1.
Manajemen
Kata
manajemen mungkin bukan lagi kata yang asing bagi kita, sebab hampir di setiap
kegiatan keseharian kita perlu yang namanya manajemen baik itu disadari atau
tidak disadari. Secara bahasa kata manajemen berasal dari bahasa Ingris yaitu
“kata kerja to manage berarti control yang dalam bahasa Indonesia diartikan
mengendalikan, menangani, atau mengelola ”.
Hampir
semua kegiatan sehari-hari kita perlu yang namanya manajemen karena tanpa
manajemen yang baik maka bisa dipastikan kegiatan yang kita lakukan tersebut
akan berantakan, hal tersebut terlihat dari luasnya cakupan disiplin ilmu
manajemen misalnya saja manajemen bisnis, manajemen keuangan, manajemen rumah
tangga dan lain-lain.
Salah
satu hal yang membutuhkan sentuhan manajemen agar bisa berjalan dengan baik dan
tujuannya dapat tercapai adalah sekolah sebab sekolah merupakan salah satu
lembaga yang mengemban tugas untuk menghasilkan generasi muda penerus bangsa
yang berkualitas, cerdas, beriman dan bertanggung jawab.
Perkembangan
dinamis aplikasi manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang manajemen.
Semula, manajemen yang berasal dari
bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara
umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan
atau “act of running and controlling a business” (Oxford, 2005). Selanjutnya
definisi manajemen berkembang lebih lengkap.
Manajemen
kemudian diartikan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu untuk
mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu system yang bersifat
sosio-ekonomi-teknis; dimana system adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri
dari bagian-bagian yang berhubungan secara organik; dinamis berarti bergerak,
berkembang ke arah suatu tujuan; sosio (social) berarti yang bergerak di dalam
dan yang menggerakkan sistem itu adalah manusia; ekonomi berarti kegiatan dalam
sistem bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia; dan teknis berarti dalam
kegiatan dipakai harta, alat-alat dan cara-cara tertentu (Kadarman, 1991).
Dengan
demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang niscaya untuk memudahkan
pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola berbagai sumberdaya
organisasi, seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya secara
efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.
2.
Urgensi
Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan
Kepekaan
melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama
untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan
dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan.
Pada
titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika
melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi
pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka
secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan
organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing
pendidikan.
Untuk
menuju point education change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh, maka
manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan
pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun masih
terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam
pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional,
sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas.
Jika
manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan
lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme
tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga
kekerasan dalam pendidikan.
Manajemen
dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses
(aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan
empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam
penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi
hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan.
a. Planning
Satu-satunya
hal yang pasti di masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan
adalah perubahan, dan perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa
depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Mondy
dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan
apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan.
Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang
berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan
staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David,
2004).
Dalam
dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui
perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be
considered as the vehicle for accomplishment of system change”. Tanpa
perencanaan sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda.
Dalam
sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan lingkungan
menghendaki atau menuntut bahwa suatu keseimbangan baru perlu diciptakan dalam
organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial,
satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri
ialah pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan.
Dalam
konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga pendidikan,
diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah
orang yang berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan
perencanaan sebaiknya melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan tersebut dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan.
Menurut
Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus dalam
manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan, diantaranya:
-
Merinci tujuan dan menerangkan kepada
setiap pegawai/personil lembaga pendidikan.
-
Menerangkan atau menjelaskan mengapa
unit organisasi diadakan.
-
Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan
pembagian dan pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
-
Menetapkan kebijaksanaan umum, metode,
prosedur dan petunjuk pelaksanaan lainnya.
-
Mempersiapkan uraian jabatan dan
merumuskan rencana/sekala pengkajian.
-
Memilih para staf (pelaksana),
administrator dan melakukan pengawasan.
-
Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan
hasil kerja (kinerja), pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.
-
Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya
(uang) material dan tempat.
-
Menyiapkan anggaran dan mengamankan
dana.
-
Menghemat ruangan dan alat-alat
perlengkapan.
b. Organizing
Tujuan
pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas
dan hubungan wewenang. Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan
pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan
orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu
yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian fungsi
manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi
tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan),
menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan
mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).
Dalam
konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial
yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang
diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur
yang terpadu dalam suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat,
baik tujuan, personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang,
metode, fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial
budaya.
Sutisna
(1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan menggunakan
tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam
organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan seakan-akan
menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru dapat
dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya:
1)
Menyusun struktur kelembagaan,
2)
Mengembangkan prosedur yang
berlaku,
3) Menentukan persyaratan bagi instruktur
dan karyawan yang diterima,
4) Membagi
sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan.
c. Actuating
Dalam
pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek
yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai
dan dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu sendiri.
Menurut
Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan sebagai seni atau proses untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan
sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk mempengaruhi
dan mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin bertugas untuk
memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam
suatu entitas atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah
komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kapasitas kemampuan yang dimiliki.
Pemimpin
juga harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya. Ketika
pemimpin telah berhasil membawa organisasinya mencapai tujuannya, maka saat itu
dapat dianalogikan bahwa ia telah berhasil menggerakkan organisasinya dalam
arah yang sama tanpa paksaan.
Dalam
konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada gilirannya bermuara pada
pencapaian visi dan misi organisasi atau lembaga pendidikan yang dilihat dari
mutu pembelajaran yang dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil
lembaga pendidikan.
Soetopo
dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan
untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan
secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan
harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian
wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama
yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.
Ada
tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan Blanchard (1988)
-sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005) dalam bukunya Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam- yang berlaku umum bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan
lembaga pendidikan, yaitu:
Technical skill-ability to use knowledge, methods,
techniques and equipment necessary for the performance of specific tasks
acquired from experiences, education and training.
Human skill-ability and judgment in working with and
through people, including in understanding of motivation and an application of
effective leadership.
Conceptual
skill-ability to understand the complexities of the overall organization and
where one’s own operation fits into the organization. This knowledge permits
one to act according to the objectives of the total organization rather than
only on the basis of the goals and needs of one’s own immediate group.
d. Controling
Sebagaimana
yang dikutif Muhammad Ismail Yusanto (2003), Mockler (1994) mendifinisikan
pengawasan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi
kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi;
untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan
itu; menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan
tersebut; dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan
efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.
Dalam
konteks pendidikan, Depdiknas (1999) mengistilahkan pengawasan sebagai
pengawasan program pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus
diterapkan sebagai berikut:
-
Pengawasan yang dilakukan pimpinan
dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para instruktur
atau staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan.
-
Bantuan dan bimbingan diberikan secara
tidak langsung. Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri,
sedangkan pimpinan hanya membantu.
-
Pengawasan dalam bentuk saran yang
efektif
-
Pengawasan yang dilakukan secara
periodik.
3 Efektifitas Manajemen dalam Lembaga
Pendidikan
Dalam
ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan pendidikan
haruslah berorientasi pada efektivitas terhadap segala aspek pendidikan baik
dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif syariah).
Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang manajemen pendidikan:
a. Manajemen Kurikulum
) Mengupayakan efektifitas perencanaan
) Mengupayakan efektifitas pengorganisasian
dan koordinasi
)
Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
) Mengupayakan efektifitas
pengendalian/pengawasan
b. Manajemen Personalia
Manajemen
ini berkisar pada staff development (teacher development), meliputi:
) Training
) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
) Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
c. Manajemen Siswa
)
Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
) Pembinaan Siswa (Pengelompokkan,
Kenaikan Kelas, Penentuan Program, Ekskul)
)
Pemberdayaan OSIS
d. Manajemen Keuangan
Dalam
keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan pada prinsip:
efektivitas, efisiensi dan pemerataan .
e. Manajemen Lingkungan
Urgensi
manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam merangkul seluruh
pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan
pendidikan. Manajemen ini berupaya mewujudkan cooperation with Society dan
stake holder identification.
Berdasarkan
uraian singkat ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sekolah merupakan sebuah lembagga
pendidikan formal yang melakukan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
pengajar kepada murid, serta memiliki jenjang mulai jenjang pendidikan dasar
sampai jenjang pendidikan tinggi untuk memcetak lulusan yang berkualitas,
cerdas, beriman, mandiri, bertanggung jawab, dan bermanfaat dalam masyarakat.
2. Manajemen sekolah merupakan sebuah
kegiatan untuk mengelola segala hal yang memiliki kaitan dengan sekolah untuk
mencapai tujuan yang telah dicita-citakan, mulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan.
3. Cakupan garapan dari manajemen sekolah
cukup luas, mulai dari bidang materi/benda seperti pengarsipan dokumen sekolah,
bidang personalia seperti administrasi guru, dan bidang kurikulum seperti perumusan
silabus.
( Dari Berbagai
Sumber )
No comments:
Post a Comment