KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin
dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada
waktunya.
Penulisan
dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni
dan Budaya . Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Kebudayaan
Suku Bajau.
Dalam
penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada guru
pengajar kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami
menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah
berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.
Harap
kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna
bagi orang lain yang membacanya.
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Suku bangsa merupakan sekumpulan
masyarakat yang memiliki kebiasaan dan budaya yang sama. Bangsa Indonesia
terdiri lebih dari 300 suku bangsa. Sebagai contoh suku di Indonesia antara
lain Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Tengger, Suku Aceh, Suku Batak, Suku Asmat,
Suku Dayak, Suku Bali, Suku Sasak dan lain sebagainya. Dari semua suku tersebut
ada yang belum banyak mendapat pengaruh budaya lain mereka sering dikenal
sebagai suku terasing.Budaya dan kebudayaan adalah semua hasil olah cipta,
rasa, dan karsa manusia. Budaya ada yang berbentuk fisik dan ada yang berbentuk non fisik. Budaya yang
berbentuk fisik contohnya pakaian, rumah adat dan alat musik. Ada pula budaya
yang berbentuk non fisik contohnya kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau
tradisi dan pengetahuan.
Bangsa Indonesia terbagi atas ratusan
suku bangsa, yang masing-masing memiliki adat dan tradisi berbeda. Merekapun
mempunyai bahasa daerah yang berlainan, dengan ratusan dialek dan logat bahasa.
Jika dikelompokkan, diperkirakan
terdapat sekitar 200 sampai 250 bahasa daerah. Dari daftar sementara suku
bangsa di Indonesia yang dikumpulkan, diperkirakan terdapat sekitar 360
kelompok suku bangsa. Dilihat dari ras, penduduk Indonesia juga memiliki
beberapa ras. Ras didasarkan kepada persamaan ciri-ciri fisik dari kelompok
manusia. Manusia Indonesia yang termasuk ke dalam ras Mongoloid Melayu antara
lain orang Jawa, orang Minang, orang Menado, Orang Sunda dan lainnya. Namun
kelompok-kelompok yang berasal dari satu ras itu mengembangkan kebudayaan dan
bahasa yang berbeda-beda.
Demikian halnya dengan ras Melanesosid
yang ditemukan di Irian, terdiri dari banyak bahasa dan kebudayaan yang
berbeda-beda, padahal mereka berasal dari satu ras.
1.2.
Rumusan
Masalah
Yang
menjadi rumusan musalah dalah makalah ini adalah :
1. Sejarah
Suku Bajau
2. Kebudayaan
dan Kesenian Suku Bajau
3. Pengaruh
pada parawisata Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Suku Bajau
Suku Bajau atau yang sering disebut
orang Bajo adalah kelompok masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga
tersebar di berbagai wilayah Indonesia, yakni di sekitar pantai P. Sulawesi,
Kalimantan, Sumatera, Flores dan lain-lain. Di Sulawesi, orang Bajau bisa
ditemukan di Sulawesi Tenggara (Sultra) dan di Sulawesi Utara (Gorontalo). Di
Sultra, penduduk suku Bajau mencapai 300.000 jiwa yang tersebar di 105 buah
desa dari 34 buah kecamatan di pesisir pantai Kabupaten Kolaka, Kendari, Buton
dan Kabupaten Muna. Sementara di Sulut, mereka bisa ditemukan di Torosiaje,
Kepulauan Togian.
2.2. Kebudayaan
dan Kesenian Suku Bajau
Kesenian, kebudayaan, kraftangan dan
tarian merupakan satu warisan yang di perolehi oleh masyarakat bajau daripada
nenek moyang mereka. Keseniaan masyarakat bajau mempunyai kemahiran dalam
bidang ini. Seni ukiran dan kraftangan umpamanya, ukiran yang halus lagi
bercorak melambangkan kepakaran dalam mengukir, memahat pada batu-batu papan
hiasan rumah dengan jaga pembuatan barang-barang prebot rumah yang di ukir
sekaligus di pelbagaikan kegunanya daripada seni kepada kraf tangan yang
meanarik
Kehidupan orang Bajau umumnya
berlangsung di laut. Bahkan hidup itu sendiri bermula di laut. Sampai kini,
masih banyak wanita Bajau yang melahirkan anaknya di perahu. Sebagai pelaut,
ilmu mereka yang paling utama adalah ilmu mencari ikan, dan ilmu itulah yang
sampai sekarang masih banyak bertahan.
Berkat pergulatan mereka dengan laut
yang mendalam, orang Bajau bisa memperkirakan jenis ikan yang sedang berkeliaran
di suatu gerombolan karang hanya dengan mangamati bekas-bekas pergerakan dan
rerumputan laut yang dimakannya. Mereka juga ahli dalm mencari sumber ikan
besar, dengan berpegangan pada batu karang yang berada di dasar laut. Suku
Bajau termasuk kelompok etnis yang masih berada dalam kondisi ekonomi, sosial
dan budaya yang belum berkembang. Di antara mereka ada yang masih hidup secara
primitif dan bertempat tinggal di atas perahu kecil bersama istri, anak-anak
serta anggota keluarga lainnya. Namun tidak semua orang Bajau hidup seperti
itu.
2.3. Pengaruh
pada parawisata Indonesia
Keberadaan Suku bajau mempunyai
peranan yang yang penting dalam khazanah kebudayaan Indonesia. Buhan hanya itu
Keunikan Suku Bajau jika dilihat dari sisi kebudayaan dan keseniannya menjadi
daya tarik tersendiri dalam konteks keparawisataan di Indonesia.
Salah satu yang menjadi daya tarik
wisata pada suku bajau adalah seni budaya dan kerajinannya, seni ukir suku
bajau juga mendapat perhatian khusus dari sector parawisata. Biasanya seni
ukiran dan kraftangan ini mendapat sembutan yang lumayan daripada penduduk
setempat mahupun dari luar. Manakala dari segi kebudayaan dan tarian adalah
berkaitrapat. Kebudayaan masyarakat bajau di Semporna mempunyai pelbagai jenis.
Pesta regatta Lepa-Lepa umpama di iringi dengan tarian tradisional masyarakat
bajau iaitu Igal-Igal. Masyarakat bajau perpegang teguh kepada adapt
tradisional daripada nenek moyang mereka.
Oleh itu tidak hairanlah pelbagai
kebudayaan masyarakat bajau yang masih di amalkan hingga kini. Mag Durul salah
satunya budaya masyarakat bajau. Mag Durul dikenali sebagai membuat makanan
daripada beras yang di kisar untuk di buat maknan yang di kenali sebagaikuih
Durul’. Pasangan yang barun kawin kononnya mesti Mag Durul supaya mereka di
kurnikan anak di samping mendapat sberkat daripada nenek moyang. Begitu halnya
dengan tarian Igal-Igal masyarakat bajau di Semporna. Tarian Igal-Igal akan
menjadi santapan majlis perkhwinan, majlis pemimpin bersama rakyat dan
pertandingan Igal-Igal.
Generasi pelapis dari Komuniti Bestari
Kampung Ulu Putatan turut membuat
persembahan memalu muzik tradisi suku kaum Bajau pada
pembukaan Festival Betitik Sabah 2009 di Dataran Putatan, baru-baru
ini. (Gambar kanan) Penari dari lembaga kebudayaan membuat
persembahan yang bertenaga pada pembukaan Festival Betitik
Sabah 2009 di Dataran Putatan, baru-baru ini.
Bagaimanapun, kebudayaan suku kaum
Bajau kini semakin diminati dan dinas parawisatapun agresif mempromosikannya
kepada penduduk negeri mancanegara.
Terbaru, Festival Betitik telah
diadakan di Putatan membolehkan warga kota mengenali lebih dekat acara
kebudayaan tersebut.
Dianjurkan oleh Komuniti Bestari
Kampung Ulu, Ulu Seberang Putatan dan Pejabat Daerah Putatan dengan kerjasama
Lembaga Kebudayaan Sabah (LKS) dan Jabatan Penerangan Sabah. Lebih 10,000
pengunjung mengunjungi festival berkenaan yang diadakan selama tiga hari dan
kehadiran pelancong asing membuktikan betitik semakin popular di negeri ini.
Dalam bahasa Bajau, betitik bermaksud
memukul atau mengetuk alat muzik. Persembahannya tidak akan lengkap tanpa
disusuli dengan lagu dan tarian yang berbeza mengikut kawasan dan etnik.
Acara betitik masih popular terutama
ketika majlis keramaian dan perkahwinan khususnya di kawasan yang didiami oleh
majoriti penduduk dari kedua-dua etnik itu.
BAB III
PENUTUP
Suku Bajau adalah suku bangsa yang
tanah asalnya Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden
yang hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau menggunakan bahasa
Sama-Bajau. Selain itu, suku Bajau di bagi menjadi dua dialek di antaranya
adalah Bajau Sama’ dan Bajau Pala’u. Bajau Sama merupakan penduduk yang
beragama muslim sedangkan Bajau Pela’u menurut penduduk asli suku bajau mereka
mengatakan bahwa bajau pela’u adalah suku yang yang memiliki kepercayaan yang
masih bersifat animisme dan dinamisme (non muslim).
Suku Bajau sejak ratusan tahun yang
lalu sudah menyebar ke negeri Sabah (Malaysia) dan berbagai wilayah Indonesia.
Suku Bajau juga merupakan anak negeri di Sabah. Suku-suku di Kalimantan
diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada zaman prasejarah. Suku
Bajau yang Muslim ini merupakan gelombang terakhir migrasi dari arah utara
Kalimantan yang memasuki pesisir Kalimantan Timur yang meliputi Kabupaten
Berau, Samarida, Bontang, dan Tarakan, hingga Kalimantan Selatan dan menduduki
pulau-pulau sekitarnya.
Suku bajau lebih dahulu daripada
kedatangan suku-suku Muslim dari rumpun Bugis yaitu suku Bugis, suku Makassar,
suku Mandar. Kebebasan telah melekat di dalam kehidupan komunitas laut Bajau
Pela’u sejak masa leluhur. Mereka telah terbiasa hidup di atas perahu di
wilayah perairan tanpa mengenal batas administrasi suatu negara.
DAFTAR
PUSTAKA
http://satriawarung.blogspot.com/budaya-lokal-suku-bajau/htpm
madib.blog.unair.ac.id/.../etnografi-suku-bangsa-bajau
www.wisatanegeriku.com/kaum-bajau.html
ms.wikipedia.org/wiki/Bajau
No comments:
Post a Comment