Pelajaran Bahasa Indonesia terdiri
dari empat aspek keterampilan atau
kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu : aspek menyimak atau
mendengarkan,berbicara,membaca dan menulis.Penulis dalam penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, terhadap konsep pembelajaran
yang sulit dipahami oleh siswa kedalam konsep pembelajaran yang lebih mudah
dipahami oleh siswa dengan menggunakan Penelitian Tidakan Kelas (PTK) yang
terdiri dari dua siklus dan empat langkah yaitu : Perencanaa, Pelaksanaan,
Pengamatan dan Refleksi.
Berdasarkan
Analisis dengan menggunakan metode Sosiodrama berdampak positif terhadap
peningkatan kemampuan mendengarkan dan dapat memotivasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar, serta metode ini dapat dijadikan metode alternatif pembelajaran Bahasa
Indonesia. Sehingga memacu siswa untuk bertanya kepada guru serta aktif dalam
proses pembelajaran berlangsung dikelas. Hal tersebut menunjukan bahwa setelah
diadakan Perbaikan Pembelajaran Siswa semakin meningkat dan memahami materi
yang disampaikan oleh guru tentang materi Cerita Rakyat yang ditampilkan Siswa
oleh masing-masing kelompok, ini terbukti adanya peningkatan Nilai Hasil
Formatif serta Ketuntasan Belajar Siswa pada setiap Siklusnya.
Sekolah adalah Lembaga atau tempat mendidik, mengajar, dan
menstranformasikan Ilmu Pengetahuan kepada Siswa.Dalam Hal Kegiatan Belajar
Mengajar, Guru seharusnya sebelum melakukan pembelajaraan di kelas, terlebih
dahulu harus menyaiapkan semua Perangkat Pembelajaraan atau Program pengajaran
(Prota, Promes, Silabus dan RPP) merupakan acuan agar pembelajaraan dikelas
berjalan efektif dan berhasil. Program pengajaran kemudian diterjemahkan oleh tenaga pendidik dalam metode
dan strategi pengajaran di kelas
Berdasarkan keputusan Mendikbud Nomor
054/U/1993 tentang tujuan pengajaran di
Sekolah Dasar pada intinya adalah 1)Membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat. ; serta
2)Mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan sekolah ke jenjang
pendidikan selanjutnya.Oleh sebab itu untuk
mengakomodasikan perbedaan sasaran, maka perlu adanya program pengajaran yang
dapat mencapai sasaran tersebut.
Tujuan dari Pembelajaraan Bahasa Indonesia di SD yaitu menekankan
hasil kegiatan peserta didik berupa pengetahuan dan kemampuan berbahasa yang terdiri
dari beberapa aspek : 1)Menyimak
atau Mendengarkan 2)Berbicara 3)Membaca 4)Menulis.
Untuk meningkatkan prestasi pelajaran Bahasa Indonesia berbagai cara telah
ditempuh oleh pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional antara lain
dengan meningkatkan kualitas guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia
melalui pembinaan dan pelatihan guru melalui lembaga diklat dan atau
instansi terkait lainnya. Disamping itu juga pemerintah melakukan pengadaan
kelengkapan sarana belajar melalui pemberian buku paket mata pelajaran Bahasa
Indonesia agar tecipta peningkatan proses belajar mengajar diantaranya yang
menghasilkan interaksi timbal balik antara guru dan siswa.
Beberapa hal
yang sering terjadi selama Pembelajaran memiliki keterkaitan dengan masalah ini
antara lain: pada waktu guru membahas pelajaran Bahasa Indonesia, rata-rata siswa kelas V terlihat kurang bergairah, kurang adanya respon, enggan bertanya maupun
memberi pendapat. Solusi nyata dalam rangka
peningkatan prestasi pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya bersumber dari pembelajaran yang ada di kelas, dan dalam hal
ini guru memiliki peran yang amat penting. Di SDN Cipinang Kecamatan Pamarayan
Kabupaten Serang, harus diakui bahwa hasil belajar siswa terhadap mata
pelajaran Bahasa Indoensia masih belum maksimal, hanya memperoleh nilai 70 yang
mengalami ketuntasan belajar . Selama ini guru hanya memberikan pembelajaran
berupa penjelasan sesuai petunjuk buku pelajaran Bahasa Indonesia di depan kelas dan kemudian memberikan tugas
rumah bagi siswa.
Disekolah
pada saat siswa mengalami kesulitan guru jarang memiliki waktu untuk memberikan
jawaban yang memuaskan siswa. Sehingga beberapa siswa merasa tidak puas pada
jawaban guru selanjutnya dampaknya kelas akan menjadi pasif. Terlebih lagi
dengan beberapa kekecewaan ada beberapa siswa telah mengalami penurunan
kepercayaan terhadap guru.
Kurang maksimalnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Cipinang
Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang dari tahun sebelumnya disebabkan oleh beberapa faktor ektern dan
intern yaitu antara lain: metode
mengajar guru, hubungan antara guru dan siswa, penghargaan, kritikan, teguran,
umpan balik, dan aktivitas belajar serta
minat sendiri. Untuk mengatasi masalah
tersebut, guru harus segera mengambil langkah-langkah pembelajaran yang tepat
sesuai dengan metodologi pendidikan.
Berdasarkan
beberapa penjelasan di atas, dimana lebih kurang 60 %
waktu anak cenderung mendengarkan guru atau menonton anak mengerjakan tugas di papan tulis dan jarang
ada yang melibatkan siswa supaya aktif pada proses pembelajaran, seperti tanya
jawab, diskusi, pemecahan persoalan yang dilontarkan guru dan lain-lain. Maka guru harus mampu menggunakan metode
pembelajaran yang dapat memacu belajar siswa, sehingga pelaksanaan pembelajaran
bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pengertian
Belajar dan Prestasi Belajar
Belajar
adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di
sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di
hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan
akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Dengan
demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat
dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Pembelajaran
mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang
mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum,
dan fasilitas pembelajaran.
Sedangkan
secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut :
Trebuchet
MS, sans-serif;">Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran
sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku
yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi
hadiah dan atau reinforcement (penguatan).
Teori
Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa
yang sedang dipelajari.
Teori
Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan
materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah
mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
Teori
Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada
siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
Menurut
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa
“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dari
berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan
guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.
Proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber
pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan
yang ada dalam kurikulum, sumber
pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Metode Sosiodrama
Metode
sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang
mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam
pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio
atau sosial dan drama. Kata drama adalah
suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik
kejiwaan, pergolakan,benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang
dimainkannya, misalnya berperan sebagai guru, anak yang sombong,orang tua dan
sebagainya.Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama”
yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang
masalah-masalah hubungansosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan
guru.
Melalui metode ini guru ingin
mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama.
Jadi Metode Sosiodrama adalah metode
pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan
lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk me mecahkanya.
1.
Jenis
Metode Sosiodrama
Adapun
jenis metode sosiodrama adalah :
a.
Permainan
Penuh Permainan penuh dapat digunakan untuk proyek besar yang tidak dibatasi
waktu dan sumber. Permainan penuh ini merupakan alat yang sangat baik untuk
menangani masalah yang kompleks dan kelompok yang berhubungan dengan masalah
itu. Permainan mungkin asli atau disesuaikan dengan situasi, untuk memenuhi
permintaan distributor komersial atau organisasi perjuangan, keagamaan, sosial,
pendidikan, industri, dan professional.Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan”(Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2007, cet ke-2), hal.159
b.
Pementasan
situasi atau kreasi baru
Teknik ini mungkin setingkat dengan permainan penuh, tetapi dirancang
hanya untuk memainkan sebagian masalah atau situasi.Bentuk permainan drama
memerluka n orientasi awal dan diskusi tambahan atau pengembangan lanjutan
kesimpulan dengan menggunakan metode lain. Pementasan situasi dapat digunakan
untuk memerankan kembali persidangan pengadilan, pertemuan dan persidangan
badan legislative.
c.
Playlet
Playlet adalah jenis permainan drama ketiga. Playlet
meliputi kegiatan berskala kecil untuk menangani masalah kecil atau bagian
kecil dari masalah besar. Jenis ini dapat digunakan secara tunggal atau untuk mengemas
pementasan masalah yang menggunakan metode lain, atau serangkaian playlet dapat
digunakan bersama untuk menggambarkan perkembangan masalah secara bertahap.
d.
Blackout
Blackout adalah jenis permainan drama yang ke empat.Jenis
ini biasanya hanya meliputi dua atau tiga orang dengan dialog singkat mengembangkan
latar belakang secukupnya dalam pementasan yang cepat berakhir.
2.
Langkah-Langkah
Metode Sosiodrama
Keberhasilan proses permainan peran sangat tergantung pada kecerdasan
dan kemampuan pimpinan membantu pemain dalam menjalankan peran mereka. Pimpinan
di sini bisa ketua organisasi, ketua pertemuan, atau anggota kelompok yang
menguasai proses permainanperan. Kegiatan permainan peran itu sendiri
sebenarnya menjadi salah satu langkah dari proses permainan peran. Langkah yang
lain berfungsi mempersiapkan pemain dan pengamat, atau membantu menginterpretasikan
permainan. Permainan peran sebagai proses pendidikan meliputi beberapa langkah.
Pimimpin harus menguasai setiap langkah dan memberitahukannya kepada anggota
kelompok.
Langkah-langkah yang biasa berhubungan dengan proses permainan
peran antara lain :
1.
Menentukan
Masalah
Partisipan
kelompok dalam memilih dan menentukan masalah sangat diperlukan. Masalah harus
signifikan dan cukup dikenal oleh pemain maupun pengamat. Masalah harus valid,
jelas,dan sederhana sehingga peserta dapat mendiskusikan secara
rasional.Diperlukan kehati-hatian untuk menghindari masalah yang dapat mengungkapkan
isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan permainan peran. Dalam hal
ini, baik pengamat maupun pemain harus benar-benar mengerti permasalahannya.
Sebagai contoh, petani penyewa mencoba meyakinkan tuan tanah untuk membantu
mereka membeli benih unggul untuk meningkatkan produksi.Membentuk Situasi.
Desain peran yang dimainkan atau situasi tergantung pada hasil yang diinginkan.
Kehati-hatian perlu diambil untuk menghindari
situasi yang kompleks, yang mungkin mengacaukan perhatian pengamat dari masalah
yang dibahas. Situasi harus memberikan sesuatu yang nyata kepada pemain dan
kelompok, dan dapat saat yang sama
memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang diinginkan.
2.
Membentuk
Karakter
Keberhasilan proses permainan peran sering ditentukan oleh
peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang akan dimainkan harus dipilih
secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan memberikan sumbangan untuk mencapai
tujuan pertemuan. Biasanya,permainan peran melibatkan peran yang sedikit. Pemain
yang terbaik harus dipilih untuk setiap peran. Peran-peran harus diberikan
kepada mereka yang mampu membawakannya dengan baik dan mau melakukannya. Orang
tidak seharusnya dipaksa memainkan suatu peran, tidak pula harus diminta untuk
memainkan peran yang mungkin membuat bingung setelah penyajian.
3.
Mengarahkan
Pemain
.Permainan
yang spontan tidak memerlukan pengarahan. Akan tetapi, permainan peran yang
terencana memerlukan pengarahan dan perencanaan yang matang. Penting bagi pemain
untuk dapat memainkan perannya pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan
yang diinginkannya. Pengarahan diperlukan untuk memberitahukan tanggungjawab
mereka sebagai pemain. Pengarahan mungkin dilakukan secara resmi atau tidak
resmi, tergantung situasi dan pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus
dikatakan atau dilakukan.
4.
Memahami
Peran
Biasanya,suatu
hal yang baik bagi pengamat untuk tidak mengetahui peran apa yang sedang
dimainkan. Permainan harus diatur waktunya secara hati-hati dan spontan.
Penting untuk diketahui, apabila ada beberapa pemain, hendaknya mereka mulai
bermain pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang sama pula, yaitu ketika
permainan dihentikan.Menghentikan/memotong. efektifitas permainan peran mungkin
sangat berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan berlangsung
terlalu lama. Pengaturan waktu sangat penting. Permainan peran yang lama tidak
efektif, jika sebenarnya hanya diperlukan beberapa menit untuk memainkan peran
yang diinginkan.Permainan harus dihentikan sesegera mungkin setelah permainan dianggap
cukup bagi kelompok untuk menganalisis situasi dan arah yang ingin dimabil.
Dalam beberapa kasus, perminan dapat dihentikan apabila kelompok sudah dapat
memperkirakan apa yang akan terjadi jika permainan tetap diteruskan, dan
permainan harus dihentikan jika pemain mengalami kebuntuan yang disebabkan penugasan
atau pengarahan yang kurang memadai.
5.
Mendiskusikan
dan menganalisis permainan
Langkah
terakhir ini harus menjadi “pembersih”. Jika peranan dimainkan dengan baik,pengertian
pengamat terhadap masalah yang dibahas akan semakin baik.Diskusi harus lebih
difokuskan pada fakta dan prinsip yang terkandung daripada evaluasi pemain.
Suatu ide yang baik, jika membiarkan pemain mengekspresikan pandangan mereka
terlebih dahulu. Ada saatnya bagi pengamat untuk menganalisis, yaitu setelah
pemain mengekspresikan diri.Ketua mempunyai tanggungjawab untuk menyimpulkan
fakta yang telah disajikan selama permainan peran dan diskusi, dan merumuskan kesimpulan
untuk pemecahan masalah.
Dalam
melaksanakan strategi ini agar berhasil dengan efektif maka perlu mempertingkan
langkah-langkah :
a.
Guru
harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkanstrategi ini, bahwa dengan
jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang
aktual ada di masyarakat, maka kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan
berperan, masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya.
Dan siswa yang lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.(Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran ..., hal.120-122)
b.
Guru
harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak.
Ia mampu menjelaskan dengan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha
memecahkan masalah itu.
c.
Agar
siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa meneceritakan sambil untuk
mengatur dengan adegan yang pertama.
d.
Bila
ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru
harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya. Bila tidak ditunjuk saja
siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang
diperankan itu.
e.
Jelaskan
pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya sehingga mereka tahu tugas perannya,
menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog.
f.
Siswa yang tidak turut hasil menjadi penonton
yang aktif, disamping mendengarkan dan melihat mereka harus bisa memberi saran
dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama selesai.
g.
Bila
siswa belum terbiasa perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam
dialog.
h.
Setelah dalam situasi klimaks, maka harus
dihentikan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara
umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai
permainan,dan sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui
jalan buntu.
i.
Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi
yang akan disimulasikan.
j.
Guru
menetapkan pemain yang akan diterlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh para pemeran, serta waktu
yang disediakan.
k.
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang
terlibat dalam pemeranan simulasi.
6.
Pelaksanaan
Simulasi
a.
Simulasi
mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b.
Para
siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c.
Guru
hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan
Simulasi hendaknya dihentikan pada
saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan
masalah yang sedang disimulasikan.
Kelebihan
Metode Pembelajaran Sosio Drama
a. Mengajarkan
siswa menjadi percaya diri
b. Melatih
kemapuan siswa untuk berpikir
c. Mencari
informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain
d. Memotivasi
siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan
membandingkan
dengan ide temannya
e. Membantu
siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah dan juga
menerima perbedaanya
Kelemahan
Metode Sosio Drama
a. Sering
terjadi keributan dikelas. Kondisi ini dapat diatasi dengan cara guru
mengkondisikan kelas atau kegiatan pembelajarannya dilakukan diluar kelas di
aula atau ditempat yang terbuka
b. Banyak
siswa yang tidak mau apabila disuruh untuk bekerjasama dengan siswa yang lain
c. Perasaan
kekhawatiran pada anggota kelompok akan menghilangkan karakteristik atau
keunikan pribadi mereka sendiri karena harus menyesuaikan dengan kelompok.
Banyak siswa takut akan tugas-tugas tidak terbagi secara merata dengan
anggota kelompoknya.( dari berbagai sumber )
No comments:
Post a Comment