KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai mobilitas sosial.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Objek Ilmu
sosial adalah masyarakat. Fenomena sosial yang disebut dengan istilah mobilitas
kini telah menjadi sasaran penelitian sosial yang semakin menarik.
Keinginan untuk mencapai status dan
penghasilan yang lebih tinggi dari apa yang pernah dicapai oleh orang tua
seseorang, merupakan impian setiap orang. Keinginan-keinginan itu adalah
normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas.
Pada
masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena keinginan untuk
pencapaian status sosial maupun penghasilan yang lebih tinggi. Hal
tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya
kesejahterahan hidup. Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi
pada masyarakat tidak hanya bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan
tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa direncanakan. Pada kesempatan kali
ini penulis akan membahas dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah mobilitas sosial dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apakah
pengertian mobilitas sosial?
2. Apa
sifat dasar mobilitas sosial?
3. Apa
saja bentuk-bentuk dari mobilitas sosial?
4. Apa
konsekuensi mobilitas sosial?
5. Apa faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilitas sosial?
6. Apa
saluran mobilitas sosial?
7. Bagaimana
dampak dari adanya mobilitas sosial?
C. Batasan
Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas
berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata
sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan
seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas Sosial
(Gerakan sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan
status dan peran anggotanya
Jadi,
mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari
lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang gur yang tidak puas
dengan pendapatannya beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha
properti dan berhasil dengan gemilang.
B. Sifat Dasar Mobilitas
Sosial
Masyarakat
yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas
yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah
masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Pada
masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial karena
kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan
dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak
memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam
sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada usaha dan
kemampuan individu. Memang benar bahwa anak seorang camat mempunyai peluang
yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang penjual tomat. Akan
tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak penjual
tomat untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula
dipunyainya.Seperti Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dll. Namun kenyataan
tidaklah seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan,
misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang baik), biaya,
kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat, dan lain sebagainya
C. Bentuk-bentuk Mobilitas
Sosial
Dilihat
dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas
sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas
sosial vertikal dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social
climbing.
Sedangkan
mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas sosial antar wilayah
(geografis) dan mobilitas antar generasi.
1. Mobilitas
vertikal
Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang tidak sederajat (berbeda). Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :
Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang tidak sederajat (berbeda). Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :
a. Mobilitas
vertikal keatas (Social Climbing)
Sosial
climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau
kedudukan seseorang
Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
v Naiknya orang-orang berstatus sosial
rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia.
Contoh: A adalah dosen biasa di salah satu Perguruan Tinggi, karena memenuhi
persyaratan, ia diangkat menjadi dekan fakultas
v Terbentuknya suatu kelompok baru yang
lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada.
Adapun
penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :
Ø Melakukan peningkatan prestasi
kerja
Ø Menggantikan kedudukan yang kosong akibat
adanya proses peralihan generasi
b. Mobilitas
vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial
sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses
sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada
perubahan pada hak dan kewajibannya.
Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
v Turunnya kedudukan seseorang ke
kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan
tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
v Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan
sebagai lapisan sosial. Contoh Kepala daerah yang disenangi masyarakat karena
kedermawanannya akhirnya dipecat karena terbukti melakukan
korupsi.
Penyebab
sosial sinking adalah sebagai berikut.:
Ø Berhalangan tetap atau sementara.
Ø Memasuki masa pensiun.
Ø Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan
diturunkan atau di pecat dari jabatannya.
2. Mobilitas horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Mobilitas sosial
horizontal dibedakan dua bentuk :
a. Mobilitas
sosial antar wilayah/ geografis. Gerak sosial ini adalah perpindahan individu
atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi,
dan migrasi.
b. Mobilitas
antargenerasi. Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu,
dan seterusnya.
Mobilitas
antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan mobilitas
intergenerasi.
a. Mobilitas
intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam satu generasi yang sama.
b. Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan
status atau kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi.
Mobilitas
intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Mobilitas
intergenerasi naik. Contoh: Bapaknya seorang kepala sekolah, anaknya seorang
direktur
b. Mobilitas intergenerasi turun. Contoh :
Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat dan anaknya sebagai kepala
desa.
D. Konsekuensi
Mobilitas Sosial
Terjadinya
mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik
positif maupun negatif.
Beberapa studi mengemukakan
bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang mencemaskan, seperti
misalnya gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing (alienasi)
dan keterpencilan sosial (social distance). Namun demikian, penyebab dan
akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti itu
dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi
individu maupun masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta
masyarakat bersistem terbuka, masih dapat diperdebatkan[3]
Apabila
individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas sosial mampu
menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hal
posiitif sebagai konsekuensi mobilitas sosial, antara lain:
a. mengalami
kepuasan, kebahagiaan dan kebanggaan.
b. Peluang mobilitas sosial juga berarti
kesempatan bagi individu atau kelompok individu untuk lebih maju.
c. Kesempatan
mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang untuk mau bekerja keras,
mengejar prestasi dan kemajuan sehingga dapat meraih kedudukan yang
dicita-citakan.
Apabila
individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi
baru, maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
1. Konflik
antar-kelas
Konflik
ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya konflik
antara majikan dengan buruh yang menghendaki kenaikan upah.
2. Konflik
antar-kelompok
Konflik antar-kelompok (konflik horizontal)
bisa melibatkan ras, etnisitas, agama atau aliran/golongan. Konflik jenis ini
dapat terjadi karena perebutan peluang mobilitas sosial, misalnya kesempatan
memperoleh sumber-sumber ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh
kekuasasan politik atau pengakuan masyarakat.
3. Konflik
antar-individu
Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya individu ke dalam
kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya lingkungan
organisasi atau seseorang tidak dapat menerima kehadiran seseorang yang
dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
4. Konflik
antar-generasi
Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas
antar-generasi. Fenomena yang sering terjadi adalah ketika anak-anak
berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi sosial orang
tuanya, timbul ethnosentrisme generasi. Masing-masing generasi –orang tua
maupun anak— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam
generasinya sendiri. Generasi anak memandang orang tuanya sebagai generasi yang
tertinggal, kolot, kuno, lambat mengikuti perubahan, dan sebagainya. Sementara
itu generasi tua mengganggap bahwa cara berfikir, berperasaan dan bertindak
generasinya lebih baik dan lebih mulia dari pada yang tumbuh dan berkembang
pada generasi anak-anaknya.
5. Konflik status dan konflik peran
Seseorang
yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih tinggi, atau
turun ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya
dengan kedudukannya yang baru.
Kesulitan
menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan menimbulkan konflik status
dan konflik peran.
Konflik
status adalah pertentangan antar-status yang disandang oleh seseorang karena
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status
yang disandang oleh seseorang.
Konflik
peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat melaksanakan peran sesuai
dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal ini dapat terjadi karena
statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai dengan kehendak
hatinya. Post Power Syndrome merupakan bentuk konflik peran
yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari kedudukannya yang tinggi.
E. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1. Faktor
Struktural
Faktor
struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus
diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya ketidakseimbangan jumlah
lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar kerja.
Faktor
struktural meliputi:
a. Struktur
Pekerjaan
Sebuah
masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri dengan teknologi canggih,
tentunya yang berstatus tinggi akan lebih banyak dibandingkan dengan yang
berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang berkedudukan rendah akan terpacu
untuk menaikkan kedudukan sosial ekonominya.
b. Perbedaan
Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat
fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan
erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau
rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang
akan berlangsung.
c. Ekonomi Ganda
Setiap negara yang menerapkan sistem
ekonomi ganda (tradisional dan modern) sebagaimana terjadi di negara-negara
Eropa dan Amerika, tentunya akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang
berstatus tinggi maupun yang rendah. Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan
sistem ekonomi ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan
dalam melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam masyarakat
seperti ini (modern) kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor
prestasi.
F. Saluran Mobilitas
Sosial
Pitirim
A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial mempunyai
saluran-saluran yang disebut social circulation sebagai
berikut:
1. Angkatan
bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh sebuah rezim
militer atau dalam keadaan perang.
2. Lembaga
keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang karena reputasinya
kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat nasional
3. Lembaga
pendidikan. Pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan
saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui
pendidikan orang dapat mengubah statusnya.
4. Organisasi
Politik. Seorang anggota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi
kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin
bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif
5. Perkawinan;
melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas
bangsawan.
6. Lembaga
Keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal,
meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang
sederajat
7. Organisasi
Ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa
umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai
mobilitas vertikal.
8. Organisasi
keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan
status nya ke strata yang lebih tinggi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi
seseorang atau kelompok orang dari strata sosial yang satu ke strata
sosial yang lain.
Masyarakat
yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas
yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah
masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial Faktor Struktural, Faktor individu, faktor
status sosial, faktor keadaan ekonomi, faktor situasi politik, faktor
kependudukan, dan faktor keinginan melihat daerah lain.
Dampak positif dapat memberikan motivasi,
dampak positif berupa konflik.
B. SARAN
Sebagai
manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran
sosial, namun sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti
dan menyadari mobilitas sosial atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu
saja dengan sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana
diri kita sendiri menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut
prestasi kita masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu
sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh duduk
diam dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan positif terhadap
perubahan positif yang ada di masyarakat.
Penulis
sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
www.Wikipedia.com/mobilitas sosial mayarakat pedesaan dan perkotaan
quranirabbani.blogspot.com/.../makalah-mobilitas-sosial
https://ml.scribd.com/doc/.../Makalah-Mobilitas-Sosial
No comments:
Post a Comment