Wednesday, November 19, 2014

mobilitas sosial



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai mobilitas sosial.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.         Latar Belakang
Objek Ilmu sosial adalah masyarakat. Fenomena sosial yang disebut dengan istilah mobilitas kini telah menjadi sasaran penelitian sosial yang semakin menarik.
            Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih tinggi dari apa yang pernah dicapai oleh orang tua seseorang, merupakan impian setiap orang. Keinginan­-keinginan itu adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena keinginan untuk pencapaian status sosial  maupun penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hidup. Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa direncanakan. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah mobilitas sosial dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian mobilitas sosial?
2.      Apa sifat dasar mobilitas sosial?
3.      Apa saja bentuk-bentuk dari mobilitas sosial?
4.      Apa konsekuensi mobilitas sosial?
5.      Apa  faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial?
6.      Apa saluran mobilitas sosial?
7.      Bagaimana dampak dari adanya mobilitas sosial?
C.     Batasan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A.         Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas Sosial (Gerakan sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang gur yang tidak puas dengan pendapatannya  beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha properti dan berhasil dengan gemilang. 

B.     Sifat Dasar Mobilitas Sosial
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial karena kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada usaha dan kemampuan individu. Memang benar bahwa anak seorang camat mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang penjual tomat. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak penjual tomat untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula dipunyainya.Seperti Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dll. Namun kenyataan tidaklah seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat, dan lain sebagainya
C.     Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas sosial vertikal  dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertikal dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social climbing.
Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas sosial antar wilayah (geografis) dan mobilitas antar generasi.
1.      Mobilitas vertikal
            Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang tidak sederajat (berbeda). Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :
a.        Mobilitas vertikal keatas (Social Climbing)
Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang
Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
v          Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh: A adalah dosen biasa di salah satu Perguruan Tinggi, karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi dekan fakultas
v          Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada.
Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :
Ø         Melakukan peningkatan prestasi kerja 
Ø         Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi
b.       Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
            Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
v          Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya. 
v          Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Kepala daerah yang disenangi masyarakat karena kedermawanannya akhirnya dipecat karena  terbukti melakukan korupsi. 
Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:
Ø         Berhalangan tetap atau sementara.
Ø         Memasuki masa pensiun. 
Ø         Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari jabatannya. 
2.        Mobilitas horizontal
           Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Mobilitas sosial horizontal dibedakan dua bentuk :
a.       Mobilitas sosial antar wilayah/ geografis. Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi. 
b.      Mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya.
             Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan mobilitas intergenerasi.
a.       Mobilitas intragenerasi adalah  mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama.
b.         Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi. 
Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Mobilitas intergenerasi naik. Contoh: Bapaknya seorang kepala sekolah, anaknya seorang direktur  
b.         Mobilitas intergenerasi turun. Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat dan anaknya sebagai kepala desa.
D.          Konsekuensi Mobilitas Sosial
Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif.
Beberapa studi  mengemukakan bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social distance). Namun demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem terbuka, masih dapat diperdebatkan[3]
          Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hal posiitif sebagai konsekuensi mobilitas sosial, antara lain:
a.       mengalami kepuasan, kebahagiaan dan kebanggaan.
b.         Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau kelompok individu untuk lebih maju.
c.       Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang untuk mau bekerja keras, mengejar prestasi dan kemajuan sehingga dapat meraih kedudukan yang dicita-citakan.
           Apabila individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi baru, maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
1.      Konflik antar-kelas
            Konflik ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya konflik antara majikan dengan buruh yang menghendaki kenaikan upah.
2.      Konflik antar-kelompok
            Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa melibatkan ras, etnisitas, agama atau aliran/golongan. Konflik jenis ini dapat terjadi karena perebutan peluang mobilitas sosial, misalnya kesempatan memperoleh sumber-sumber ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh kekuasasan politik atau pengakuan masyarakat.
3.      Konflik antar-individu
        Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya individu ke dalam kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat menerima kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
4.      Konflik antar-generasi
            Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas antar-generasi. Fenomena yang sering terjadi  adalah ketika anak-anak berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi sosial orang tuanya, timbul ethnosentrisme generasi. Masing-masing generasi –orang tua maupun anak— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam generasinya sendiri. Generasi anak memandang orang tuanya sebagai generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat mengikuti perubahan, dan sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap bahwa cara berfikir, berperasaan dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih mulia dari pada yang tumbuh dan berkembang pada generasi anak-anaknya.
5.         Konflik status dan konflik peran
            Seseorang yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih tinggi, atau turun ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan kedudukannya yang baru.
            Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan menimbulkan konflik status dan konflik peran.
            Konflik status adalah pertentangan antar-status yang disandang oleh seseorang karena kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status yang disandang oleh seseorang.
             Konflik peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Post Power Syndrome merupakan bentuk konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari kedudukannya yang tinggi.
E.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1.      Faktor Struktural
            Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar kerja.
          Faktor struktural meliputi:
a.       Struktur Pekerjaan
            Sebuah masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri dengan teknologi canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan lebih banyak dibandingkan dengan yang berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan kedudukan sosial ekonominya.
b.      Perbedaan Fertilitas
            Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi  atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang akan berlangsung.
c.         Ekonomi Ganda
            Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern) sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika, tentunya akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun yang rendah. Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam masyarakat seperti ini (modern) kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor prestasi.
F.      Saluran Mobilitas Sosial
            Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial  mempunyai saluran-saluran yang disebut social circulation sebagai berikut:
1.      Angkatan bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh sebuah rezim militer atau dalam keadaan perang.
2.      Lembaga keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang karena reputasinya kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat nasional
3.      Lembaga pendidikan. Pendidikan  baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya.
4.      Organisasi Politik. Seorang anggota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif 
5.      Perkawinan; melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas bangsawan.
6.      Lembaga Keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat 
7.      Organisasi Ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal. 
8.      Organisasi keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi
BAB III
PENUTUP
A.         KESIMPULAN
            Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang dari strata sosial  yang satu ke strata sosial  yang lain.
            Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
             Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial Faktor Struktural, Faktor individu, faktor status sosial, faktor keadaan ekonomi, faktor situasi politik, faktor kependudukan, dan faktor keinginan melihat daerah lain.
Dampak positif dapat memberikan motivasi, dampak positif berupa konflik.
B.     SARAN
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran sosial,  namun sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan menyadari mobilitas sosial atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana diri kita sendiri menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut prestasi kita masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan positif terhadap perubahan  positif yang ada di masyarakat.
              Penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA
www.Wikipedia.com/mobilitas sosial mayarakat pedesaan dan perkotaan  
quranirabbani.blogspot.com/.../makalah-mobilitas-sosial
https://ml.scribd.com/doc/.../Makalah-Mobilitas-Sosial

No comments:

Post a Comment