KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
yang maha kuasa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah lni yang bertemakan ”Sujud”. makalah ini membahas tentang Macam-Masam Sujud
Atas perhatian dan kesempatan serta bimbingan yang berikan guru kepada kami,
untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, Oleh karena itu,kami
menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca.semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Salah satu rangkaian dalam rukun shalat adalah sujud
yang berarti “memuliakan”, “menghormati”, “tunduk dan patuh” kepada Allah swt.
Di dalam Islam, ada beberapa jenis sujud, yakni sujud sahwi (sujud yang
dilakukan karena lupa dalam gerakan shalat), sujud syukur (sujud yang dilakukan
sebagai tanda bersyukur kepada Allah swt atas segala nikmat yang diberikan-Nya)
dan sujud tilawah (sujud yang dilakukan saat menjumpai ayat-ayat sajdah). Dalam
kaitan sujud tilawah, terdapat hadits yang artinya: “Nafi' dari Ibnu Umar
meriwayatkan: Rasulullah saw membacakan untuk kami satu surat, yakni surat As
Sajdah, lalu Rasulullah saw sujud dan kamipun sujud bersamanya” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Sujud yang secara harfiyah berarti patuh menunjukkan
bahwa bila manusia sujud, berarti ia siap untuk menunjukkan kepatuhan dalam
situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga sebagaimana alam semesta sudah
tunduk pada ketentuan Allah SWT,
Orang yang berilmu dan mendasari penguasaan ilmunya
itu dengan iman akan membuat ia selalu sujud kepada Allah swt, hal ini karena
ilmu memang akan mengantarkan seseorang kepada iman yang mantap mengingat
betapa luas ilmu yang dimiliki Allah swt dan betapa sedikit ilmu yang bisa kita
kuasai, ini semua akan membuat seorang mukmin harus selalu bersujud kepada
Allah swt sebagaimana firman-Nya:
“ Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa
yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan
sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS Arf
Ra’d/13:15).
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. MACAM – MACAM
SUJUD
1.
Pengertian Sujud
Sujud yang secara harfiyah berarti
patuh menunjukkan bahwa bila manusia sujud, berarti ia siap untuk menunjukkan
kepatuhan dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga sebagaimana alam
semesta sudah tunduk pada ketentuan Allah SWT,
“ Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala
apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa
(dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS Arf
Ra’d/13:15).
2.
Sujud
Sahwi
Pengertian Sujud Sahwi, Sujud Sahwi adalah sujud karena
lupa, maksudnya : sujud dua kali karena terlupa salah satu rukun shalat, baik
kelebihan maupun kekurangan dalam
Rasulullah SAW bersabda :
Dan apabila seseorang diantara kalian syak (ragu-ragu) di
dalam shalatnya, hendaklah ia pilih yang mendekati benar, lalu ia sempurnakan
menurut pilihan itu. Kemudian hendaklah ia sujud dua kali. [HR. Muslim 1 : 400]
a.
Tata Cara Sujud Sahwi
Sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa hadits bahwa
sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud di akhir shalat –sebelum atau
sesudah salam-. Ketika ingin sujud disyariatkan untuk mengucapkan takbir “Allahu
akbar”, begitu pula ketika ingin bangkit dari sujud disyariatkan untuk
bertakbir.
Contoh
cara melakukan sujud sahwi sebelum salam dijelaskan dalam hadits ‘Abdullah bin
Buhainah,
فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ
سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ
“Setelah
beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau
bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi
ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)
Contoh
cara melakukan sujud sahwi sesudah salam dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah,
فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ
كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ
كَبَّرَ وَرَفَعَ
“Lalu
beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam. Sesudah
itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau
bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah
itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no.
573)
Sujud
sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam sebagaimana dijelaskan dalam
hadits ‘Imron bin Hushain,
فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ
سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.
“Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah raka’at
yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi
dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)
b.
Bacaaan Sujud Sahwi
Apa yang dibaca pada saat seseorang melakukan sujud sahwi merupakan
masalah khilafiyah di kalangan para ulama. Sebagian ulama memandang tidak ada
lafadz khusus untuk dibaca, karena memang kita tidak menemukan dalil yang tegas
dan valid tentang hal itu. Sehingga dalam pandangan mereka, lafadz bacaan sujud
sahwi itu sama saja dengan lafadz sujud-sujud yang lainnya, yaitu subhana
rabbiyal a'la :
سبحان
ربي الأعلى
Maha suci
Allah Yang Maha Tinggi
Sedangkan sebagian ulama lainnya menganjurkan untuk membaca lafadz khusus, walau pun tidak ditemukan dalil yang tegas atau valid. Lafadznya adalah subhana man la yanamu waa yashu :
Sedangkan sebagian ulama lainnya menganjurkan untuk membaca lafadz khusus, walau pun tidak ditemukan dalil yang tegas atau valid. Lafadznya adalah subhana man la yanamu waa yashu :
سبحان
من لا ينام ولا يسهو
Maha suci Allah Tuhan yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa
c.
Sebab Sujud Sahwi
1. Tidak
melakukan salah satu di antara sunnah-sunnah Ab’adh, yang pernah kita terangkan
di atas, seperti tasyahud awal dan Qunut. Al-Bukhari (1166) dan Muslim (570)
telah meriwayatkan dari Abdullah bin Buhainah RA, bahwa dia berkata:
صَلَّى لَنَا رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَكَعَتَيْنِِ مِنْ بَعْضِ الصَّلاَةِ وَفِى رِوَيَةٍ: قَامَ مِنِ
اثْنَتَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ
مَعَهُ، فَلَمَّ قَضَى صَلاَتُهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ، كَبَّرَ قَبْلَ
التَّسْلِيْمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، ثًمَّ سَلَّمَ
Rasulullah SAWshalat bersama kami
dua rakaat dari suatu shalat –dan menurut suatu riwayat lain: beliau bangkit
setelah dua rakaat dari shalat Zhuhur- kemudian bangkit tanpa duduk (terlebih
dahulu). Maka, orang-orang pun ikut bangkit bersama beliau. Tatkala beliau
menyelesaikan shalatnya, sedang kami menunggu salamnya, maka beliau bertakbir
sebelum salam, lalu bersujud dua kali selagi duduk, sesudah itu salam.
Sedang Ibnu Majah (1208), Abu Daud (1036) dan lainnya
meriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَاقَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكَعَتَيْنِِ، فَلَمْ
يَسْتَتِمَّ قَائِِمًا فَلْيَجْلِسْ، وَاِذََََاسْتَتَمَّ قَائِِمًا فَلاَ
يَجْلِسْ، وَيَسْجُدُ سَجْدَتِيَ السَّهْو
Apabila seorang dari kamu sekalian (terlanjur) bangkit
sesudah dua rakaat, tetapi belum sempurna berdirinya, maka duduklah. Dan
apabila telah sempurna berdirinya, maka jangan duduk, dan bersujud sahwilah dua
kali sujudan.
2. Ragu-ragu
tentang bilangan rakaat yang telah dilakukan.
Dalam keadaan seperti ini,
pastikanlah bilangan yang lebih sedikit, lalu sempurnakan kekurangannya,
kemudian bersujud-sahwilah nanti sebagai penambal keraguan ini. Karena,
barangkali shalat itu lebih dari yang semestinya. Jadi, kalau seseorang ragu,
apakah dia telah menempuh tiga atau empat rakaat dari shalat Zhuhur, sedang ia
masih berada di tengah shalatnya, maka pastikanlah ia bari menyelesaikan tida
rakaat. Lalu tambahlah satu rakaat lagi, kemudian bersujud-sahwilah sebagai
penambal keraguan. Karena, barangkali ia telah melakukan lima rakaat dalam
shalatnya.
Muslim (571) telah meriwayatkan dari Abu Sa’id RA, dia
berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَاشَكَّ اَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ، فَلَمْ يَدْرِكَمْ
صَلَّى، ثَلاََثًا اَمْ اَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ اشَكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى
مَااسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ اَنْ يُسَلِّمَ، فَاِنْ كَانَ
صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَاِنْ كَانَ صَلَّى اِتْمَامًا
ِلاَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ
Apabila seorang dari kamu sekalian ragu-ragu dalam
shalatnya, yakni tidak tahu pasti sudah berapa rakaatkah ia shalat, tiga atau
empat, maka hendaklah ia membuang keraguan itu, dan peganglah apa yang dia
yakini, kemudian bersujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat
sudah lima rakaat, maka rakaat-rakaat itu menggenapkan baginya pahala
shalatnya. Dan jika ternyata dia shalat persis empat rakaat, maka dua sujud itu
merupakan penghinaan terhadap syetan.
Adapun kalau keraguan itu terjadi selepas shalat, maka
keraguan ini tidak mempengaruhi keesahan maupun kesempurnaan shalat, kecuali
bila keraguan ini mengenai niat dan takbiratul ihram. Dalam hal ini, shalat
mesti diulang kembali.
Adapun kelalaian ma’mum di kala ia mengikuti imam
–umpamanya, melalaikan tasyahud awal- adalah menjadi tanggungan imam. Ma’mum
tidak perlu sujud sahwi sesudah imam mengucapkan salam. Dalilnya ialah sabda
Nabi SAW:
اْلاِمَامُ ضَامِنٌ (رواه ابن حبان وصححه 362
Imam itu penjamin. (Hadits diriwayatkan dan disahkan oleh
Ibnu Hibban: 362).
3. Melakukan
perbuatan terlarang karena lupa, manakala perbuatan itu bisa membatalkan
shalat, sekiranya disengaja. Contohnya, bila seseorang berbicara sedikit atau
menambah rakaat, karena lupa, kemudian dia menyadari hal itu selagi dalam
shalatnya, maka hendaklah ia bersujud sahwi.
4. Memindahkan
sesuatu pekerjaan shalat, baik yang berupa rukun, sunnah Ab’adh maupun Surat,
ke tempat yang tidak semestinya. Contohnya, membaca al-Fatihah ketika duduk
tasyahud, atau membaca Qunut ketika ruku’, atau membaca Surat yang disunnatkan
membacanya sesudah al-Fatihah, tapi dibaca ketika i’tidal. Atas semua itu
disunnatkan bersujud sahwi pada akhir shalat.
3.
Sujud Syukur
Pengertian Sujud Syukur, Sujud
Syukur ialah sujud terima kasih, yaitu sujud satu kali di waktu mendapat
keuntungan yang menyenangkan atau terhindar dari kesusahan yang besar.
a.
Tata Cara Sujud Syukur
Sujud
syukur sama dengan sujud shalat atau sujud tilawah dengan sedikit perbedaan.
Cara berikut menurut madzhab Syafi'i
1. Niat sujud syukur (dalam hati): "Saya niat sujud syukur sunnah karena Allah" (نويت سجود الشكر سنة لله تعالي)
2. Membaca takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan sujud seperti hendak takbirotul ihrom.
3. Sujud tanpa mengangkat tangan saat turun hendak sujud
4. Sujud hanya satu kali dan sunnah membaca "سبحان ربي الأعلى" tiga kali dan membaca doa berikut [سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ]
5. Lalu mengangkat kepala dari sujud dengan membaca takbir.
6. Duduk tanpa membaca tahiyat (tasyahud) dan
7. Diakhiri dengan mengucapkan salam.
1. Niat sujud syukur (dalam hati): "Saya niat sujud syukur sunnah karena Allah" (نويت سجود الشكر سنة لله تعالي)
2. Membaca takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan sujud seperti hendak takbirotul ihrom.
3. Sujud tanpa mengangkat tangan saat turun hendak sujud
4. Sujud hanya satu kali dan sunnah membaca "سبحان ربي الأعلى" tiga kali dan membaca doa berikut [سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ]
5. Lalu mengangkat kepala dari sujud dengan membaca takbir.
6. Duduk tanpa membaca tahiyat (tasyahud) dan
7. Diakhiri dengan mengucapkan salam.
b.
Bacaan Sujud Syukur
Bacaan Sujud
Syukur
سُبْحَانَكَ
اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبِّي حَقَّا حَقَّا، سَجَدْتُ لَكَ يَارَبِّ تَعَبُّدًا
وَرِقًّا. اَللَّهُمَّ اِنَّ عَمَلِي ضَعِيْفٌ فَضَاعِفْ لِي , اَللَّهُمَّ قِنِي
عَذَابَكَ يَوْمَ تُبْعَثُ عِبَادُكَ وَتُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيْمُ
“Subhânakallâhumma Anta Rabbî
haq-qan haqqâ, sajadtu laka yâ Rabbî ta-’abbudan wa riqqâ. Allâhumma inna
‘amalî dha’îfun fadha’i lî. Allâhumma qinî ‘adzâbaka yawma tub’atsu ‘ibâduka wa
tub ‘alayya innaka Antat tawwâbur Rahîm.”
Artinya: “Maha Suci Engkau. Ya
Allah, Engkaulah Tuhaku yang sebenarnya, aku sujud kepada-Mu ya Rabbi sebagai
pengabdian dan penghambaan. Ya Allah, sungguh amalku lemah, maka lipat gandakan
pahalanya bagiku. Ya Allah, selamatkan aku dari siksa-Mu pada hari
hamba-hamba-Mu dibangkitkan, terimalah taubatku, sesunguhnya Engkau Maha
Menerima taubat dan Maha Penyayang.”
c.
Sebab Sujud Syukur
Sujud syukur adalah sujud yang
dilakukan di luar shalat karena ada beberapa sebab. Sujud ini hukumnya adalah
sunnah. Berikut ini beberapa sebab disunahkannya melakukan sujud syukur:
• Mendapatkan
nikmat yang tidak disangka sebelumnya baik nikmat pada dirinya sendiri,
kerabat, teman atau umat Islam secara umum. Maka tidak sunnah karena mendapat
nikmat yang terus menerus seperti nikmat Islam.
• Terhindar
dari bencana atau musibah yang tidak diduga-duga sebelumnya seperti selamat
dari tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa atau selamat dari tenggelamnya
kapal.
• Ketika
melihat orang lain melakukan kemaksiatan sebagai rasa syukur bahwa dirinya
tidak melakukannya.
4.
Sujud Tilawah
Pengertian Sujud Tilawah, Sujud
Tilawah ialah sujud diwaktu membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah.
a.
Tata Cara Sujud Tilawah
a. Ketika
berada dalam shalat
Setelah selesai membaca ayat sajdah
maka langsung sujud dengan disertai niat sujud tilawah. Setelah itu kemudian
meneruskan shalatnya. Sujud tilawah yang dikerjakan pada saat shalat tidak
memakai takbirotul ihram dan salam. Dan bagi makmum tidak boleh mengerjakan
sujud tilawah kalau imamnya tidak mengerjakan sekalipun makmum mendengar atau
membaca ayat-ayat sajdah.
b. Ketika di
luar shalat
Setelah selesai membaca atau mendengarkan
bacaan ayat sajdah langsung menghadap qiblat kemudian takbir disertai niat
sujud tilawah lalu sujud, kemudian takbir untuk duduk lalu salam.
Niat sujud tilawah adalah: نَوَيْتُ سُجُوْدَ التِّلاَوَةِ سُنَّةً للهِ تَعَالىَ “Nawaitu Sujudattilawati Sunnatan
Lillahi Ta’ala.”
Sedangkan bacaan sujud tilawah
adalah seperti bacaan sujud syukur:
سَجَدَ وَجْهِِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَا رَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.
“Sajada Wajhiya Lilladzi Khalaqahu Washawwarahu Wayaqqa
Sam’ahu Bihaulihi Waquwwatihi Fatabarakallahu Ahsanul Khaliqin.”
Namun dalam Bughyat al-Mustarsyidin halaman 59, bacaan sujud
tilawah (di luar sholat) dan sujud syukur adalah sebagai berikut:
“Allahummaktubli Biha ‘Indaka Ajron, Wa j’alha Liy ‘Indaka dzahron, Wadhi’
‘Anniy Biha Wizron, Waqbalha Minniy Kama Qabiltaha Min ‘Abdika Dawuda
‘Alaihissalam .”
Mengenai jumlah ayat-ayat sajdah yang terdapat dalam
al-Quran ada dua pendapat yang berbeda. Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab
Nihayat az-Zain mengatakan ada 14 (empat belas) tempat, sedangkan yang lainnya
seperti al-Quran terbitan Menara Kudus, Toha Putra Semarang dan Rosm Utsmaniy
berjumlah 15 (lima belas).
b.
Bacaan Sujud tilawah
c.
Sebab Sujud tilawah
Sujud tilawah adalah sujud yang
dilakukan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah yang terdapat dalam
al-Quran. Hukumnya sunah muakkad melakukan sujud tilawah. Kesunahan tersebut
baik dilakukan di dalam shalat maupun di luar shalat. Sujud tilawah hukumnya
wajib bagi makmum ketika imamnya melakukan sujud tillawah. Apabila makmum tidak
mengikuti imam maka shalatnya batal.
II.2. Bacaan Shalat Fardu
1.
Takbiratuihram
Yang
dimaksud takbiratul ihram adalah ucapan: Allaahu akbar…, dan bukan mengangkat
tangan ketika takbir. Sementara mengangkat tangan ketika takbiratul ihram
hukumnya dianjurkan dan tidak wajib.Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا
التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kunci
halat adalah bersuci, memulainya dengan takbir, dan mengakhirinya dengan
salam.” (HR.
Abu Daud 61, Turmudzi 3, & disahihkan al-Albani).
2.
Doa Iftitah
1. Do’a iftitah
disebut juga istiftah adalah do’a yang dibaca setelah takbiratul ihram.
2. Ada beberapa
macam do’a yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk itu,
setiap muslim dianjurkan untuk membaca do’a-do’a tersebut secara bergantian.
Misalnya, shalat subuh membaca do’a iftitah tertentu kemudian shalat dluhur
membaca do’a iftitah yang lain. Dengan demikian semua sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam akan lestari dan terjaga.
3. Do’a iftitah
dibaca pelan, baik makmum, imam, maupun orang yang shalat sendirian.
4. Untuk makmum
masbuq (ketinggalan) tidak perlu membaca do’a iftitah.
5. Macam-macam
do’a iftitah:
Do’a pertama
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا
بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ
الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ
اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Allaah-humma baa-‘id bai-nii wa bai-na kha-thaa-yaa-ya kamaa
baa-‘ad-ta bai-nal masy-riqi wal magh-rib. Allaah-humma naqqi-nii min
khathaa-yaa-ya kamaa yunaq-qats-tsaubul ab-ya-dlu minad danas.
Allaah-hummagh-sil-nii min khathaa-yaa-ya bil maa-i wats-tsalji wal barad. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Do’a kedua
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ
وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
Subhaana-kallaah-humma wa biham-dika wa tabaa-rakas-muka wa
ta-‘aa-laa jadduka wa laa-ilaaha ghai-ruk. (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al
Albani).
Do’a ketiga
Seperti do’a iftitah di atas, tetapi dengan tambahan bacaan
berikut:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ (ثَلاَثًا) اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
(ثَلاَثًا)
Laa-ilaaha-illallaah (3 kali) allaahu akbar kabii-raa (3 kali).
Keterangan: Do’a iftitah ini dibaca
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat shalat malam.
(HR. Abu Dauddan dishahihkan Al Albani).
Do’a keempat
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
Allaahu akbar kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wa
subhaa-nallaa-hi buk-rataw wa ashii-laa. (HR. Muslim)
Keterangan: Do’a iftitah ini dibaca oleh salah
seorang sahabat ketika shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian beliau bersabda: “Aku kagum dengan do’a ini. Pintu-pintu
langit telah dibuka karena do’a ini.” Kata Ibn Umar: “Sejak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda demikian Saya tidak pernah meninggalkan do’a
ini.” (HR. Muslim)
Do’a kelima
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Al hamdu lil-laahi hamdan katsii-ran thayyi-ban mubaa-rakan
fiih
(HR. Muslim)
Keterangan: Do’a ini dibaca oleh salah seorang sahabat
ketika shalat jamaah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Aku melihat 12 malaikat berlomba siapakah di antara mereka yang
mengantarkannya (kepada Allah, pen.)) (HR. Muslim).
Do’a-do’a iftitah berikut adalah
do’a yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
shalat malam:
Do’a keenam
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ
فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ
تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا
اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Allaa-humma rabba jib-riila wa mii-kaa-iil wa israafiil.
Faa-thiras samaa-waati wal ardl. ‘aali-mal ghai-bi was syahaa-dah. Anta tahkumu
bai-na ‘ibaa-dik fii-maa kaa-nuu fiihi yakh-tali-fuun. Ihdi-nii limakh-tulifa
fiihi minal haqqi bi-idznik. Innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraa-tim
mustaqiim.
Do’a ketujuh
Al hamdu lil-laah (10 X)
الْحَمْدُ لِلَّهِ
Allaahu akbar (10 X)
اللَّهُ أَكْبَرُ
Laa-ilaaha-illallaah (10 X)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
Subhaa-nallaah (10 X)
سُبْحَانَ الله
As-tagh-firullaah (10 X)
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
Allaah-hummagh fir lii wah-dinii war-zuqnii wa ‘aa-finii (10 kali)
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى وَعَافِنِى
Allaah-humma innii a-‘uudzu bika minad Dhii-qi yaumal hisaab (10 kali)
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ
الْحِسَابِ
(HR. Ahmad & Abu Daud dan dishahihkan Al Albani)
Do’a kedelapan
Allaahu akbar (3 kali)
اللَّهُ أَكْبَرُ
Dzul-malakuut wal jaba-ruut wal kib-riyaa’ wal ‘a-dza-mah
ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ
وَالْعَظَمَةِ
(HR. Abu Daud dan dishahihkan Al Albani).
3.
Surat Al Fatihah
Al fatihah adalah surah yang terdiri
dari 7 ayat yang diturunkan di mekah. Semoga surat al fatihah ini dapat kamu
baca dan di amalkan.
Surah Al Fatihah dan Terjemahanya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Bacaan Bacaan Surat Al Fatihah dalam
Bahasa Indonesia
"Bismillahirrahmanirrahim"
Alhamdulillahi rabbil alamin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,
Ihdinashirratal mustaqim,
shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin,
Terjemahan Bacaan Surat Al Fatihah
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang".
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
"Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
"Yang menguasai di Hari Pembalasan".
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan".
"Tunjukilah kami jalan yang lurus",
"(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat".
BAB III
PENUTUP
Orang yang berilmu dan mendasari
penguasaan ilmunya itu dengan iman akan membuat ia selalu sujud kepada Allah
swt, hal ini karena ilmu memang akan mengantarkan seseorang kepada iman yang
mantap mengingat betapa luas ilmu yang dimiliki Allah swt dan betapa sedikit
ilmu yang bisa kita kuasai, ini semua akan membuat seorang mukmin harus selalu
bersujud kepada Allah swt.
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak
manusia yang tidak mau sujud kepada Allah swt, ini akan menimbulkan penyesalan
yang tiada terkira, baik di dunia dengan kesombongannya maupun di akhirat
dengan siksa yang sangat pedih. Keengganan mereka untuk tunduk pada perintah
Allah ini akan membuatnya semakin jauh dengan ajaran yang datang dari Allah
swt, padahal sebenarnya mereka amat membutuhkannya, Allah swt.
Begitu besar nilai ketaqwaan
seseorang yang telah merasakan indahnya iman dalam dadanya. walaupun kondisinya
sudah parah dan tidak berdaya, namun semuanya itu tidak membuat lupa pada
kewajibannya kepada Allah yaitu tunduk dan menyembahnya dalam keadaan lapang
maupun sempit. semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang
tunduk dan taat kepada Allah SWT. Amieen...
DAFTAR PUSTAKA
hikmah.blogspot.com/.../sujud-dalam-islam
muslim.or.id/fiqh-dan.../sujud-sahwi
hiktiamari.blogspot.com/.../hikmah-sujud-dalam
ilmu-islam.blogspot.com
› Agama
www.ustazcyber.com/.../sujud
www.aqidah.com/.../
tentang-sujud
No comments:
Post a Comment