KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin
dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada
waktunya.
Penulisan
dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran ipa.
Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai sistem Imunitas.
Dalam
penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada guru
pengajar kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami
menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah
berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.
Harap
kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna
bagi orang lain yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin
terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya.
Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba
patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun
tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan
untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam
oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress
emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif,
bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh,
dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama
melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan.
Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang
terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Imunitas
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi
sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons
imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap
bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan
menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba
lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan
sumber energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat
menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga
yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu.
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau
nonspesifik (nature innate/ native) dan didapat atau spesifik (adaptive/
acquired).
Mekanisme imunitas nonspesifik (sawar mekanis, fagosit,
sel NK dan sistem komplemen) memberikan pertahanan terhadap infeksi. Imunitas
spesifik (respons limfosit) timbul lebih lambat. Perbedaan-perbedaan antara
kedia sistem imun tersebut terlihat pada gambar dan tabel di bawah.
II.2 Respon
Imun
Respons imun adalah respons tubuh
berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk
mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai
macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan
sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh
terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan
spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik
disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah,
artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak
bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik
atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas didapat adalah
mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena
itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan
tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau
ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk.
Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan
antigen.
Pembagian di atas hanya dimaksudkan untuk memudahkan
pengertian saja. Sebenernya antara kedua sistem tersebut ada kerja sama yang
erat, yang satu tidak apat dipisahkan dari yang lain.
II.3 Sistem
Imun
Sistem imun adalah semua
mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai
perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam
lingkungan hidup
A. Fungsi sistem imun:
1.
Melindungi tubuh dari invasi
penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau
substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke
dalam tubuh .
2.
Menghilangkan jaringan atau sel
yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan.
3.
Mengenali dan menghilangkan sel
yang abnormal.
B. Tipe sistem imun.
Secara umum sistem imun manusia
terbagi dalam dua, yaitu : alamiah dan adaptif (spesifik). Sistem imun alamiah
terentang luas, mulai dari air mata, air liur, keringat (dengan pHnya yang
rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan asam neuraminik
(pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di dalamnya. Secara lebih
mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen
sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti IgA
(Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive protein
(CRP).
C. Mekanisme kerja
sistem imun
Keberadaan mikroba patogen
dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan memicu sistem imun
untuk melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi,
persuasi, dan represi.
Meskipun komplemen dapat
diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya
amatlah vital. Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa masalah untuk
selanjutnya mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah
dandipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh.
Setelah itu limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit
terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak
akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan
imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T
sitotoksik, dan T supresor.
D. Sel – sel sistem
imun
A. SEL-SEL IMUN
NON SPESIFIK
1. Sel Fagosit
Fagosit Agranulosit
Ø Sel
Monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana setelah matang
akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai fagosit
Ø Sel
makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam sirkulasi. Ada 2
golongan, yaitu:
ü Fagosit
professional: monosit dan makrofag yang menempel pada permukaan dan akan
memakan mikroorganisme asing yang masuk. Monosit dan makrofag juga mempunyai
resepto interferon dan Migration Inhibition Factor (MIF). Selanjutanya monosit
dan makrofag diaktifkan oleh Macrophage Activating Factor (MAF) yang dilepas
oleh sel T yang disensitasi.
ü Antigen
Presenting Cell (APC): sel yang mengikat antigen asing yang masuk lalu
meprosesnya sebelum dikenal oleh limfosit. Sel-sel yang dapat menjadi APC
antara lain: kelenjar limfoid, sel Langerhans di kulit, Sel Kupffer di hati,
sel mikrogrial di SSP dan sel B.
Fagosit Garnulosit
Ø Neutrofil
: mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen yang diaktifkan.
Ø Eosinofil:
eosinofil dapat dirangsang untuk degranulasi sel dimana mediator yang dilepas
dapat menginaktifkan mediator- mediator yang dilepas oleh mastosit/basofil pada
reaksi alergi. eosinofil mengandung berbagai granul seperti Major Basic Protein
(MBP), Eosinophil Cationic Protein (ECP), Eosinophil Derived Neurotoxin (EDN)þ & Eosinophil Peroxidase
(EPO) yang besifat toksik dan dapat menghancurkan sel sasaran bila
dilepas.
2. Sel Nol
Berupa Large Granular Lymphocyte
(LGL) yang terbagi dalam sel NK (Natural Killer) dan sel K (Killer). Sel NK
dapat membunuh sel tumor dengan cara nonspesifik tanpa bantuan antibody sedang
sel K merupakan efektor Antibody Dependent Cell (ADCC) ynag dapat membunuh sel
secara nonspesifik namun bila sel sasaran dilapisi antibody.
3. Sel Mediator
Basofil dan Mastosit:
melepaskan bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologic antara lain:
meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respons inflamasi.
Trombosit: berfungsi pada
homeostasis, memodulasi respons inflamasi, sitotoksik sebagai selefektor dan
penyembuhan jaringan.
B. SEL IMUN SPESIFIK
1. Sel T
Ø Petanda
Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan dengan yang lain,
beberapa macam sel T
Ø T11
: Penanda bahwa sel T sudang matang
Ø T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul
kelas II MHC dan T8 dalam pengenalankelas I MHC
Ø T3
: resptor yang diperlukan untukperangsangan sel T
Ø TcT
(Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang diperlukan untuk
menemukan pre T cell¥
Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T)
Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T)
Ø Petanda fungsional
Mitogen dan lectin merupakan
alamiah yang berkemampuan mengikat dan merangsang banyak klon limfoid untuk
proliferasi dan diferensiasi.
II.4 Tipe
Imunitas
Ø Imunitas
: alami dan di dapat
Ada dua tipe umum imunitas,
yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita). Setiap tipe imunitas
meaninkan peranann yang berbeda dalam mempertahankan tubuh terhadap para
penyerang yang berbahaya, namun berbagai komponen biasanya bekerja dengan cara
yang saling tergantung yang satu dengan yang lain.
ü Imunitas
alami
Imunitas alami merupakan
kekebalan yang non-spesifik yang di temukan pada saat lahir dan memberikan
respon non-spesifik terhadap setiap penyerang asing tampa memperhatikan
kompossisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme pertahanan aalami semata-mata
merupakan kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara diri
sendiri dan bukan diri sendiri.
Mekanisme alami semacam ini
mencakup :
a. Sawar ( barier) fisik
Mencakup
kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro organism pathogen dapat di
cegah agar tidak masuk kedalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius
bersama respon batuk serta bersin yuang bekerja sebagai filter dan membersihkan
saluran napas atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro organism
tersebut menginflasi tubuh lebuh lajut.
b. Sawar (barier) kimia
Mencakup
getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan
substansi dalam secret kelenjar sbasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara
non-spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus
dihadapi dengan cara interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier)
respon biologi yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami
yang diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya dari sistem
imun.
c. Sel darah putih ( leukosit)
Leukosit
granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit polimorfonuklear atau PMN
karena nukleusnya terdiri atas beberapa lobus) merupakan sel pertama yang tiba
pada tempat terjadinya inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit
.ain yang neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon
terhadap stress.
d. Respon
inflamasi
Merupakan
fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan sebagai reaksi terhadap
cidera jaringan atau mikro organism penyerang. Zat-zat mediator komia turut
membantu respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi mokro
organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan pembentukan
jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang cedera.
ü Imunitas
yang di dapat.
Imunitas
yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak di jumpai
pada saat lahir tetapi diperoleh dalam kehidupan seseorang. Imunitas didapat
biasanya terjadi setelah seseorng terjangkit penyakit atau mendapatkan
imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Ada dua tipe
imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas didapat yang aktif
, pertahanan imunologi akan dibetuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh
imunitas tersebut dan umumnya berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur
hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang di
transmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebala setelah menderita
sakit atau menjalani imunisasi.
II.5 Faktor
Yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun
A. Usia
1.
Penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginvasinya.
2.
Terganggunya produksi limfosit B dan T.
3.
Kulit tipis, tidak elastic, neuropati perifer, penurunan
sensitabilitas serta sirkulasi yang menyertainya ulkus statis dan dekubitus.
B. Gender
Ø Estrogen
1. Memodulasi
aktivitas limfosit T khususnya sel T supresor
2. Mengaktifkan
populasi sel-sel B berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5
3. Cenderung
menggalakkan imunitas, sedangkan androgen=imunosupresif
mempertahankan produksi IL-2 dan aktivitas sel T supresor
4. Androgen
5. Lebih
sering pada wanita terkait dengan estrogen
Ø Faktor-faktor
psikoneuro-imunologik
• Kelainan organ lain
• Obat-obatan
• Radiasi
II.6 Fisiologi
Reaksi Hipersensitifitas
Reaksi hipersensitif merujuk kepada
reaksi berlebihan , tidak diinginkan (menimbulkan ketidaknyamanan dan
kadang-kadang berakibat fatal) dari sistem kekebalan tubuh. Pada keadaan
normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada
aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan
mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut
reaksi hipersensitivitas.
Menurut Gell dan Coombs ada 4 tipe reaksi hipersensitif yaitu :
Menurut Gell dan Coombs ada 4 tipe reaksi hipersensitif yaitu :
1. Reaksi
hipersensitif tipe I atau reaksi anafilaktik.
2. Reaksi hipersensitif
tipe II atau sitotoksik.
3. Reaksi
hipersensitif tipe III atau kompleks imun.
4. Reaksi
hipersensitif tipe IV atau reaksi yang diperantarai sel.
Berdasarkan kecepatan reaksinya,
tipe I, II dan III termasuk tipe cepat karena diperantarai oleh respon humoral
(melibatkan antibodi) dan tipe IV termasuk tipe lambat.
II.7 Imunodefisiensi
Defisiensi Imun yaitu gangguan
fungsi sistem imun penyakit yang menyertai defisiensi.
1. Sel B
2. Sel T
3. Fagosit
4. komplemen
Infeksi bakteri rekuren seperti
otitis media, pnemumonia rekuren Kerentanan meningkat terhadap
virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri
yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik
Infeksi bakteri, autoimunitas.
§ PEMBAGIAN
DEFISIENSI SISTEM IMUN
1. DEFISIENSI
IMUN NONSPESIFIK
1.1 DEFISIENSI
KOMPLEMEN
Berhubungan dengan peningkatan
insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus Eritematosis Sistemik (LES).
Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri
yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun. Kebanyakan
defisiensi komplemen adalah herediter.
A. DEFISIENSI KOMPLEMEN KONGENITAL
Biasanya mengakibatkan infeksi
yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES.
B. DEFISIENSI KOMPLEMEN FISIOLOGIK
Defisiensi Ck, C7, dan C8
menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap septikemi meningokok dan gonokok
oleh karena lisis melalui jalur komplemen merupakan mekanisme kontrol utama. Defisiensi
komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan karena kadar
C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.
C. DEFISIENSI KOMPLEMEN DIDAPAT
Disebabkan oleh depresi
sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori
1.2 DEFISIENSI INTERFERON (IFN) DAN LISOZIM
A. DEFISIENSI IFN KONGENITAL
Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
B. DEFISIENSI IFN DAN LISOZIM DIDAPAT
Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori.
1.3 DEFISIENSI NK
A. DEFISIENSI KONGENITAL
Terjadi pada penderita dengan
osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit). Kadat IgG, IgA, dan kekerapak
antibodi biasanya meningkat
B. DEFISIENSI DIDAPAT
Terjadi akibat imunosupresi
atau radiasi
1.4 DEFISIENSI
SISTEM FAGOSIT
Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tampa
bantuan komplemen. Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi
berulang.
A. DEFISIENSI KUANTITATIF
Merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu yang
dapat memacu produksi antibodi dan berfungsi sebagai opsonin neutrofil normal
B. DEFISIENSI KUALITATIF
Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, menelan atau
membunuh mikroba intraselular.
2. DEFISIENSI IMUN SPESIFIK
2.1 DEFINSIASI IMUN KONGENITAL ATAU PRIMER
A. DEFISIENSI IMUN PRIMER B
Dapat berupa gangguan perkembangan pada sel B. Berbagai akibat
dapat ditemukan seperti tidak adanya semua Ig atau atu kelas atau subkelas.
Penderita dengan defisiensi semua jenis IgG akan lebih mudah menjadi sakit
dibanding dengan yang hanya menderita defisiensi Ig tertentu saja.
B. DEFISIENSI IMUN PRIMER SEL T
Penderita dengan defisiensi sel T kongenital sangat rentan
terhadap infeksi virus, jamur, dan protozoa. Oleh karena sel T juga berpengaruh
pada sel B, maka defisiensi sel t disertai lupa gangguan produksi Ig yang
nampak dan tidak adanya respons terhadap vaksinasi dan seringnya terjadi
infeksi.
C. DEFISIENSI
KOMBINASI SEL B DAN SEL
2.2 DEFISIENSI
IMUN SPESIFIK FISIOLOGIK
A. Kehamilan
Defisiensi imun selular dapat ditemukan
pada kehamilan. Keadaan ini mungkin diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus
yang merupakan allograft dengan antigen paternal.
B. Usia Tahun Pertama
Sistem imun pada usia satu
tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang. Meskipu neonatus
menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, semuanya berupa sel naif dan tidak
memberikan respons yang kuat terhadap antigen
C. Usia Lanjut
Disebabkan oleh karena terjadi
atrofi timus, fungsi timus menurun. Akibat invusi timus, jumlah sel T naif dan
kualitas respons sel T makin berkurang. Jumlah sel T memori meningkat tetapi
mungkin sulit untuk berkembang.
3. DEFISIENSI
IMUN DIDAPAT SEKUNDER
a. Malnutrisi
b. Infeksi
c. Obat, trauma, tindakan kateterisasi
d. Penyinaran
e. Penyakit berat
f. Kehilangan imunoglobulin/leukosit
g. Stres
h. Agamaglobulinemia dengan timoma (disertai menghilangnya sel B
total dari sirkulasi)
4. AIDS
II.8
Kompleks
Histokompatibilitas Mayor
Kompleks histokompatibilitas utama (major
histocompatibility complexatau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan
pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut terdiri dari ± 4 juta bp yang
terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih dikenal sebagai kompleks antigen
leukosit manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat dan
mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul permukaan sel yang
bertanggung jawab terhadap rejeksi transplan dinamakan molekul
histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya disebut gen histokompatibilitas.
Nama ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor karena ternyata MHC
bukan satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul lain yang walaupun
lebih lemah juga ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul
histokompatibilitas minor. Pada saat ini telah diketahui bahwa molekul MHC
merupakan titik sentral inisiasi respons imun.
Hubungan dengan
penyakit tertentu
Selain
peran dalam rejeksi transplan, beberapa alel spesifik mempunyai hubungan dengan
penyakit tertentu yang umumnya mempunyai kelainan dasar imunologik. Mayoritas
penyakit tersebut berhubungan dengan HLA kelas II, dan ini menunjukkan peran
penting molekul kelas II untuk presentasi antigen pada sel T CD4. Hubungan itu
dinyatakan dengan nilai risiko relatif. Semakin besar nilai tersebut untuk alel
HLA tertentu maka semakin meningkat pula risiko seseorang untuk mendapat
penyakit tersebut.
Terdapat
beberapa hipotesis untuk menerangkan asosiasi penyakit dengan HLA ini, yaitu 1)
molekul HLA sebagai reseptor etiologi, 2) HLA bersifat selektif untuk antigen,
3) TCR sebagai penentu predisposisi penyakit, 4) agen penyebab menyerupai
molekul HLA, dan 5) penyimpangan ekspresi molekul kelas II.
Molekul HLA
dapat berlaku sebagai reseptor untuk etiologi penyakit seperti virus atau
toksin. Dugaan ini berdasarkan bukti bahwa molekul lain pada permukaan sel
dapat berlaku sebagai reseptor etiologi, misalnya molekul CD4 selaku reseptor
HIV.
Hanya tempat
ikatan antigen pada lekukan molekul HLA tertentu saja yang dapat mengikat suatu
antigen penyebab penyakit. Jadi hanya individu yang mempunyai molekul HLA
seperti itu saja yang dapat menderita penyakit tersebut.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Imunitas mengacu kepada respons
protektif tubuh yang spesifik terhadap benda asing atau mikroorganismeyang
menginvasinya. Komponen dan fungsi pada imunitas terdiri leukosit, sumsum
tulang, jaringan limfoid yang terdiri dari kelenjar thymus, limfe, tonsil,
lien,tonsil serta adenoid, dan jaringan serupa.
Dari leukosit terdapat sel B
dan sel T. sel B mencapai maturasinya pada sumsum tulang dan sel T mencapai
maturasinya di kelenjar thymus. Imunitas dibagi menjadi imunitas alami dan
imunitas yang didapat. Imunitas alami merupakan respons nonspesifik terhadap
setiap penyerang asing tanpa mempertahankan komposisi penyerang tersebut.
Mekanismenya mencakup sawar fisik, kimia, sel darah putih, respon
inflamasi. Imunitas yang didapat terdiri dari respon imun yang tidak dijumpai
pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Biasanya
terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang
menghasilkan respon imun yang bersifat protektif.
Terdapat 2 tipe pada imunitas yang didapat
yaitu imunitas didapat aktif dan
pasif. Pertahanan system imun dibagi pada respons imun fagositik, respon
humoral/antibody respon, dan respon imun seluler. Disamping system pertahanan,
terdapat stadium respon imun; yakni stadium pengenalan, bersirkulasi,
proliferasi, respon, dan efektor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi system imun yaitu usia,
gender, faktor-faktor psikoneuro-imunologik, kelainan organ lain, obat-obatan
dan radiasi.
Imunodefisiensi
bisa diklasifikasikan sebagai kelainan
primer/sekunder dan dapat pula berdasar komponen yang terkena pada system imun
tersebut. Imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai, akibat dari proses
penyakit yang mendasarinya. Penyebabnya malnutrisi, stress kronik, luka bakar,
uremia, DM, kelainan autoimun, AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.imunitas.com
http://sarnokoku. sistim-imunitas.com
No comments:
Post a Comment