengandung elemen-elemen lebih dari satu jenis gerakan.
a.
Gerakan
Protes
Gerakan protes adalah gerakan yang bertujuan mengubah
atau menentang sejumlah kondisi sosial yang ada. Ini adalah jenis yang paling
umum dari gerakan sosial di sebagian besar negara industri. Di Amerika Serikat,
misalnya, gerakan ini diwakili oleh gerakan hak-hak sipil, gerakan feminis,
gerakan hak kaum gay, gerakan antinuklir, gerakan perdamaian. Gerakan protes
sendiri masih bisa diklasifikasikan menjadi dua, gerakan reformasi atau gerakan
revolusioner. Sebagian besar gerakan protes adalah gerakan reformasi, karena
tujuannya hanyalah untuk mencapai reformasi terbatas tertentu, tidak untuk
merombak ulang seluruh masyarakat.
Gerakan reformasi merupakan upaya untuk memajukan
masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan ini, misalnya,
menuntut adanya kebijaksanaan baru di bidang lingkungan hidup, politik luar
negeri, atau perlakuan terhadap kelompok etnis, ras, atau agama tertentu.
Gerakan mahasiswa 1998 di Indonesia termasuk dalam kategori ini. Sedangkan
gerakan revolusioner adalah bertujuan merombak ulang seluruh masyarakat, dengan
cara melenyapkan institusi-institusi lama dan mendirikan institusi yang baru.
Gerakan revolusioner berkembang ketika sebuah
pemerintah berulangkali mengabaikan atau menolak keinginan sebagian besar
warganegaranya atau menggunakan apa yang oleh rakyat dipandang sebagai
cara-cara ilegal untuk meredam perbedaan pendapat. Seringkali, gerakan
revolusioner berkembang sesudah serangkaian gerakan reformasi yang terkait
gagal mencapai tujuan yang diinginkan. Gerakan mahasiswa 1998 belum mencapai
tahapan ini.
b.
Gerakan
Regresif atau disebut juga Gerakan Resistensi
Gerakan Regresif ini adalah gerakan sosial yang
bertujuan membalikkan perubahan sosial atau menentang sebuah gerakan protes.
Misalnya, adalah gerakan antifeminis yang menentang perubahan dalam peran dan
status perempuan. Contoh lain adalah gerakan moral, yang menentang tren ke arah
kebebasan seksual yang lebih besar. Bentuk gerakan regresif yang paling ekstrem
adalah Ku Klux Klan dan berbagai kelompok neo-Nazi, yang percaya pada supremasi
kulit putih dan mendukung dipulihkannya segregasi rasial yang lebih ketat.
c.
Gerakan
Religius
Gerakan religius dapat dirumuskan sebagai gerakan
sosial yang berkaitan dengan isu-isu spiritual atau hal-hal yang gaib
(supernatural), yang menentang atau mengusulkan alternatif terhadap beberapa
aspek dari agama atau tatanan kultural yang dominan. Kategori luas ini mencakup
banyak sekte, bahkan mencakup sejumlah gereja yang relatif terlembagakan, yang
juga menentang beberapa elemen dari agama atau kultur yang dominan.
d.
Gerakan
Komunal atau ada juga yang menyebut Gerakan Utopia
Gerakan komunal adalah gerakan sosial yang berusaha
melakukan perubahan lewat contoh-contoh, dengan membangun sebuah masyarakat
model di kalangan sebuah kelompok kecil. Mereka tidak menantang masyarakat
kovensional secara langsung, namun lebih berusaha membangun
alternatif-alternatif terhadapnya. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Seperti: membangun rumah kolektif, yang secara populer dikenal sebagai komune
(communes), di mana orang tinggal bersama, berbagi sumberdaya dan kerja secara
merata, dan mendasarkan hidupnya pada prinsip kesamaan (equality).
e.
Gerakan
Perpindahan.
Orang yang kecewa mungkin saja melakukan perpindahan.
Ketika banyak orang pindah ke suatu tempat pada waktu bersamaan, ini disebut
gerakan perpindahan sosial (migratory social movement). Contohnya: migrasi
orang Irlandia ke Amerika setelah terjadinya panen kentang, serta kembalinya
orang Yahudi ke Israel, yang dikenal dengan istilah Gerakan Zionisme.
f.
Gerakan
Ekspresif
Jika orang tak mampu pindah secara mudah dan mengubah
keadaan secara mudah, mereka mungkin mengubah sikap. Melalui gerakan ekspresif,
orang mengubah reaksi mereka terhadap realitas, bukannya berupaya mengubah realitas
itu sendiri.
Gerakan ekspresif dapat membantu orang untuk menerima
kenyataan yang biasa muncul di kalangan orang tertindas. Meski demikian, cara
ini juga mungkin menimbulkan perubahan tertentu. Banyak ragam gerakan
ekspresif, mulai dari musik, busana, sampai bentuk yang serius, semacam gerakan
keagamaan dan aliran kepercayaan. Lagu-lagu protes pada tahun 1960-an dan awal
1970-an diperkirakan turut menunjang beberapa reformasi sosial di Amerika.
g.
Kultus
Personal
Kultus personal biasanya terjadi dalam kombinasi
dengan jenis-jenis gerakan lain. Gerakan sosial jenis ini berpusat pada satu
orang, biasanya adalah individu yang kharismatis, dan diperlakukan oleh anggota
gerakan seperti dewa. Pemusatan pada individu ini berada dalam tingkatan yang
sama seperti berpusat pada satu gagasan. Kultus personal ini tampaknya umum di
kalangan gerakan-gerakan politik revolusioner atau religius.
3.
Faktor
Penyebab Gerakan Sosial
Penjelasan yang sering dikemukakan mengaitkan gerakan
sosial dengan deprivasi ekonomi dan social seperti yang telah dikemukakan oleh
Giddens (1990), Kornblum (1988), Light, Keller, dan Calhoun (1989). Menurut
penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan social karena menderita
deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya dibidang ekonomi
(seperti hilangnya peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
seperti sandang, pangan dan papan).
Para penganut penjelasan ini merujuk pada fakta bahwa
gerakan social dalam sejarah didahului dengan deprivasi yang disebabkan oleh
factor seperti kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok. Beberapa ahli orang
sosiolog, seperti misalnya James Davies kurang sependapat dengan penjelasan
deprivasi semata-mata. Mereka mununjuk pada fakta bahwa gerakan sosial sering
muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi.
Oleh sebab itu dirumuskanlah penjelasan yang memakai
konsep deprivasi korelatif. James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat
kepuasan masyarakat meningkat terus, namun mungkin saja terjadi kesenjangan
antara harapan masyarakat dengan adanya keadaan nyata yang dihadapi seperti
kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yang diinginkan masyarakat dengan apa
yang diperoleh secara nyata. Kesenjangan ini dinamakan kesenjangan korelatif.
Apabila kesenjangan ini mulai semakin melebar sehingga melewati batas toleransi
masyarakat, misalnya karena pertumbuhan ekonomi dan sosial diikuti dengan
kemacetan atau bahkan kemunduran mendadak. Faktor Penyebab Gersospol, menurut
Rafael Raga Maran (2001) ada dua pendekatan yang menyebabkan gerakan social
politik.
a.
Pendekatan
konflik (Banyak diilhami pemikiran Karl Marx. Kelas bawah merasa diekploitir
oleh majikan, mereka tetap miskin namun majikan tetap kaya. Kelas pekerja
menemukan kesadaran sosial, berintrekasi, dan bersatu menggulingkan kapitalisme
untuk mencapai cita-cita masyarakat komunis: sama rasa-sama rata. Tapi
pendekatan ini, menurut James Davies tidak selamanya harus berakhir dengan
masyarakat komunis, bisa juga masyakarat modern, dll.).
b.
Pendekatan
mobilisasi sumber daya
·
Kesadaran
bahwa perubahan sosial yang menjadi cita-cita gerakan sosial sangat ditentukan
oleh mobilisasi sumber daya yang meliputi faktor struktural, ketersediaan
sumber daya khusus, jaringan relasi, dll.
·
Ketidakpuasan
atau kekurangan diyakini bersifat konstan dan bisa menimpa seluruh masyakarat modern,
kapitalis, dan komunis.
Kartasapoetra
dan Kreimers (1987)
1.
Keadaan
gelisah atau kacau.
2.
Mendapatkan
daya gerak dari ketidakpuasan kehidupan sekarang.
3.
Mendapatkan
daya gerak dari keinginan mewujudkan sistem kehidupan baru.
Robert
Mirsel (2004)
1.
Adanya
interpretasi individu dan kolektif terhadap masalah-masalah sosial yang harus
diatasi bersama (teori ketegangan sosial).
2.
Gerakan
masyarakat diyakini memajukan demokrasi dan persamaan (teori pilihan rasional)
.
3.
Gerakan
masyarakat diyakini mendorong proses pembentukan identitas kolektif baru (teori
psikologi sosial).
Faktor Umum
Penyebab Gerakan Sosial Politik.
·
Faktor
Internal
1.
Ketidakpuasan
2.
Frustasi
3.
Gelisah
4.
Persamaan
nasib
5.
Keyakinan
kerja sama mengadakan perubahan
6.
Status.
·
Faktor
Ekternal
1.
Eksploitasi
elit/kelas
2.
Daya tarik/bayangan
sistem kehidupan baru
3.
Identitas
kolektif baru
4.
Demokrasi
5.
Ideologi
baru
6.
Sistem
politik, sosial, ekonomi baru.
A.
Partai
Politik
1.
Pengertian
Mendefinisikan
pengertian partai politik bukanlah pekerjaan yang mudah, karena para ahli yang
mempelajari partai-partai politik cenderung memiliki pandangan yang
berbeda-beda. Secara umum partai politik didefinisikan sebagai suatu kelompok
yang teroganisir dengan tujuan memperoleh jabatan-jabatan pemerintahan.
Selain
pengertian umum tersebut ada pula beberapa pengertian partai politik menurut
pandangan beberapa ahli politik.
a.
Carl J.
Friederich
Partai
politik adalah suatu kelompok manusia yang diorganisasikan secara stabil dengan
tujan mengamankan atau memelihara penguasaan para peminpinya atas suatu
pemerintahan dengan demikian dapat memberikan anggota-anggotanya
keuntungan-keuntungan serta kelebihan-kelebihan ideal dan material.
b.
R.H Soltou
Partai
poitik adalah suatu kelompok warga Negara yang lebih terorganisir yang
bertindak sebagai suatu unit politik dan yang berdasrkan penggunaan kekuatan
voting, mereka bermaksud mengontrol pemerintah dan melaksanakan kebijakan-kebijakan
umum mereka.
2.
Fungsi
partai politik
a.
Partai
politik sebagai sarana komunikasi politik
Fungsi ini
terkait erat dengan peranan partai politik sebagai penghubung antara rakyat dan
pemerintah. Dalam hal ini suatu partai politik dituntut untuk mampu melakukan
komunikasi vertical. Tetapi untuk itu, partai politik pertama-tama hendaknya
mampu menjadi wahana berlangsungnya komunikasi horizontal. Yang dimaksud adalah
komunikasi antar warga atau antar kelompok dalam suatu masyarakat. Melalui
proses komunikasi horizontal berbagai pendapat dan aspirasi politik yang
berkembang dikalangan masyarakat luas dapat diserap dan ditampung oleh para
peminpin partai politik yang bersangkutan. Mereka ini yang kemudianmerumuskan
secara baik dan benar pendapat-pendapat serta aspirasi-aspirasi tersebut, untuk
selanjutnya disalurkan ke pemerintah.
b.
Partai
politik sebagai sarana sosialisai politik
Sosialisasi politik merupakan suatu
transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial dalam
kaitannya dengan politik, agar mampu berpartisipasi efektif dalam kehidupan
politik fungsi yang diharapkan dari partai politik untuk melakukan fungsi
sosialisasi politik, pada kebanyakan negara Eropa Barat dan Amerika Utara
dijalankan dengan baik. Namun realisasi
politik di Indonesia berbeda kebanyakan
partai politik yang ada tidak melakukan fungsi sosialisasi politik. Kebanyakan
partai berbasis pada masa yang mengembang,di mana massa diperlukan hanya pada
saat pemilihan legislatif ( akan ) dilakukan.
Sosialisasi politikmerupakan
kegiatan yang berbiaya tinggi, karena untuk melaksanaknan pelan massa, menarik
massa untuk berkumpul, dan membujuk massa untuk betah menerima nilai dan
pandangan partai harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, oleh sebab itu
sukar diramalkan kemenangan suatu partai politik pada suatu daerah pemilihan
dikarenakan visi, misi, tujuan, platform, agenda dan program.
c.
Partai
politik sebagai sarana partisipasi politik
Partisipasi politik merupakan turut
ambil bagian, ikut serta, atau berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang ,
berhubungan dengan kekuasaan (power), kewenangan (authority), kehidupan publik
(public life), pemerintahan (gofermment), negara (state), konflik dan resolusi
konflik (conflict and conflict resolution), kebijakan (policy), pengambilan
keputusan (decision making), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation). Jika partai politik diharapkan sebagai sarana partisipasi
politik, maka partai politik seyogianya menciptakan suatu mekanisme di mana
kebijakan dan pengambilan keputusan para anggota legislatif dari partainya
mengikutsertakan aspirasi, keinginan dan harapan para konstituen, simpatisan, dan
kader partai mereka.
Dengan kata lain, semua
kebijakan dan pengambilan keputusan
partai berbasis aspirasi dan suara rakyat. Sehingga kedaulatan rakyat
tersebut masih berada di tangan rakyat. Jika tidak, kedaulatan rakyat direduksi
di tangan orang atau kelompok yang mewakili rakyat. Apbila hal yang disebutkan
terakhir itu terjadi, maka penyalahgunaan kekuasaan rakyat (abuse of power)
dilakukan oleh orang yang dipercayai oleh rakyat.
Aturan perundangan tidak
pernah diciptakan untuk mengatur terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang
dilakukan oleh orang tua atau kelompok yang mewakili rakyat tersebut. Tidak ada
aturan yang mengatur untuk mencabut mandat rakyatkepada wakil rakyat oleh
rakyat, kecuali tercabut dengan sendirinya karena masa jabatannya habis.
d.
Partai
politik sebagai sarana perekrutan politik
Perekeutan politik merupakan suatu
proses melakukan pemilihan, pengangkatan dan penetapan sehingga seseorang atau
kelompok orang untuk jabatan politik dan
pemerintahan. Semua partai politik melakukan proses perekrutan politik.
Adapun di indonesia, proses perekrutan politik dilakukan oleh kebanyakan partai
hanya ada pada saat menjelang pemilihan umum
e.
Partai politik sebagai sarana persuasi dan
represi politik
Persuasi
adalah suatu proses mempengaruhi orang lain, sehingga melakukan, melaksanakan
atau mengubah sesuatu seperti yang diharapkan oleh pemberi pesan ( pemgirim /
sumber ).
Represi politik merupakan suatu proses
tekanan terhadap orang lain sehingga melakukan, melaksanakan/mengubah sesuatu
seperti yang diharapkan oleh pelaku pembuat tekanan ( partai politik ). Sebagai
Sarana Mobilisasi Politik. Mobilisai politik merupakan proses pengerahan massa
dalam proses-proses politik.
f.
Partai
politik sebagai Sarana Mobilitas sosial
Mobilitas
sosial merupakan suatu proses gerakan naik turun individu atau kelompok dalam
suatu penjenjangan sosial (hierarki sosial).
g.
Partai
politik sebagai Kendaraan Politik
Kendaraan
politik menunjuk suatu proses dimana seseorang melakukan, suatu perjalanan
politik, ingin bersaing untuk mendapatkan jabatan politik sebagai gubernur,
bupati atau gubernur, membutuhkan suatu kendaraan. Kendaraan tersebut berupa
partai politik yang memiliki representasinya di parlemen. Dalam fenomena
perpolitikan di indonesia, terdapat dua jenis kendaraan politik yaitu kendaraan
pribadi dan kendaraan sewa. Kendaraan pribadi merupakan partai politik yang
hanya bisa digunakan oleh anggota atau kaderpartai politik itu sendiri. Jika
ingin dipakai, maka kendaraan tersebut disenergikan dengan kendaraan lain sehingga
kendaraan yang ada bisa digunakan secara utuh untuk menuju persaingan merebut
posisi jabatan gubernur, bupati atau walikota.
Adapun kendaraan sewa merupakan partai politik yang bisa
digunakan oleh siapa saja oleh penyewa. Siapa penyewa yang bisa menggunakannya
tergantung penawaran yang dilakukan. Semakin tinggi tawaran yang diberikan,
maka semakin besar kemungkinan seseorang memperoleh kendaraan tersebut.
Konsekwensi logis dari itu adalah loyalitas terhadap partai yang mencalonkan
sangat tipis, bahkan tidak ada sama sekali. Karna para penyewa beranggapan
bahwa mereka telah menyawa kendaraan, setelah sampai ke tujuan, yaitu kedudukan
sebagai gubernur, bupati, atau walikota. Maka putuslah hubungan antara penyewa
dan pemilik kendaraan alias partai politik.
h.
Partai
pollitik sebagai Bunker Politik
Bunker
politik dimaksud disini adalah suatu tempat perlindungan terhadap terpaan dan
kosekuensi aktivitas politik sebagai politisi atau pejabat publik seperti
materi, gubernur, bupati, wali kota, atau anggota parlemen. Partai politik
sebagai bunker politik telah lama
berkembang di rebuplik ini.
3.
Terbentuknya
Partai Politik
a.
Atas
Dasar Primordialisme
Latar belakang primordialisme dapat
menjadi dasar pembentukan tipologi partai politik yaitu :
1.
Partai
Kelas Sosial
Partai dibentuk oleh persamaaandalam kelas sosial
tertentu. Partai terbentuk oleh karena masyarakat membedakan antara kelas
pekerja sehingga terbentuklah partai buruh dengan kelas aristokrat sehingga
muncullah partai konservatif.
2.
Partai
Bagama
Partai dikonstruksi atas dasar kesamaan dalam agama
tertentu.
3.
Partai
Etnisitas
Partai dibangun atas kesamaan
etnisitas seperti suku bangsa, bahasa,
daerah/regionalitas atu budaya tertentu.
b.
Atas Dasar Rujukan Agama
Secara khusus rujukan agama dapat pula
dijadikan sebagai dasar pembentukan suatu tipologi partai politik.
1.
Partai
Agama
Partai politik dibangun atas dasar
rujukan agama yang dianut oleh masyarakat. Tujuan dibangunnya partai jenis ini
adalah untuk memperjuangkan ideologi dan kepentingan agama mereka dalam
konstilasi politik yang ada. Dalam perkembangannya antara partai agama dengan
bukan partai agama tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Misalnyaa antara
partai agama kristen CDU dan partai sosialis SDP di jerman tidak terlihat
perbedaan yang sangat berarti.
Pada suatu waktu mereka melakukan
koalisi. Demikian juga dengan beberapa partai agama di indonesia, juga tidak
tampak perbedaannya antara satu dengan yang lainnya. Bahkan antara partai yang
mengaku berbasis agama, misalnya, tidak berbeda dengan partai
yang tidak menggunakan label agama, terutama berkait dengan perilaku individual
anggotanya di parlemen. Perbedaan antara partai yang berbasis agama dan bukan
agama akan terlihat bila di parlemen dibicarakan tentang rancangan
undang-undang yang terkait atau berhubungan dengan isu agama. Sehingga terkesan
bahwa ideologi agama tersebut sekedar cantelan.
2.
Partai
Sekuler
Pada negara sekuler di mana identitas
keagamaan tidak boleh ditampilakan di ruang publik tertentu, maka partai yang
boleh di hadiri di sana adalah partai yang tidak menghubungkan antara
agama dan negara. Neegara yang relatif
keras menganut sekuler adalah negara-negara komunis dan perancis.
3.
Partai
Netral
Partai netral melihat bahwa ideologi
agama tidak begitu signifkan diangkat menjadi ideologi partai. Agama dipandang
perlu di perlukan namun bukan satu-satunya perlu diperhatikan.bagai mana posisi
agaama pada negara akan berpengaruh pada bagaimana partai politik memosisikan
agama . pada negara yang menegaskan sekuler merupakan ideologi negara, maka simbol
agama di ruang publik diharapkan minimal.dengan demikian suatu hal yang di tabu apabila partai mencantumkan agama
sebagai ideologi partai. Adapun jika tidak ada penegasan konstitusional bahwa
sekuler merupakan negara , maka dimungkinkan agama digunakan ideologi oleh
partai politik, sebaliknya jika secara konstitusional dinyatakan bahwa agama
merupakan ideologi agama, maka partai tidak akan mencantumkan sekuler sebagai
ideologi partai. Namun bisa saja muncul partai netral seperti yang dikemukakan
di atas pada negara sekuler maupun negara berideologi agama.
( Dari Berbagai Sumber )
No comments:
Post a Comment