BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
Salah satu yang menjadikan
manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia mampu menerapkan komunikasi
secara baik antar sesamanya. Tujuan dari berkomunikasi pada dasarnya, untuk
mengutarakan maksud seseorang kepada orang lain.
Diantara
bahasan yang menonjol dalam kajian Komunikasi Politik adalah menyangkut isi
pesan. Bahasan ini sama pentingnya dari bahasan komunikator, media, khalayak
dan efek komunikasi politik. Dalam beberapa literatur disebutkan, inti
komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu
pengaruh. Urgensinya dalam suatu sistem politik tidak diragukan lagi, karena komunikasi
politik terjadi saat keseluruhan fungsi dari sistem politik lainnya di
jalankan. Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan sebagai
medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka bahasan ini secara spesifik
mengamati propaganda politik melalui media massa. Dan juga periklanan sebagai
bentuk persuasive yang dilakukan oleh komunikator politik untuk merebut citra
diri sang politisi dari public.
Penting sekali kemudian menerapkan komunikasi yang baik
dalam kehidupan politik. Salah satunya memahami konteks berpolitik itu sendiri,
dimana akan ada sesuatu yang perlu dijelaskan kepada konstituen dan itu
memerlukan strategi komunikasi politik yang baik.
I.2. Rumusan Permasalahan
Yang menjadi rumusan dalam makalah
ini adalah yang menyangkut kepada terutama kepada :
1. Politik
2. Pengertian
Politik Secara Umum
3. Pengertian
Politik menurut Para Ahli
4. Teori Tentang Politik
5.
Politik Di Indonesia
6. Sistem
Politik Di Indonesia
7. Landasan
Politik Indonesia
8 Politik
Indonesia saat ini
9 Pengertian Komunikasi Politik
10. Komunikasi
Politik Menurut Para Ahli
11. Teori
Tentang Komunikasi Politik
12. Bentuk-Bentuk
Komunikasi Politik
13. Sejarah
Komunikasi Politik di Indonesia
14. Komunikasi
Politik sebagai Sebuah Proses Politik
15. Penerapan
Proses Komunikasi Politik
16. Pengaruh
Komunikasi Politik pada situasi Politik
17. Peran Media Massa Pada Proses
Komunikasi Politik
18. Strategi
Proses Komunikasi Politik Indonesia
19. Contoh
proses Komunikasi Politik Indonesia
20. Saluran
Komunikasi Politik
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Politik
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari,
untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya
penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik
yang dikenal dalam ilmu politik
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang
berbeda, yaitu antara lain:
-
politik adalah usaha yang ditempuh warga
negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
-
politik adalah hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara
-
politik merupakan kegiatan yang
diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
-
politik adalah segala sesuatu
tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa
kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku
politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya
untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik
II.1.1 Pengertian Politik
Secara Umum
Polis dan teia merupakan asal kata politik dari bahasa
Yunani. Polis berarti kesatuan masyarakat dan teia berarti urusan. Jadi
politeia atau politik adalah kepentingan umum warga negara suatu bangsa.
Politik dalam bahasa Inggris disebut politics.
Kita sering mendengar yang namanya politik tapi ada banyak
juga orang tidak mengerti apa sebenarnya pengertian politik tersebut, Kalau
kita tinjau dari asal kata politik itu berasal dari bahasa yunani yaitu “polis”
dimana artinya adalah negara kota, dan dari kata polis tersebut bisa didapatkan
beberapa kata, diantaranya :
politikpolities
=> warga negara
politikos =>
kewarganegaraan
politike episteme
=> ilmu politik
Politicia =>
pemerintahan Negara
Jadi kalau kita tinjau dari asal kata tersebut pengertian
politik secara umum dapat dikatakan bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu
system politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari system
tersebut dan bagaimana melaksanakan tujuannya.
Namun banyak versi dari pengertian politik tersebut,
diantaranya :
-
Politik adalah seni dan ilmu untuk
meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
-
Politik adalah bermacam2 kegiatan
dari suatu sistem politik (negara) yg menyangkut proses menentukan tujuan2 dari
sistem indonesia dan melaksanakan tujuan2 itu (Mirriam Budiharjo)
-
Politik adalah perjuangan utk
memperoleh kekuasaan / teknik menjalankan kekuasaan2 / masalah2 pelaksanaan dan
kontrol kekuasaan / pembentukan dan penggunaan kekuasaan (Isjware)
-
Politik adalah pelembagaan dari
hubungan antar manusia yg dilembagakan dalam bermacam2 badan politik baik
suprastruktur politik dan infrastruktur politik (Sri Sumantri)
-
Politik adalah usaha yang ditempuh
warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (Aristoteles)
-
Politik adalah hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.
-
Politik merupakan kegiatan yang
diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
-
Politik adalah segala sesuatu
tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Jadi Politik adalah suatu rangkaian asas, cara, keadaan,
prinsip, alat, dan jalan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
kita kehendaki (baca juga pengertian politik menurut para ahli). Politik dan
kebijakan atau politics and policy mempunyai hubungan yang timbal balik serta
erat. Politik memberikan asas, jalan, medan dan arahnya, sedangkan kebijakan
(policy) memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, arah, dan jalan
tersebut sebaik-baiknya.
II.1.2 Pengertian Politik
menurut Para Ahli
Politik
berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota. Secara etimologi kata politik masih
berhubungan erat dengan kata politis yang bearti hal-hal yang berhubungan
dengan politik. Kata politisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang
berkaitan dengan politik.
Para tokoh
memiliki sudut pandang yang beragam mengenai pengertian dari politik. berikut
ini adalah beberapa definisi mengenai politik menurut para ahli :
1. Andrew Heywood,
politik
adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan
mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti
tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.
2. Roger
F.Soltau,
politik
adalah ilmu yang mempelajari Negara,tujuan-tujuan Negara, dan lembaga-lembaga
Negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut serta hubungan antara Negara
dengan warga negaranya serta Negara lain.
3. Robert,
politik
adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia.
4. W.A Robson,
politik
adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki,
dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil.
5. Paul Janet,
politik
adalah ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip-prinsip
pemerintahan
6. Harold Laswell,
politik
adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.
7. Ramlan Surbakti,
politik
adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal
dalam suatu wilayah tertentu.
8. F.Isjwara,
politik
adalah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai teknik
menjalankan kekuasaan-kekuasaan.
9. Kartini Kartolo,
politik
adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk
menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku
ditengah masyarakat.
10. Cheppy
H.Cahyono,
politik
adalah macam-macam kegiatan dalam system politik atau Negara yang menyangkut
proses menentukan dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem tersebut
11. Carl
Schmidt,
politik
adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat
keputusan-keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak
12. Litre,
politik
adalah ilmu memerintah dan mengatur Negara
13. Sri
Sumantri,
politik
adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang dilembagakan dalam
bermacam-macam badan politik baik suprastruktur politik dan infrastruktur
politik
14. Wilbur
White,
politik
adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk dan proses-proses Negara
dan pemerintah
15. Ossip
K.Flechteim,
politik adalah ilmu social yang
khusus mempelajari sifat dan tujuan dari Negara sejauh Negara merupakan
organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan gejala-gejala kekuasaan lain
yang tak resmi yang dapat mempengaruhi Negara
16. Seely dan
Stephen Leacock,
politik
adalah ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan
17. Adolf
Grabowsky,
politik
adalah menyelidiki Negara dalam keadaan bergerak
18. Aristoteles,
politik
adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
19. Ibnu Aqil,
politik
adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih
jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rasulullah SAW
20. Rod Hague,
politik
adalah kgiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai
keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
II.1.3 Teori Tentang Politik
Teori Politik berasal dari dua suku kata, Teori dan Politik.
Teori dapat diartikan sebagai cara, model kerangka fikiran ataupun pedapat yang
dikemukakan oleh seseorang sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa.
Sedangkan politik berarti negara (berasal dari kata polis). Politik juga
memiliki arti sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi
yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik
juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
Politik
adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
Politik
adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
Politik
merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
Politik
adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Batasan
Teori Politik :
Teori Politik memiliki dua makna yaitu :
1.
Teori sebagai pemikiran
spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal,
2.
Teori menunjuk pada kajian
sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam
kebersamaan.
II.1.4 Politik Di Indonesia
Indonesia adalah sebuah negara hukum yang berbentuk kesatuan
dengan pemerintahan berbentuk republik dan sistem pemerintahan presidensial
dengan sifat parlementer. Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan
melainkan pembagian kekuasaan. Walaupun ± 90% penduduknya beragama Islam,
Indonesia bukanlah sebuah negara Islam.
Cabang eksekutif dipimpin oleh seorang presiden yang
merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang
wakil presiden yang kedudukannya sebagai pembantu presiden di atas para menteri
yang juga pengawas presiden. Kekuasaan legislatif dibagi di antara dua kamar di
dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR yaitu Dewan Perwakilan Rakyat/DPR dan
Dewan Perwakilan Daerah/DPD. Cabang yudikatif terdiri dari Mahkamah Agung/MA
yang dan sebuah Mahkamah Konstitusi/MK yang secara bersama-sama memegang
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Inspektif dikendalikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
yang memiliki perwakilan di setiap provinsi dan kabupaten/kota di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang memiliki otonomi, 5
di antaranya memiliki status otonomi yang berbeda, terdiri dari 3 Daerah
Otonomi Khusus yaitu Aceh, Papua, dan Papua Barat; 1 Daerah Istimewa yaitu
Yogyakarta; dan 1 Daerah Khusus Ibu kota yaitu Jakarta. Setiap provinsi
dibagi-bagi lagi menjadi kota/kabupaten dan setiap kota/kabupaten dibagi-bagi
lagi menjadi kecamatan/distrik kemudian dibagi lagi menjadi
keluarahan/desa/nagari hingga terakhir adalah rukun tetangga.
Sistem Politik Demokrasi Pancasila merupakan sistem politik
yang diterapkan di Indonesia saat ini. Sistem ini mengambil nilai-nilai luhur
dari pancasila. Semua kegiatan yang telah dijelaskan diatas berpedoman pada
pancasila dan dilaksanakan dengan demokratis. Prinsip Sistem Politik Demokrasi
Pancasila:
1. pembagian kekuasaan eksekutif,
legislatif dan yudikatif berdasarkan hukum
2. Pemerintah berdasarkan konstitusi
3. Jaminan kebebasan individu dalam
batas-batas tertentu
4. pemerintahan yang bertanggung jawab
5. Pemilu langsung dan multipartai
II.1.6 Landasan Politik
Indonesia
sistem politik adalah bagian dari sistem dari sistem sosial
itu sendiri. Perspektif atau pendekatan sistem politik melihat dari keseluruhan
interaksi yang terjadi dalam suatu
sistem sosial yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan
memiliki hubungan yang relatif tetap diantara bagian-bagian pembentuknya.
Kehidupan politik dari pendekatan sistem bisa dilihat dari
berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada, kita bisa melihat pada struktur
hubungannya antara berbagai lembaga atau
institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara
sebagai pusat kekuatan politik misalnya, merupakan satu aspek, sedangkan
peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari
suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka sistem politik bisa
dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku
politik.
Suatu sistem politik dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor interen yang terjadi di suatu negara itu sendiri. Adapun faktor
yang dapat membentuk sistem politik itu adalah:
a. Budaya
(culture).
Pada dasarnya disaat suatu negara terbentuk (negara baru)
budaya penduduk akan langsung melekat
didalam sistem politik itu sendiri, karena
budaya (culture) merupakan karakteristik dari penduduk rakyat tersebut,
bagaiman penduduk menjalankan sistem politik itu dengan tanpa adanya
ketimpangan sosial politik.
b. Partai.
c. Mahasiswa
(kaum berpendidikan).
Suatu sistem politik akan berjalan dengan baik apabila
rakyat civil dalam suatu negara mengerti terhadap cara bagaiman sistem politik
dapat berjalan sehingga akan berdampak terhadap kebijakan-kebijakan dalm
menjalankan sistem politik itu sendiri.
d. Elit
tradisional
Sistem demokrasi yang dianut di indonesia, yaitu demokrasi
berdasarkan pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat
dan ciri-cirinnya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapt disangkal ialah bahwa
beberapa nilai pokok demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat di dalam
undang-undang dasar 1945 yang belum diamandemen. Dua prinsip yang tercantum di
dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai sistem pemerintahan negara
yaitu:
1. Indonesia ialah negara yang
berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat).
Negara Indonesia bedasarkan atas
Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.
2. Sistem Konstitusianal.
Pemerintah berdasarkan atas
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbata).
Dalam sistem pemerintahan demokrasi yang menjadi acuan utama
atau rujukan utama masyarakatlah. Sehingga dalam sistem demokrasi masyarakat
harus berperan aktif dalam memajukan negara dan pemerintah hanya menjalankan
aspirasi yang dikeluarkan oleh masyarakat dengan aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang ada. Dalam sistem pemerintahan demokrasi rakyat hanya
menginginkan kesejahteraan, sehingga tidak terjadi kesenjangan-kesenjangan dan
pengkelasan yang diakibatkan dari perbedaan gagasan, ideologi, dan kehidupan sosial.
Pancasila dan UUD 1945 resmi diberlakukan sehari setelah
Indonesia merdeka, yaitu 18 Agustus 1945. Pancasila dan UUD 1945 disebut
berharga karena di dalamnya terkandung nilai-nilai dan sejumlah pedoman dalam
kita menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Para Bapak Bangsa dengan mewariskan Pancasila dan UUD 1945,
mereka telah meletakkan landasan kuat bagi tegaknya Indonesia merdeka untuk
mampu mewujudkan Indonesia sebagaimana tujuan dan cita-cita masa depan.
Pancasila dan UUD 1945 masih relevan menjadi landasan sistem
politik Indonesia. Hal tersebut bukanlah sembarangan dan tidak beralasan. Dasar
pemikirannya adalah apa yang sudah dihasilkan oleh para Bapak Bangsa sudah
dirumuskan sedemikian rupa sehingga benar-benar layak digunakan sebagai
landasan untuk menuju Indonesia masa depan. Pancasila dan UUD 1945 dirumuskan
melalui perdebatan pemikiran, dilandasi acuan sejarah Indonesia yang panjang.
Pancasila merupakan hasil dari nilai-nilai luhur budaya
bangsa Indonesia. Pancasila yang kemudian terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
merupakan hasil rumusan setelah adanya adu argumentasi atau perdebatan, dialog
dan lobi-lobi untuk mendapatkan kesepakan bersama dari founding fathers.
Begitu pula dengan UUD 1945, rumusannya juga lewat
perdebatan pemikiran yang panjang. Rumusannya lahir dan diputuskan setelah
semua dengan kesadaran dapat menerimanya. UUD 1945 merupakan rumusan terbaik
yang mampu memenuhi seluruh kepentingan segenap komponen bangsa Indonesia yang
sangat majemuk untuk kehidupan Indonesia yang langgeng di masa depan.
Pancasila dan UUD 1945 dilahirkan dari niat tulus ikhlas
untuk kemerdekaan Indonesia. Para founding father paling utama berdasar dari
pola pikir dan niat untuk mendirikan Indonesia yang merdeka dan mewujudkan
ikrar isi Sumpah Pemuda.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman atau acuan dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Didalam UUD 1945 terkandung
pengaturan Sistem Pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas,
wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara dan hubungan negara dengan
warga negara baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
UUD 1945 adalah sumber dari segala hukum di Indonesia dan
bersifat mengikat pemerintah, setiap lembaga negara dan lembaga masyarakat,
setiap penduduk yang ada di Indonesia karena berisi norma, aturan dan ketentuan
yang harus dilaksanakan dan di taati.
Sementara Pancasila memiliki beberapa fungsi antara lain
berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa merupakan suatu penggabungan dari nilai-nilai hidup dalam
masyarakat indonesia dan berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.
Pancasila sebagai dasar negara RI yaitu Pancasila merupakan
suatu nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara, konsekwensinya
seluruh pelaksanaan penyelenggaraan negara terutama segala peraturan
perundang-undangan termasuk proses reformasi dijabarkan dari nilai-nilai
Pancassila, maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
II.1.7 Politik Indonesia
saat ini
Indonesia adalah negara demokrasi konstitusional. Setelah
jatuhnya rezim Orde Baru yang otoriter pada tahun 1998, berbagai perubahan
konstitusional dilakukan untuk melemahkan kekuasaan cabang-cabang eksekutif.
Dengan demikian, membuat sebuah sistem kediktatoran baru hampir mustahil.
Indonesia saat ini ditandai oleh kedaulatan rakyat termanifestasi dalam
pemilihan parlemen dan presiden setiap lima tahun. Sejak berakhirnya Orde Baru
dan mulainya periode Reformasi, setiap pemilu di Indonesia dianggap bebas dan
adil (meskipun korupsi dan politik uang di mana orang membeli kekuasaan atau
posisi politik masih tetap lazim).
Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang mendominasi
wacana di media. Layaknya gula yang sedang di kelilingi semut, seperti itulah
media yang memberitakan kondisi politik di Indonesia.
Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling
memperebutkan kekuasaan. Para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan
masyarakat. Janji – janji yang dulu di buat justru di lupakan seiring dengan
kursi kekuasaan yang di peroleh. Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang
rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan.
Kondisi politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Para
pejabat masih saja sibuk mengurusi kursi jabatannya. Lagi – lagi mereka
melupakan soal rakyat. Semisal saja soal kasus suap wisma atlet. kita ketahui
bahwa Anggelina S merupakan kunci dari bobroknya korupsi yang terjadi di Wisma
Atlet. Namun, apa yang terjadi? Apakah Anggelina S berbicara jujur terkait
korupsi yang terjadi di Wisma Atlet? Tidak kawan, justru beliau menutupi
kondisi yang sebenarnya terjadi.
Kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan. Hal tersebut
masih salah satu contoh yang ada. Berbicara kondisi politik di Indonesia maka
tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru seringkali di
gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Ntah dengan apa pun, tidak
melihat rambu rambu yang ada, hal yang terpenting kursi kekuasaan harus di
dapat. Namun, kursi kekuasaan itu harus di bayar dengan pengorbanan yang besar
juga baik itu fikiran dan materil.
Akhirnya rakyat yang menjadi korban dari kondisi politik
yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini sepertinya masih terlalu sibuk
untuk terus berebut kursi kekuasaan.
Sebenarnya politik layaknya sebuah pisau. Bila pisau
tersebut di gunakan oleh ibu rumah tangga untuk memasak maka pisau akanlah
sangat bermanfaat. Maka akan tersedia hidangan yang lezat untuk keluarga. Namun
beda cerita bila pisau tersebut di gunakan oleh pembunuh. Maka yang terjadi
adalah sebuah kesedihan dan kesengsaraan yang terjadi.
Begitu pula dengan politik, ia akan bisa menjadi sebuah alat
untuk mencapai sebuah kebahagiaan atau malah menjadi sebuah kesengsaraan.
Selain persaingan elite, Dani juga mengungkapkan terjadinya
fragmentasi gerakan masyarakat sipil pasca-pemilihan presiden. Hal ini
berdampak pada sulitnya tercapai konsolidasi agenda bersama untuk reformasi
partai. Oligarki yang semakin kuat menyebabkan krisis kepercayaan publik.
Alasan ini ditengarai menyebabkan turunnya partisipasi pemilu.
Pakar Bidang Ilmu Politik lainnya, Aditya Perdana, menyorot
peran masyarakat sipil yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil. Ia
melihat bagaimana implikasi serta kontribusi civil society terhadap konsolidasi
demokrasi. Menurut Adit, relasi pemerintah dengan masyarakat sipil harus
seimbang. Akan tetapi, saat ini organisasi sipil bersikap engagement atau
distance. Engagement berarti masyarakat sipil terlibat aktif mendukung
pemerintah serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pemerintah.
Sedangkan distance berarti masyarakat sipil menjaga jarak terhadap pemerintah.
Bentuk engagement, lanjut Adit, telah dilakukan oleh relawan Jokowi saat
memobilisasi dukungan kampanye untuk memenangkan Jokowi-JK.
Namun demikian, organisasi masyarakat sipil diharapkan
membangun aliansi politik yang efektif di luar maupun di dalam pemerintahan.
Kebutuhan membuat aliansi itu disebutkan Adit lantaran dukungan sejumlah
organisasi bersifat personal dan bukan mandat organisasi. Organisasi masyarakat
sipil seperti non-goverment organization (NGO), organisasi massa, atau
organisasi sosial keagamaan selalu dipertanyakan tentang siapa yang mereka
wakili. Adanya aliansi membuat gerakan
bersifat partikular sehingga ada komunikasi duduk bersama agar sinergis.
Ditambahkan Adit, masyarakat sipil perlu menjaga ruang
publik yang kritis. Pemerintah baru diharapkan transparan, menggunakan politik
partisipatif guna mencapai cita-cita konsolidasi demokrasi. “Tidak melulu
berharap dari satu lembaga tertentu,” kata kandidat doktor dari University of
Hamburg, Jerman, yang sedang menyusun disertasi terkait masyarakat sipil itu.
Dikatakan Sekretaris Departemen Ilmu Politik FISIP UI, Panji
Anugrah, seminar ini merupakan bagian integral dari Pekan Seminar FISIP yang
telah dimulai 8 September lalu. Menurut Moderator Ikhsan Darmawan, Departemen
Ilmu Politik melihat tema “Menyongsong Masyarakat Komunitas ASEAN 2015” dari
sudut pandang lain. Pengajar Departemen Ilmu Politik itu menilai kesuksesan
menghadapi agenda besar itu tidak bisa dilepaskan dari kondisi pemerintahan dan
perpolitikan hari ini dan lima tahun mendatang
II.2 Komunikasi Politik
Komunikasi
Politik secara sederhana adalah komunikasi yang melibatkan pesan - pesan
politik dari komunikator kepada komunikan melalui media massa untuk mencapai
efek yang diinginkan sehingga memperoleh feed back.
Mengkomunikasikan politik tanpa
aksi politik yang konkret sebenarnya telah dilakukan oleh mahasiswa, dosen,
tukang ojek, penjaga warung dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki
komunikasi politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih
dari istilah belaka.
Dalam praktiknya, komunikasi
politik sangat kental dalam kehidupan saehari - hari. Sebab dalam aktifitas
sehari - hari tidak satupun manusia tidak berkomunikasi dan kadang - kadang
sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian
dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan bbm, ini merupakan contoh
kekentalan komunikasi politik. Sebab sikap pemerintah menaikkan bbm sudah
melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR. Gabriel
Almond (1960) : "komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu
ada dalam setiap sistem politik. "All of the functions performed in the
political system, political socialisation and recruitment, interest
articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule
adjudication, are performed by means of communication."
Komunikasi politik merupakan
proses penyampaian pesan - pesan yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya
itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara
inherent didalam setiap fungsi sistem politik. Political communication is a
process by which a nations leadership, media and citizenry exchange and confer
meaning upon messages that telate to the conduct of public policy (Perloff).
Komunikasi politik merupakan
salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan
aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa. Jack Plano dkk, kamus
analisa politik : komunikasi politik adalah penyebaran aksi, makna, atau pesan
yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur - unsur
komunikasi seperti komunikator, pesan dan lainnya.
Kebanyakan komunikasi politik
merupakan lapangan wewenang lembaga - lembaga khusus, seperti media massa,
badan informasi pemerintah atau parpol. Namun demikian komunikasi politik dapat
ditemukan dalam setiap lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga
ruang kantor parlemen.
II.2.1 Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi Politik adalah setiap penyampaian pesan yang
disusun secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau
penggunaan power di dalam masyarakat yang di dalamnya mengandung empat bentuk
komunikasi, yaitu :
(a) Elite Communication,
(b) Hegemonic Communication,
(c) Petitionary Communication, dan
(d) Associational Communication. (INT’L ENCYL OF
Communication, 1989)
Mueller (1973:73) mengetengahkan bahwa Komunikasi Politik
didefinisikan sebagai hasil yang bersifat politik apabila menekankan pada
hasil. Sedangkan definisi Komunikasi Politik jika menekankan pada fungsi
komunikasi politik dalam sistem politik, adalah komunikasi yang terjadi dalam
suatu sistem politik dan antara sistem tersebut dengan lingkungannya.
Almond dan Powell mendefinisikan Komunikasi Politik sebagai
fungsi politik bersama-sama fungsi
artikulasi, agregasi, sosialisasi dan rekruitmen yang terdapat di dalam suatu
sistem politik dan komunikasi politik merupakan prasyarat (prerequisite) bagi
berfungsinya fungsi-fungsi politik yang lain.
Dr. Rusadi Kartaprawira, SH – Komunikasi politik dilihat
dari kegunaannya yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam
masyarakat, baik intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan
politik pemerintah.
Beberapa ilmuan melihat Komunikasi Politik sebagai suatu
pendekatan dalam pembangunan politik. Komunikasi Politik meletakkan basis untuk
menganalisis permasalahan yang muncul dan berkembang dalam keseluruhan proses
dan perubahan politik suatu bangsa.
Maswadi Rauf melihat
komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai sebuah
kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain.
Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan
sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu
kegiatan politik dalam sistem politik (Rauf, 32 – 33).
Astrid S. Soesanto dalam buku Komunikasi Sosial di Indonesia
mengangkat suatu formulasi pengertian komunikasi politik yang hampir diwarnai
kajian ilmu hukum. Hal ini tampak dari kalimat yang diturunkan dalam formulasi
pengertiannya. Menurut Astrid komunikasi politik adalah komunikasi diarahkan
kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas
oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu
sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik”.
Apa yang dikemukakan oleh para pakar tersebut di atas cukup
untuk memberi pedoman dalam membentuk suatu pengertian tentang apa itu politik.
Format pengertian itu semua muncul dalam visi (sisi pandang) beragam sesuai
disiplin ilmu yang melatarbelakanginya.
Miriam Budiardjo - Komunikasi politik merupakan salah satu
fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –”penggabungan kepentingan”
(interest aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation)
untuk diperjuangkan menjadi public policy.
II.2.2 Komunikasi Politik Menurut Para Ahli
Banyak definisi mengenai komunikasi politik yang telah
diberikan oleh para pakar, tapi tentunya tidak ada satu definisi pun yang dapat
diterima secara universal. Definisi bagus dan paling sederhana adalah definisi
yang diberikan oleh Chaffee, sebagaimana dikutip oleh Lynda Lee Kaid (2004),
“Political communication is the role of communication in the political process”
(komunikasi politik adalah peran komunikasi di dalam proses politik).
Definisi singkat yang ditawarkan oleh Chaffee mengandung
pengertian bahwa semua aktivitas komunikasi, verbal maupun non-verbal, yang
berada dalam proses politik merupakan komunikasi politik. Pengertian “proses
politik” dalam definisi tersebut tidak menunjukkan pada proses politik
sebagaimana yang terdapat dalam konsepsi “sistem politik,” melainkan pada semua
kegiatan politik.
Menurut Denton dan Woodward, sebagaimana dikutip Brian
McNair (2003), komunikasi politik adalah diskusi murni mengenai alokasi sumber
daya publik (pendapatan, pajak atau penghasilan), otoritas pemerintah (pihak yang
diberikan kekuasaan untuk merancang, membuat dan menjalankan hukum dan
keputusan), serta diskusi mengenai sanksi-sanksi pemerintah (penghargaan atau
hukuman dari negara).
Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi
politik sebagai proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari
satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem
sosial dengan sistem-sistem politik. Proses ini terjadi secara berkesinambungan
dan mencakup pula pertukaran informasi di antara individu-individu dengan
kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan.
Menurut Richard M. Perloff (1998) komunikasi politik
merupakan proses dimana kepemimpinan nasional, media dan masyarakat saling
bertukar dan memberi makna terhadap pesan-pesan yang berhubungan dengan
kebijakan publik.
Definisi Perloff di atas mengandung beberapa unsur; Pertama,
Komunikasi politik merupakan sebuah proses. Komunikasi politik tidak dapat
terjadi secara otomatis begitu saja, di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan
yang kompleks dan dinamis. Di samping itu, proses tersebut juga mengandung
adanya tarik-menarik pengaruh. Pemerintah mempengaruhi media dengan menawarkan
bahan untuk pemberitaan, sementara media mendesak para politisi melalui
serangkaian mekanisme institusional sebagai deadline dan nilai berita. Pada
sisi yang lain media juga dapat mempengaruhi masyarakat, namun masyarakat juga
dapat membentuk agenda media.
Kedua, pesan dalam komunikasi politik terkonsentrasi pada
lingkungan pemerintahan atau yang berhubungan dengan kebijakan publik.
Komunikasi politik, dengan demikian, tidak hanya concern dengan persoalan
pemilu, namun pada segenap hal yang berkaitan dengan politik. Dengan kata lain,
komunikasi politik terjadi ketika masyarakat, media dan pemerintah saling “berdialog”
mengenai isu-isu seputar elit dan publik.
Pippa Norris menyatakan bahwa komunikasi politik merupakan
sebuah proses yang interaktif mengenai transmisi informasi di antara para
politisi, media dan publik. Proses tersebut bersifat downward dari institusi
pemerintah kepada masyarakat, bersifat horizontal di antara para aktor politik,
dan bersifat upward melalui opini publik kepada penguasa.
Tiga bagian penting dalam komunikasi politik menurut Norris
adalah produksi pesan, isi pesan dan efek pesan. Proses produksi pesan adalah
bagaimana pesan dihasilkan oleh politisi seperti partai atau kelompok
kepentingan, lalu ditransmisikan menggunakan saluran langsung (seperti iklan
politik) atau saluran tidak langsung (seperti koran, radio dan televisi). Isi
pesan mencakup jumlah dan bentuk reportase politik yang ditampilkan dalam
berita di televisi, keseimbangan partisan dalam pers, ulasan mengenai kampanye
dan event tertentu dalam pemilihan, reportase agenda setting dalam isu-isu
politik, dan representasi kaum minoritas dalam pemberitaan media. Efek pesan
menaruh perhatian pada tingkat masyarakat. Isu kuncinya terfokus pada analisis
dampak potensial yang mungkin muncul di tengah masyarakat seperti pada
pengetahuan politik dan opini publik, sikap politik dan nilai-nilai politik,
serta pada tingkah laku politik. Metode yang digunakan umumnya dengan
menggunakan survey atau studi eksperimen.
Sebagai sebuah kesimpulan, komunikasi politik dalam blog ini
didefinisikan sebagai sebuah proses penyampaian informasi atau transmisi pesan
politik dan konstruksi makna oleh aktor-aktor politik melalui media yang
mempunyai pengaruh dan efek dalam interaksi sosial dan politik. Dalam
perkembangannya di lapangan, komunikasi politik yang dilakukan secara terarah,
efektif dan berkisanbungan dapat membangun opini publik dan mampu membentuk
sikap indivual atau kelompok.
II.2.3 Teori Tentang Komunikasi Politik
1. Teori
Jarum Suntik (Hypodermic Needle Theory)
Teori jarum suntik berpendapat bahwa khalayak sama sekali
tidak memiliki kekuatan untuk menolak informasi setelah ditembakkan melalui
media komunikasi. Khalayak terlena seperti kemasukan obat bius melalui jarum
suntik sehingga tidak bisa
memiliki alternative untuk menentukan pilihan lain, kecuali apa yang disiarkan
oleh media. Teori ini juga dikenal dengan sebutan teori peluru (bullet
theory).
Berdasarkan teori tersebut, komunikator politik (politisi,
professional, dan aktivis) selalu memandang bahwa pesan politik apa pun yang
disampaikan kepada khalayak, apalagi kalau melalui media massa, pasti
menimbulkan efek yang positif berupa citra yang baik, penerimaan atau dukungan.
Ternyata asumsi tersebut tidak benar seluruhnya, karena efek sangat tergantung
pada situasi dan kondisi khalayak, di samping daya tarik isi, dan kredibilitas
komunikator. Bahkan berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa media massa
memiliki pengaruh lebih dominan dalam tngkat kognitif (pengetahuan) saja,
tetapi kurang mampu menembus pengaruh pada sikap dan perilaku. Ditemukan bahwa
sesungguhnya khalayak itu tidak pasif dalam menerima pesan.
2. Teori
Kepala Batu (Obstinate Audience)
Teori ini dilandasi pemahaman psikologi bahwa dalam diri
individu, ada kemampuan untuk menyelek siapa saja yang berasal dari luar dan
tidak direspons begitu saja. Teori kepala batu menolak teori jarum suntik atau
teori peluru dengan alas an jika suatu informasi ditembakkan dari media,
mengapa khalayak tidak berusaha berlindung untuk menghindari tembakan informasi
itu. Masyarakat atau khalayak memiliki hak untuk memilih informasi yang mereka
perlukan dan informasi yang mereka tidak perlukan. Kemampuan untuk menyeleksi
informasi terdapat pada khalayak menurut perbedaan individu, persepsi, dan
latar belakang social budaya.
3. Teori
Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz
pada tahun 1974 lewat bukunya The Uses of Mass Communication Current
Perspective on Gratification research. Teori ini banyak berkaitan dengan sikap
dan perilaku para konsumen, bagaimana mereka menggunakan media untuk mencari
informasi tentang apa yang mereka butuhkan. Dalam praktik politik teori ini
banyak digunakan oleh para politisi.
4. Teori
Empati danTeori Homofili
Secara sederhana dapat disebutkan bahwa empati adalah
kemampuan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. Dalam hal ini
K. berlo (1960) memperkenalkan teori yang dikenal dengan nama influence
theory of emphaty (teori penurunan dari penempatan diri kedalam diri orang
lain). Artinya, komunikator mengandaikan diri, bagaimana kalau ia berada pada
posisi komunikan. Dalam hal ini individu memiliki pribadi khayal sehingga
individu-individu yang berinteraksi dapat menemukan dan mengidentifikasi
persamaan-persamaan dan perbedaan masing-masing, yang kemudian menjadi dasar
dalam mmelakukan penyesuaian.
Dalam komunikasi politik, kemampuan memproyeksikan diri
sendiri kedalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang kepada
seorang politikus utnuk berhasil dalam pembicaraan politiknya. Akan tetapi,
menempatkan diri sendiri sebagai orang lain itu memang sangat tidak mudah.
Justru itu, empati dapat dtingkatkan atau dikembangkan oleh seorang politikus
melalui komunikasi social dan komunikasi politik yang sering dilakukan.
5. Teori
Lingkar Kesunyian (Spiral of Silence Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh Elizabeth Noelle Neumann,
mantan jurnalis kemudian menjadi professor emeritus pada salah satu institute
publistik di jerman. Teorinya banyak berkaitan dengan kekuatan media yang bisa
membuat opini publik, tetapi di balik itu ada opini yang bersifat laten
berkembang di tingkat bawah yang tersembunyi karena tidak sejalan dengan opini
publik mayoritas yang bersifat manifes (nyanin pubta di permukaan). Opini
publik yang tersembunyi disebut opini yang berada dalam lingkar keheningan (the
spiral of silence).
6. Teori
Penanaman (Cultivation Theory)
Teori ini memberi kontribusi studi komunikasi dengan sebutan
teori penanaman atau teori kultivasi (Cultivation Story). Teori ini
menggambarkan kehebatan televisi dalam menanamkan sesuatu ke dalam jiwa
penonton, kemudian terimplementasi ke dalam sikap dan perilaku mereka.
Misalnya, kebiasaan televisi menyiarkan berita atau film tentang kejahatan
memberi pengaruh (tertanam) pada sikap dan perilaku untuk tidak mau keluar pada
malam hari tanpa ditemani orang lain. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan
Inggris, stasiun-stasiun televisi tidak terbiasa menayangkan berita-berita
kejahatn dan kekerasan sehingga masyarakat di sana tidak perlu takut keluar
malam.
7. Teori
Media Kritis
Teori ini berkembang di Eropa dan khusunya di Jerman. Teori
media kritis menurut Hollander (1981) adalh merupakan teori media yang
menempatkan konteks kemasyarakatan sebagai titik tolak dalam mempelajari fungsi
media massa. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa media massa dalam berfungsi
banyak dipenagruhi oleh politik, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah.
Dengan demikian, permasalahn yang sentral dalam teori media
kritis adalh bukan saja bagaimana media berfungsi, tetapi justru fungsi-fungsi
apa yang seharusnya dilakukan oleh media dalam masyarakat. Dengan kata lain
bahwa kajian tentang peranan media massa dalam mempengaruhi masyarakat tidaklah
begitu penting sehingga teori jarum suntik hipodermik atau teori peluru tidak
berlaku. Para penganut teroi komunikasi kritis sama sekali tidak lagi
memberikan tekanan efek komunikasi massa terhadap khalayak, melainkan
memusatkan perhatian pada pengertian kontrol terhadap sistem komunikasi.
8. Teori
Informasi dan Nonverbal
Sejumlah pakar ilmu komunikasi telah mengembangkan teroi
informasi yang banyak diguankan dalam kegiatan komunikasi politik. Teroi
informasi (dan teroi sistem sosial) telah digunakan oleh B. Aubrey Fisher dalam
menggagas dan menjelaskan paradigma pragmatis, yang intinya adalah bertindak
sama dengan berkomunikasi, artinya smeua tindakan politik dapat dipandang
sebagi komunikasi politik yang bersifat non verbal. Sering juga dikatakn bahwa
tidak ada komunikasi (verbal), tetapi ada komunikasi (nonverbal).
Dalam teori informasi menurut B. Abrey Fisher informasi
diartikan sebagai pengelompokkan peristiwa-peristiwa dengan fungsi untuk
menghilangkan ketidakpastian. Informasi dapat disebut sebagai konsep yang
absolut dan relatif karen informasi diartikan bukan sebagai pesan, melainkan
jumlah, benda dan energi. Jika dikaitkan dengan teori relativitas, bertindak
pun merupakan sebuah informasi dalam arti sebuah kemungkinan alternatif yang
dapat diprediksi berdasarkan pola (peristiwa dari waktu ke waktu).
II.2.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi Politik
Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan
oleh komunikator infrastruktur politik untuk mencapai tujuan politiknya
(Arifin, 2003: 65-98) yaitu :
a.
Retorika,
berasal dari bahasa yunani – rhetorica, yang berarti seni berbicara,
asalnya digunakan dalam perdebatan-perdebatan di ruang siding pengadilan untuk
saling mempengaruhi sehingga bersifar kegiatan antarpesona. Kemudian berkmbang
menjadi kegiatan komunikasi massa yaitu berpidato kepada khalayak. Ada tiga
jenis retorika menurut Aristoteles dalam karyanya Retorika,
(a) retorika
diliberitif yaitu dirancang untuk mempengaruhi khalayak dalam kebijakan
pemerintah, yang difokuskan pada keuntungan atau kerugian jika sebuah kebijakan
diputuskan atau dilaksanakan;
(b) retorika
forensic, yang berkaitan dengan keputusan pengadilan;
(c)
retorika demonstrative, yang
mengembangkan wacana yang dapat memuji atau menghujat.
b.
Agitasi Politik,
dari bahasa Agitare artinya bergerak atau menggerakan, dalam bahasa inggris agitation. Menurut Harbert Blumer
agitasi beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan politik,
baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan membangkitkan emosi khalayak.
Dimulai dengan cara membuat
kontradiksi dalam masyarakat dan menggerakan khalayak untuk menentang kenyataan
hidup yang dialami selama ini (penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan)
dengan tujuan menimbulkan kegelisahan dikalangan massa. Orang yang melakukan agitasi
disbut agitator yang oleh Nepheus Smith disebut sebagai orang yang berusaha
menimbulkan ketidakpuasan, kegelisahan atau pemberontakan orang lain. Ada
agitator yang sikapnya selalu gelisah dan agresif, ada juga yang lebih tenang,
cenderung pendiam tetapi mampu menggerakan khalayak dengan ucapan dan
tulisannya.
c.
Propaganda,
berasal dari kata latin propagare (menanamkan tunas suatu
tanaman) yang pada awalnya sebagai bentuk kegiatan penyebaran agama khatolik
pada tahun 1822 Paus Gregorius XV membentuk suatu komisi cardinal yang bernama Congregatio de Propaganda Fide untuk
menumbuhkan keimanan kristiani diantara bangsa-bangsa.
Propagandis adalah orang yang
melakukan propaganda yang mampu menjangkau khalayak kolektif lebih besar,
biasanya dilakukan politikus atau kader partai politik yang memiliki kemampuan
dalam melakukan sugesti kepada khalayak dan menciptakan suasana yang mudah
terkena sugesti, di negara demokratis menurut W.Dobb dipahami sebagai suatu
usaha individu atau kelompok yang berkepentingan untuk mengontrol sikap
kelompok individu lainnya dengan menggunakan sugesti.
Sedangkan Harbert Blumer, suatu
kampanye politik dengan sengaja mengajak, mempengaruhi guna menerima suatu
pandanganm sentiment atau nilai.
d.
Public Relations (PR) Politics,
yang tumbuh pesar di Amerika Serikat
setelah Perang Dunia II, sebagai suatu upaya alternative dalam mengimbangi
propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial dan politik, presiden
Theodore Rossevelt (1945) mendeklarasikan pemerintahan sebagai square deals (jujur dan terbuka) dalam
melakukan hubungan dengan masyarakat dan menjalin hubungan timbal balik secara
rasional.
Sehingga tujuannya untuk menciptakan
hubungan saling percaya, harmonis, terbuka atau akomodatif antara politikus,
professional atau aktivis (komunikator) dengan khalayak (kader,simpatisan,
masyarakat umum).
e.
Kampanye Politik,
adalah bentuk komunikasi politik
yang dilakukan orang atau kelompok (organisasi) dalam waktu tertentu untuk
memperoleh dan memperkuat dukungan politik dari rakyat atau pemilih.
Menurut Rogers dan Storey (1987)
(dalam Venus, 2004:7), merupakan serangkaian tindakan komunikasi yang terencana
dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu, sehingga berbeda
dengan propaganda, dimana kampanye cirinya sumber yang melakukannya selalu
jelas, waktu pelaksanaan terikat dan dibatasi, sifat gagasan terbuka untuk
diperdebatkan khalayak, tujuannya tegas, variatif serta spesifik, modus
penerimaan pesan sukarela dan persuasi, modus tindakannya diatur kaidah dank
ode etiknya, sifat kepentingan mempertimbangkan kepentingan kedua belah pihak.
f.
Lobi Politik,
istilah lobi sendiri sesungguhnya
tempat para tamu menunggu untuk berbincang-bincang di hitel, karena yang hadir
para politikus yang melakukan pembicaraan politik (political lobbying) terjadi dialog dengan tatap muka (komunikasi
antarpersonal) secara informal namun penting. Karena hasil lobi itu biasanya
ada kesepahaman dan kesepakatan bersama yang akan diperkuat melalui pembicaraan
formal dalam rapat atau siding politik yang akan menghasilkan keputusan dan
sikap politik tertentu.
Dalam lobi politik pengaruh dari
pribadi seorang politikus sangat berpengaruh seperti komptensinya, penguasaan
masalah dan charisma. Lobi politik adalah gelanggang terpenting bagi
pembicaraan para politikus atau kader politik tentang kekuasaan, pengaruh, otoritas,
konflik dan consensus.
g.
Lewat Media Massa,
menurut MacLuhan sebagai perluasan
panca indra manusia (sense extention
theory) dan sebagai media pesan (the
medium in the message) dalam hal ini pesan politik untuk mendapatkan
pengaruh, kekuasaan-otoriras, membetuk dan merubah opini public atau dukungan
serta citra politik, untuk khalayak yang lebih luas atau yang tidak bisa
terjangkau oleh bentuk komunikasi yang lain.
II.2.5 Sejarah Komunikasi Politik di Indonesia
Sejak manusia pertama (Adam dan Hawa) menghuni planet bumi
ini, sejak itu komunikasi menyertai kehidupan kedua mahkluk Tuhan tersebut.
Komunikasi terus menyertai perkembangan Adam dan Hawa. Pada awalnya, komunikasi
berada dalam lingkup sederhana dan dalam skala sempit. Perkembangan umat
manusia terus melaju mengikuti lajunya usia planet bumi ini, sehingga manusia
tidak lagi berada dalam dimensi yang sama, mereka tersebar dalam
determinasi-determinasi kultur, nilai, ruang dan waktu yang berbeda. Dalam
kondisi seperti ini, komunikasi mulai dihadapkan kepada problema yang bertambah
komplek dan rumit.
Perkembangan komunikasi terus berimpit mengikuti peningkatan
kualitas berpikir manusia. Proses komunikasi tidak lagi berada dalam tahap
melukiskan perasaan yang berputar pada lingkup yang berskala kecil dan
terbatas, tetapi telah membawa manusia untuk berorientasi ke arah skala yang
lebih luas dan lebih kompleks.
Betapa penting peran dan fungsi komunikasi yang selalu
berdampingan dengan manusia dalam segala bidang kehidupan, sehingga mulai
dirasakan perlunya pengelolaan secara bijak dan terpola terhadap semua aspek
yang dimiliki komunikasi.
Bersamaan dengan perkembangan tersebut, maka para teoritis
dan ilmuwan mulai mengarahkan perhatiannya pada bidang komunikasi sebagai suatu
kajian yang menarik. Hal ini bermula di wilayah Anglo Saxon yang mengintroduksi
komunikasi sebagai kajian baru yang berada dalam rumpun sosial. Ilmu yang
menekuni kajian ini disebut Science of Communication yang berkembang secara
cepat pada perguruan-perguruan tinggi di Amerika Serikat. Kajian terhadap ilmu
komunikasi tidak dapat mengisolasi dari pengaruh kajian ilmu sosial lainnya
seperti, sosiologi, psikologi, antropologi, hukum dan ilmu politik.
Perpaduan kajian antara ilmu komunikasi dengan ilmu sosial
lain menghasilkan bentuk perkembangan baru yang menunjukkan pada karakteristik
bahwa ilmu ini dapat dipadukan. Suatu hal yang rasional apabila ilmu komunikasi
dapat melintasi batas wilayah disiplin ilmu sosial lain karena setiap ilmu pada
hakikatnya berkait dengan kehidupan umat manusia dan dipergunakan untuk
kemanfaatkan umat manusia juga. Komunikasi yang selalu berdampingan dengan umat
manusia tidak akan kaku apabila berpadu dengan ilmu lainnya. Karena setiap ilmu
pada hakikatnya merupakan seperangkat simbol komunikasi yang ditrasfer dari
individu, kelompok atau masyarakatnya kepada individu, kelompok atau masyarakat
lainnya.
Salah satu kajian yang menarik minat para ilmuwan politik
dan ilmuwan komunikasi yaitu kajian terhadap komunikasi politik.Di Amerika Serikat
telah banyak teoritisi dan ilmuwan yang menghasilkan tulisan-tulisan ilmiah
yang membahas tentang komunikasi politik ini, antara lain Dan Nimmo dalam judul
Political Communication and Public Opinion in America. Stven H.Caffe dalam
judul buku Political Communication; Issues and Strategies for Research, Michael
H.Prosser dalam judul Intercommunication Among Nations and People, William
L.Rivers dan rekan-rekan dalam judul Responsibility in Mass Communication, dan
banyak lagi kajian-kajian para ilmuwan lainnya.
Kajian komunikasi politik bersifat dimensional dan kauistik
karena berkait dengan berbagai macam problem dan kompleksitas permasalahan.
Kajian komunikasi politik tidak hanya berkisar pada pembahasan. proses
komunikasi yang memuat pesan-pesan politik, tetapi lebih dari itu. Kajian
komunikasi politik membahas bagaimana komunikasi dapat berlangsung dalam suatu
sistem politik atau sistem pemerintahan yang mencakup bahasan-bahasan tentang
bagaimana sistem itu dapat dipertahankan dan dapat berlanjut dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Bahasan tentang sistem berkait pula dengan transformasi
nilai-nilai yang dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi politik dan
pendidikan politik.
Dalam praktek kenegaraan, keabsahan suatu sistem apabila
mendapat dukungan dari seluruh warganegara yang berada dalam lingkup sistem
tersebut, yang terwujud dalam partisipasi politik, sehingga sistem tersebut
benar-benar mencerminkan totalitas aspirasi dan cita–cita seluruh warga
masyarakat negara.
Bahasan komunikasi politik tidak hanya berlingkar dalam
suatu sistem intranegara, akan tetapi melintas batas wilayah sistem
ekstranegara, sehingga akan bertemu berbagai sistem dan akan saling mempegaruhi
antara satu dengan lainnya. Hal ini sebagai akibat temuan teknologi canggih di
bidang komunikasi. Dalam kondisi ini transmisi pesan komunikasi melintas
determinan-determinan geografis, geopolitik dan geokultur, sehingga akan
membaurnya berbagai sistem nilai yang berakibat sistem nilai setiap negara akan
berada di ambang kesemuan dan akan mengacu pada lunturnya identitas suatu
sistem apabila suatu negara yang berada dalam sistem tersebut tidak memiliki
daya tangkal yang kuat. Kondisi ini yang kita kenal dengan sebutan era
globalisasi.
Maswardi Rauf (1993) menyebutkan bahwa Komunikasi Politik
sebagai objek kajian ilmu politik karena pesan-pesan yang disampaikan dalam
proses komunikasi bercirikan politik yaitu berkait kekuasaan politik Negara,
pemerintah, dan aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan
politik.
Sumarno (2006:09) : Hakikat dan fungsi komunikasi politik
berdimensi dua yang bersifat ideal normatif negara, yaitu ideal normatif ke
dalam tubuh negara dan idel normatif ke luar negara. Ideal normatif ke dalam
tubuh negara, maka hakikat komunikasi politik melihat negara sebagai satu
kesatuan yang utuh dan tersusun ke dalam suatu bangunan marsus (tersusun rapi)
mengarah tercapainya pada ideal normatif tersebut. Dalam tanggal ini komunikasi
politik berfungsi untuk menumbuhkan persamaan persepsi dan kesatuan pandang melalui
simbol-simbol komunikasi sebagai produk interpretasi bersama. Hal ini yang
dimaksud berwujud sifat-sifat integratif perilaku dan pola pikir ke dalam
sistem politik yang sedang berlangsung dan sekaligus terwujudnya komitmen moral
terhadap sistem nilai yang dijunjung tinggi bersama. Kondisi semacam ini
berkait erat dengan mythos dan ethos bangsa yaitu pengakuan terhadap
nilai-nilai moralitas dalam lingkup suatu sistem.
Mythos : pola tentang nilai-nilai dasar dan pengalaman
sejarah yang menjadi karakter manusia yang ditransformasikan melalui ilmu
pengetahuan (The Grolier International Dictionary,1988:869).Ethos berkait erat
dengan ethic: seperangkat nilai yang bersifat fundamental yaitu yang dijadikan
dasar moral yang memberi arah terhadap suatu bangsa menuju arah yang baik
(Sumarno,2006). Mythos dan Ethos mengiringi kehidupan kelompok, masyarakat,
bangsa atau negara dan selalu dijunjung tinggi dalam lingkup kehidupan yang
bersangkutan.
Pada dasarnya Komunikasi politik merupakan gabungan dari dua
ilmu yang sama sama berasal dari Tradisi ilmu sosial yaitu Ilmu komunikasi dan
politik yang mana dalam perkembangnnya tak dapat dinafikkan bahwa di dalam
ranah politik proses komunikasi menempati posisi yang penting.
Dengan pendekatan komunikasi dapat membantu memberikan
pandangan yang mendalam dan lebih halus mengenai perilaku politik (Pye 1963)
Perkembangan Komunikasi Politik Kontemporer
Minat terhadap pertautan antara komunikasi politik bukanlah
hal yang baru. Kajian sistematik mengenai hal ini telah dimulai sejak karya
karya kaum sophist dan pandangan pandangan yang dikemukakan oleh Aristoteles
dalam karyanya Politics and Rhtoric dan melangkah ke depan lagi warisan
komunikasi politik haruslah mencatat karya karya klasik dalam hal bidang seni
persuasi yang ditulis oleh Sun Tzu, St. Thomas Aquinas, Shakespeare, Machivelli
dan lain lain.
Dari filsafat lahirlah aliran aliran pemikiran yang bersifat
eksistensial, fenomenistik, yang menghasilkan penekanan penekanan pada teori
kritikal dalam komunikasi politik. Secara keseluruhan, diikat oleh sumber
sumber subtansif yang beraneka, terdapat unsur unsur yang memberikan suatau
karakter disiplin yang distink bagi kajian komunikasi politik.
Dan saat ini tentunya komunikasi politik bukan lagi
merupakan suatu ilmu yang ketinggalan dia telah mengejewantah menjadi suatu
bidang studi yang lebih subtansif dan merupakan suatu bidang disiplin ilmu yang
terus tumbuh dan bidang cakupannya semakin meluas. Kritik yang ditujukan bagi
penelitian di bidang komunikasi politik di masa lampau yang menyatakan bahwa
penelitian di bidang ini cukup banayk ketinggalan dibanding dengan penelitian
di bidang ilmu sosial lainnya, mulai terbantahkan.
Pengajaran komunikasi politik
Di masa lampau jarang sekali ada mata kuliah yang
mengajarkan komunikasi politik baik sebagai suatu subjek yang berdiri sendiri
maupun yang yang diliput dalam mata kuliah lain. Namun Pada tahun 1973
International communication Association secara formal mengakui komunikasi politik
sebagai suatu bidang kajian pengajaran, dan penelitian yang distinktif yang
melintasi batas batas beberapa disiplin akademis dan menegakkan divisi
komunikasi politik dalam organisai tersebut.
Dengan disajikannya kuliah komunikasi politik sebagai suatu
subyek spesialisasi, maka tumbuh pula paduan paduan bibilografis dan buku buku
untuk keperluan tersebut. Sebagai contoh, publikasi American political science
Association yang khusus mengkonsentrasikann diri pada bidang pengajaran
komunikasi politik, News For teachers of political science telah
mempublikasikan sejumlah artikel yang menggambarkan hasil hasil survey mengenai
jenis kuliah komunikasi politik yang disajikan berikut bahan bahan yang
digunakannya. Demikian pula dengan kerangka kuliah mengenai politik amerika dan
media massa.
II.2.6 Komunikasi Politik sebagai Sebuah Proses
Politik
Komunikasi efektif merupakan penyampaian pesan dari
komunikator ke komunikan dan komunikasi tersebut saling feedback. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam
masyarakat atau dimana saja manusia berada.
Dunia politik di butuhkan juga komunikasi yang efektif dalam
berpolitik..Karena kegiatan politik harus dilandasi oleh kegiatan komunikasi
untuk menyalurkan ide, gagasan, dan perjuang dalam bidang-bidang penting dalam
negara. Apabila seorang politisi tidak membicarakan tentang ide, gagasan, dan
perjuangan bidang-bidang penting dalam negara, melainkan membicarakan tentang
gaya hidupnya seperti yang dilakukan oleh beberapa politisi dari kalangan
selebriti, artinya ia sedang tidak berperan sebagai politisi.
Fungsi komunikasi politik dapat dibedakan kepada dua bagian.
Pertama, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah
(suprastruktur politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental
political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk
mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang
lebih luas.
Kedua, fungsi yang berada pada struktur masyarakat
(infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political
sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana
kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara
kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi
terhadap pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut.
Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komuniksi politik
pada hakekatnya sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan
infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komuniksi
ini bersifat timbal balik atau dalam pengertian lain saling merespons sehingga
mencapai saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat.
II.2.7 Penerapan Proses Komunikasi Politik
Beberapa implementasi komunikasi politik yang dapat
dijadikan acuan sebagai salah satu strategi pemenangan partai politik adalah:
1. Bergerak dan membangun komunikasi politik
di Semua level
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bahwa menurut
Littlejohn, komunikasi dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan/level, dari
individu, kelompok, organisasi hingga komunikasi massa. Strategi komunikasi
yang dilakukan di semua level dan lini
untuk membangun opini publik sebagai salah satu cara pemenangan partai politik.
2. Penggunaan Media Massa Modern dan Media
Komunikasi Lokal
Menurut Gabriel Almond, semua bentuk interaksi manusia
melibatkan komunikasi. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan
majalah ikut mempengaruhi struktur komunikasi dalam masyarakat. Dalam
pembangunan opini publik, media massa merupakan salah satu media yang sangat
strategis. Sedangkan menurut Mcquail media paling baik digunakan secara
terncana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam program yang
berskala besar.
Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, media
massa merupakan media yang dapat menjangkau secara luas ke seluruh pelosok dan
penjuru masyarakat tanpa orang atau tokoh harus hadir di tengah-tengah
masyarakat. Melalui media massa pembangunan opini publik dapat dilakuakan tanpa
harus tokoh poltik hadir di masyarakat.
Di samping mengunakan media massa, dapat juga menggunakan
media pertemuan langsung dengan masyarakat. Pertemuan langsung ini dapat
dikemas dengan bentuk pertemuan lokal, sehingga jenis pertemuannya sangat
berfariasi sesuai dengan kondisi lokal dimana pertemuan itu berlangsung.
Sejalan
dengan pendekatan lokal ini, bahasa komunukasi yang dibangun juga dengan
menggunakan term-term low contex. Artinya bahasa komunikasi yang digunakan
cenderung dengan bahasa-bahasa yang sederhana, tidak dengan bahasa tinggi atau
yang ilmiah, menggunakan istilah-sitilah.
3. Politik Pencitraan
Menurut Schuller inti politik sukses adalah membangun
kepercayaan publik. Kandidat perlu dikenal dulu baru mereka percaya. Pencitraan
tokoh merupakan pintu bagi masyarakat untuk memilih kandidat di pemilihan
lokal. Pencitraan merupakan gambaran yang dimiliki oleh orang banyak tentang
diri, pribadi, atau organisasi atau produk.[8] Political image yang dapat
diusung oleh partai politik adalah membangun image kepada masyarakat bahwa
partai politik tersebut merupakan partai yang sederhana, bersahabat, bersahaja,
dan diterima oleh semua kalangan. Pencitraan ini dapat dimunculkan melalui
pemasangan baligo, spanduk dan lain sebagainya.
II.2.8 Pengaruh Komunikasi Politik pada situasi
Politik
Proses komunikasi politik dimana partisipan menyampaikan
pesan yang memiliki signifikasi dengan politik kemudian direspon oleh
pihak-pihak terkait atau yang memiliki kepentingan. Dalam prosesnya ini maka
akan terjadi yang namanya pengaruh (effect) tertentu. Pengaruh mungkin bisa
berupa perubahan situasi yang sama sebagaimana dikehendaki oleh pemrakarsa
pesan, tidak terjadi perubahan apa-apa, dan mungkin dapat berupa situasi lebih
buruk lagi.
Komunikasi politik merupakan proses perjuangan antar
kepentingan dalam suatu sistem politik dengan menggunakan tanda-tanda pesan
baik verbal maupun non-verbal. Dari sini
jelas bahwa politik di suatu sisi
merupakan persoalan siapa memperoleh apa (who gets what), tetapi di sisi
lain politik juga merupakan persoalan siapa mengatakan apa (who says what) (Dye
dan Zeigler, 1986:3; Pawito, 2004:1).Politik dalam pengertian pertama memiliki
esensi penjatahan sumber daya publik. Sedangkan dalam pengertian kedua politik
lebih memiliki esensi komunkasi.
Pengaruh komunikasi politik kadangkala dapat diprediksi
tetapi kadangkala juga sulit diprediksikan. Misalnya unjuk rasa yang memperoleh
dukungan luas dari elemen masyarakat, diamplifikasi secara besar-besaran oleh
media massa dan ditopang secara kuat oleh opini masyarakat internasional dapat
diprediksi lebih berhasil mendesakkan perubahan sebagaimana dikehendaki oleh
unsur-unsur penggerak perubahan. Contoh kasusnya pada tahun 1998 yang ditandai
oleh tumbangnya Presiden Suharto.
Namun demikian, beberapa komunikasi politik termasuk yang
tampil dalam bentuk aksi-aksi protes dan demonstrasi mungkin mengalami
kegagalan. Tidak membuahkan hasil seperti yang dikehendaki penggeraknya.
Misalnya,tuntutan pembatalan kenaikan harga BBM di tahun 2006 tidak membuahkan
hasil.
Beberapa komunikasi politik mempunyai efek segera (immediate
effect, short-term effect), seperti keberhasilan yang dicapai oleh kalangan
pro-pembatalan rencana penggunaan hak angket oleh DPR berkenaan dengan rencana
kebijakan impor beras tahun 2006. keberhasilan ini didahului upaya negosiasi
yang dilakukan terhadap pihak yang semula bersebrangan.
Komunikasi politik kadangkala membawa efek jangka panjang
(long-termeffect), seperti tuntutan perubahan sistem politik ke arah lebih
terbuka dan demokratis untuk konteks Indonesia. Tuntutan ini dimulai sejak
tahun 1980-an.
Salah satu pengaruh perubahan-perubahan yang akan dijelaskan
dibawah ini merupakan pengaruh komunikasi politik terhadap perubahan budaya
politik. Dimana menurut Almond dan Verba dalam blog
belajar-komunikasi.blogspot.com mendefinisikan budaya politik sebagai suatu
sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem
itu. Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju
tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan,
bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan
simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.
Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan
peranan mereka di dalam sistem politik.
II.2.9 Peran Media Massa Pada Proses Komunikasi Politik
Munculnya televisi sebagai media paling disukai dalam
komunikasi politik (meskipun hal ini sering diikuti dengan gerak koran media
yang secara politis lebih bebas), yang berhubungan dengan perubahan sosial yang
lain, telah membuat hasil yang lebih luas dan tidak disengaja (meskipun
hubungan yang menjadi penyebab tidak dapat sepenuhnya diwujudkan). Hal ini
mungkin memiliki kontribusi menuju sentralisasi yang lebih besar dalam politik,
sebuah penurunan dalam organisasi akar rumput atau grass root massa, sebuah
penurunan dalam partisan tajam dan pembagian ideologi (karena televisi
menyokong ‘orang bawah-menengah’), sebuah peningkatan dalam penggunaan dan
pengaruh polling opini untuk mengarahkan perencanaan kampanye dan untuk
memonitor kesuksesannya, dan sebuah peningkatan dalam keadaan meningkat pada
pemilih sebagai sesuatu yang melekat dan proses pemilihan lebih berpengaruh
oleh adanya pemikiran dan berita yang ada.
Kelihatan menjadi suatu kasus bahwa kekuasaan yang bersifat
nisbi pada mereka yang mengendalikan ‘gerbang’ media massa secara umum telah
meningkat vis-Ã -vis bagi para politisi. Dalam istilah yang singkat, para
politisi memerlukan akses untuk media lebih daripada media membutuhkan
politisi, dan peran politik pembuat keputusan media telah meningkat dan menjadi
lebih sensitif. Bahkan pemerintah dan para pejabat kantor sangat tergantung
pada atensi media, meskipun kekuatan mereka sendiri untuk mengendalikan
peristiwa dan untuk membuat tuntutan atas akses yang mereka berikan merupakan
keuntungan yang merupakan aksi pencegahan.
Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun elektronik
merupakan sebuah salauran kampanye terhadap konstituen. Apalagi dengan arus
teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk
mempengaruhi pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu. Medium
ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Hal itu salah
satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang memiliki televisi maupun
radio, bahkan sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet. Oleh karena itu
banyak Partai maupun calon yang akan berkompetisi di Pemilu menggunakan sarana
atau saluran kampanye melalui media elektronik khususnya televisi.
Banyak sedikitnnya penayangan yang berhubungan dengan
transformasi ataupun sosialisasi visi dan misi dari sebuah Partai maupun calon
yang dijagokannya akan sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadapnya.
Oleh karena itu, bagi yang ingin mendapat kemenangan suara harus mampu
“menguasai” media ini dengan penayangan iklannya. Tetapi tidak sedikit biaya
tentunya.
Media merupakan perangkat besar menuju satu tujuan besar
dalam suatu bangsa dan negara. Dalam mewujudkannya harus terdapat kekuatan yang
besar. Mereka yang menguasai media memiliki kuasa begitu besar. Tujuan besar
itu membangun budaya Rakyat atau menguasainya.
Beberapa media besar, terutama televisi, telah membuka lebar
pintu kesempatan bagi setiap partai politik dan tim sukses calon presiden dan
calon wakil presiden berlomba melakukan kampanye di dalam perhelatan besar
demokrasi, Pemilihan Umum (pemilu) Legislatif dan Eksekutif pada April dan Juli
2009. Berbagai langkah dan upaya terkait kebutuhan serta kepentingan politik
jelang pemilu coba dilancarkan elit dan partai politik memanfaatkan media massa
sebagai instrumennya. Relevansi hal itu dapat ditinjau melalui keberadaan UU
No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD. Undang-undang itu
memuat 11 materi pasal dalam bagian keenam mengenai Pemberitaan, Penyiaran, dan
Iklan Kampanye. Di antaranya Pasal 89 dan Pasal 90 Paragraf 1, Pasal 91
Paragraf 2, dan Pasal 92 Paragraf 3. Kemudian Pasal 93 sampai Pasal 100
Paragraf 4.
Peran media yang dimuat dalam undang-undang pemilihan umum
membuat media berani melangkah lebih jauh berkontribusi di pemilu. Adalah Metro
TV dan TV One, dua stasiun televisi yang berpartisipasi aktif dalam menyediakan
ruang besar khusus setiap dinamika pemilu untuk dilepas ke Rakyat. TV One telah
menyematkan sebagai TV Pemilu. Metro TV dengan Election Channel-nya. Begitu
pun, berbagai media cetak menyediakan kolom khusus terkait program pemilu.
Terlebih forum kampanye dan debat presiden dan wakil presiden. Media-media itu
secara elegan menyajikan rangkaian program khusus pemilu, meliputi pemberitaan,
sorotan politisi dan partai politik beserta program-programnya, survei pemilih,
iklan politik, sampai pada perdebatan terbuka antar tokoh politik maupun
partai.
Berbagai kemasan program-program terkait pemilu di dalam
media-media besar pada dasarnya hanya sekadar mengemukakan khasanah pergulatan
antara para politisi dari setiap partai politik yang ada kepada Rakyat.
Selebihnya kembali kepada Rakyat yang ditempatkan sebagai penimbang, sekaligus
pada akhirnya pengambil keputusan di saat pemilu berlangsung nantinya. Dengan
kata lain, media merupakan arena penyampaian isi terkait Pemilu 2009, dimana
politisi dan partai-partai politik adalah pemain sekaligus penulis isi
informasi dan sutradara. Sementara itu, Rakyat hanya penonton.
Menurut Jean Baudrillard, filsuf dan pakar komunikasi Perancis,
media merupakan agen simulasi (peniruan) yang mampu memproduksi kenyataan
(realitas) buatan, bahkan tidak memiliki rujukan sama sekali dalam kehidupan
kita. Teori Baudrillard masuk akal dihubungkan pada banyaknya iklan-iklan di
televisi, radio, dan media cetak menampilkan tokoh-tokoh dengan bendera satu
partai politik di belakangnya. Partai-partai politik itu memproduksi kenyataan
buatan bermuatan politis agar mendapatkan dukungan di pemilu. Proses
dramatisasi ditunjukkan dengan mengangkat tema besar yang sensitif dan populer
di hadapan Rakyat dan selalu dihubungkan dengan kekuasaan politik individu dan
kelompok atau partai.
Kenyataan buatan yang ditampilkan lewat iklan dan
program-program politik di media sesungguhnya membodohi dan menipu Rakyat
karena tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya. Coba nilai, iklan politik
Susilo Bambang Yudoyono (SBY), presiden saat ini, menonjolkan keberhasilan
pemerintahannya menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak tiga kali
setelah pemerintahannya sendiri menaikkan harga BBM. Semua orang tahu
naik-turunnya harga BBM di Indonesia mengikuti harga BBM dunia. Kenaikan harga
BBM telah meningkatkan jumlah orang miskin. Tetapi SBY dengan bangga tanpa
merasa bersalah sedikit pun menyatakan secara terbuka di beberapa media bahwa
dia yang menurunkan harga BBM.
Begitu pun iklan lawan politiknya, Megawati. Dia memasang
iklan untuk menepis iklan keberhasilan SBY. Pada iklan tersebut, Megawati
megunakan data-data kegagalan pemerintah untuk menjatuhkan pamor SBY. Padahal,
banyak kegagalan Megawati saat menjabat menjadi presiden (termasuk menaikkan
harga BBM), sehingga dia saat itu kehilangan pamor dan SBY terpilih menjadi
presiden. Sampai saat ini Megawati dan mesin politiknya tidak menunjukkan
program-program konkret untuk Rakyat.
Pencitraan yang paling populer dan emosional, namun tetap
menipu dimainkan oleh tim sukses Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.
Iklannya menyentuh isu-isu sensitif rakyat, seperti ketahanan pangan. Prabowo
di iklan itu disosokkan sebagai calon pemimpin negara yang mampu membawa
perubahan dan mengajak rakyat untuk ambil bagian bersamanya di pemerintahan
selanjutnya. Namun, Prabowo tidak mempunyai jejak rekam kehidupan yang
perhatian penuh terhadap pangan dan rakyat miskin. Prabowo justru masih dihantui
kasus penculikan dan penghilangan paksa para aktivis pada tahun 1998-1999. Dia
ditengarai terlibat langsung pada operasi itu.
Tidak kalah lagi, Jusuf Kalla, mengiklankan citra ekonomi
kemandirian dan keberagaman suku bangsa Indonesia. Padahal kita tahu dia adalah
saudagar besar di Indonesia yang tidak pernah puas menumpuk kekayaannya.
Partai politik memang sadar betul bahwa aksi-aksi politiknya
menjadi tidak berarti tanpa kehadiran media. Menurut C. Sommerville, dalam
bukunya Rakyat Pandir atau Rakyat Informasi (2000), kegiatan politik niscaya
akan berkurang jika tidak disorot media. Ada beberapa hal memengaruhi itu,
salah satunya media memiliki kemampuan reproduksi citra dahsyat. Beberapa aspek
dari reproduksi citra bisa dilebihkan dan dikurangi dari realitas aslinya.
Selain itu, media menyediakan beragam makna untuk mewakili dan membangun
kembali fakta tidak terkatakan (unspeakable), yaitu beragam kepentingan politis
dan finansial yang sengaja disembunyikan di balik berita dan semua isi yang
tersaji melalui media. Kemampuan mendramatisir oleh media pada gilirannya
merupakan amunisi yang baik bagi para politisi, terlebih menjelang pemilu,
untuk memengaruhi Rakyat sebagai penonton sehingga mendukung para politisi dan
partai-partai politik.
Selain pencitraan politisi dan partai politik, penggiringan
opini tentang keharusan Rakyat untuk memilih dalam pemilu gencar dimainkan oleh
tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, politisi, partai politik,
lembaga-lembaga negara, terlebih media. Namun, di sisi lain komunitas golput
dan kepentingannya yang begitu fenomenal sangat tidak diakomodir oleh berbagai
media. Padahal, golput merupakan bentuk nyata kesadaran politik Rakyat.
II.2.10 Strategi dalam Proses Komunikasi Politik
Indonesia
Strategi komunikasi politik merupakan rencana yang meliputi
metode, teknik, dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan
faktor-faktor dari proses komunikasi untuk kegiatan operasional dalam rangka
pencapaian tujuan dan sasaran. Melalui penerapan strategi komunikasi politik, rakyat
dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan itu tersalur atau
tidak dalam berbagai kebijakan publik.
Bagi pemerintah, strategi komunikasi politik berguna untuk
proses pembuatan atau penerapan dan pemutusan aturan-aturan terhadap proses
pilkada langsung di Indonesia. Penerapan strategi komunikasi politik di
Indonesia pada pilkada secara langsung, perlu dikembanggkan, terutama dalam
rangka pertumbuhan sistem demokrasi.
Caranya dengan meningkatkan kemampuan dan kesempatan bagi
masyarakat untuk mengungkapkan aspirasi dan kepentingannya, serta bagi kekuatan
sosial-politik untuk menampung dan menyalurkan kebijakan-kebijakannya sehingga
berkembang komunikasi timbal balik antara suprastruktur dan infrastruktur
politik dalam mempersiapkan pilkada langsung yang berkualitas di Indonesia.
Penyelenggaraan Pemilu yang berkualitas diperlukan sebagai
sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang
demokratis. Meskipun dari aspek politik, penyelenggaraan pemilu merupakan
sesuatu yang rutin dilaksanakan pemerintah, namun dalam pelaksanaannya tetap
terdapat banyak masalah yang perlu diantisipasi dan diselesaikan. Pemerintah
perlu membangun komunikasi politik yang baik, efektif, dan tepat dengan para
stakeholders terkait, agar pemilu 2014 terlaksana sesuai yang diharapkan,
sehingga pemerintahan juga berjalan dengan baik dan stabil.
Direktur Politik Dalam Negeri, Kemendagri, Drs. Lutfi TMA,
M.Si, menyatakan, Kemendagri setidaknya telah mengidentifikasi 9 (sembilan)
masalah yang berpotensi menghambat kelancaran pelaksanaan Pemilu 2014,
diantaranya yang urgent adalah tahapan verifikasi parpol, gugatan ke MK,
konflik internal KPU, konflik KPU-Bawaslu, eksistensi DKPP, serta data
kependudukan dan daftar pemilih. Sebagai langkah antisipasi Pemilu 2014,
Kemendagri terus mendorong seluruh instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk berkoordinasi melaksanakan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing,
membantu dan memfasilitasi penyelenggaraan Pemilu.
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemenkominfo, Drs.
Freddy H. Tulung, MUA, mengatakan, terdapat beberapa hambatan komunikasi yang
dihadapi pemerintah dalam menjalankan agenda-agenda bangsa, diantaranya
kesulitan mencari spin doctor atau komunikator yang bersungguh-sungguh berniat
mencerdaskan bangsa, adanya arogansi sektoral, dan terbatasnya informasi
(konten informasi). Ketersediaan (konten) dan penyebaran informasi seputar
pelaksanaan pemilu 2014 menjadi sangat penting dalam strategi komunikasi
menyukseskan Pemilu 2014.
Sementara, Pakar Komunikasi Politik UI, Prof. Dr. Bachtiar
Aly berpendapat, bahwa kemampuan elit dalam berkomunikasi saat ini kurang.
Kurang sopan santun dan cenderung brutal, serta tidak mempunyai kemampuan
mengemas pesan politik yang layak. Akibatnya, informasi-informasi yang
tersampaikan kepada publik justru menciptakan instabilitas publik. Karena itu,
kualitas pejabat publik hasil Pemilu 2014 perlu lebih baik agar mampu
menyampaikan pesan kepada publik secara baik, jelas, dan mampu memperhitungkan
dampak yang akan ditimbulkan oleh pesan tersebut.
Demikian antara lain isu-isu yang muncul dalam acara Focus
Group Discussion (FGD) “Mengelola Komunikasi Politik Pemerintah Dalam
Menyukseskan Pemilu 2014” yang diselenggarakan Asisten Deputi Komunikasi
Politik, Deputi Seswapres Bidang Politik, Selasa (27/11), di Sekretariat Wakil
Presiden. FGD dihadiri 50 peserta dengan narasumber: Dirjen Informasi dan
Komunikasi Publik Kemenkominfo Drs. Freddy H. Tulung, MUA, Direktur Poldagri
Kemendagri Drs. Lutfi TMA, M.Si, dan Pengamat Komunikasi Politik UI, Prof. Dr.
Bachtiar Aly. FGD dipimpin Deputi Seswapres Bidang Politik, Prof. Dr. Dewi
Fortuna Anwar, MA, didamping Asisten Deputi Komunikasi Politik, Yetni Murni,
SH.
Untuk mempermudah penjelasan tentang strategi dalam proses
komunikasi politik perlu kiranya diberikan sekadar skema proses komunikasi
politik. Skema tersebut berguna untuk melakukan analisis atas proses komunikasi
politik yang nanti akan dipelajari.
Secara
operasional, komunikasi politik juga dapat dinyatakan sebagai proses
penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan melalui media
tertentu hingga memberikan efek (feedback).
II.2.11 Contoh Proses Komunikasi Politik Indonesia
Dunia politik kini tidak lepas dari dunia komunikasi.
Pasalnya, kegiatan politik dilandasi oleh komunikasi dalam menyampaikan ide,
gagasan, pendapat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan negara. Menurut
Almond (1960), komunikasi politik adalah bagian dari tujuh sistem politik yang
tidak berjalan sendiri, karena komunikasi membantu sistem-sistem politik
lainnya.
Komunikasi politik juga ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, karena komunikasi selalu ditemui di belahan dunia manapun. Untuk
lebih memahami lagi apa itu komunikasi politik, ada baiknya hal ini dijabarkan
dalam beberapa contoh peristiwa komunikasi politik di Indonesia.
Pemilihan
Umum
Pemilu (Pemilihan Umum) Presiden sudah tentu merupakan salah
satu contoh komunikasi politik di Indonesia. Mengapa? Karena salah satu
definisi politik adalah seni memperebutkan sesuatu, – dalam hal ini jabatan
sebagai presiden.
Strategi dalam memperebutkan ‘bangku presiden’ ini salah
satunya terdapat dalam pencitraan para calon presiden yang mengikuti
pemilu.Pencitraan politik sebenarnya sudah merebak mulai Pemilu 1999 yang makin
lama semakin berkembang hingga kini.
Masih ingat euforia Pemilu tahun 2009 lalu? Pencitraan
Sutrisno Bachir, dari partai Partai Amanat Nasional (PAN), yang memanfaatkan
momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional dapat kita lihat dari iklan berslogan
“Hidup adalah Perbuatan”. Wiranto, dari partai Hati Nurani Rakyat (HANURA),
secara dramatis ikut makan nasi aking bersama warga miskin dan mengiklankan
tiga seri iklan bertema kemiskinan. Megawati Soekarno Putri, dari partai PDIP
Perjuangan, yang dulu jarang berkomentar bahkan mengkritik pemerintah dalam
ungkapan-ungkapannya, hingga mengukuhkan citranya sebagai figur yang peduli
dengan wong cilik. Jusuf Kalla, dari partai Golongan Karya (Golkar), hadir
dengan slogan “Lebih Cepat Lebih Baik” dan “Beri Bukti, Bukan Janji” yang
mengklaim keberhasilan pembangunan infrastruktur dan swasembada beras adalah
hasil kontribusinya pada partai Golkar. Juga pencitraan Susilo Bambang
Yudhoyono, dari partai Demokrat, yang mencitrakan hasil-hasil positif dari
kinerjanya sebagai presiden di tahun sebelumnya, seperti penurunan harga Bahan
Bakar Minyak, beras untuk rakyat miskin, peningkatan angka pendidikan, dan
lain-lain.
Dalam bukunya, Komunikasi Politik (1993), Dan Nimmo
menjelaskan bahwa setidaknya ada empat macam pencitraan politik, yaitu pure
publicity(publisitas melalui aktivitas masyarakat dengan setting sosial apa
adanya) yang dapat dilihat dalam pencitraan politik Sutrisno Bachir dengan
slogan “Hidup adalah Perbuatan” dan memanfaatkan momentum 100 tahun Kebangkitan
Nasional, free ride publicity (memanfaatkan akses untuk publisitas) yang banyak
terlihat pada kampanye dalam mensponsori kegiatan sosial di masyarakat, tie-in
publicity (memanfaatkan kegiatan luar biasa untuk publisitas), dan paid
publicity (publisitas berbayar lewat pembelian rubrik di media massa) yang
terpampang pada advertorial di berbagai media massa dan spanduk-spanduknya.
Akan tetapi, politik akan berjalan dengan baik apabila
komunikasi verbal dan nonverbal terjalin dengan baik pula. Citra yang sebenarnya
akan dinilai bukan hanya dari tahap ‘pendekatan’ tetapi juga tahap ‘pacaran’,
yaitu ketika para calon presiden yang telah terpilih menjadi presiden itu
membuktikan apa yang telah dijanjikan dan dicitrakan sebelumnya.
Kebijakan
Pembangunan Gedung DPR
Pemilu memang merupakan aktivitas komunikasi politik yang
mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak hanya itu,
kasus-kasus kecil dalam negara ini juga tak luput dari peristiwa komunikasi
politik. Beberapa bulan silam peristiwa pembangunan gedung DPR baru bernilai
milyaran rupiah sempat menuai banyak komentar dari masyarakat, terlebih
komentar-komentar berbau negatif. Kebanyakan masyarakat menilai pembangunan
gedung DPR baru merupakan suatu keborosan, karena banyak hal-hal tidak penting,
seperti kolam renang dan fasilitas mewah lainnya, yang akan diadakan untuk
memfasilitasi para petinggi negara tesebut. Masyarakat jelas menuai berbagai
protes, apalagi melihat kinerja DPR yang masih dipandang negatif oleh mayoritas
masyarakat.
Namun, nyatanya, Pramono Anung, wakil ketua DPR RI, dalam
kuliah umum di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada beberapa
bulan lalu menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar dan hanya terjadi
kesalahan komunikasi oleh konsultan yang menjelaskan sehingga menimbulkan
persepsi yang salah di masyarakat.
Komunikasi politik di atas menjadi salah satu komunikasi
politik yang kurang efektif sehingga menimbulkan kesalahpahaman informasi
antara pemerintah dan masyarakat.
II.2.12 Saluran Komunikasi Politik
Saluran komunikasi politik adalah alat
serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Dilihat secara luas saluran
komunikasi itu terdiri atas lambang-lambang, kombinasinya, dan berbagai tekhnik
serta media yang digunakan untuk berbicara pada khalayak. Lambang itu yaitu
seperti kata, gambar, dan tindakan. Kombinasi lambang menghasilkan cerita,
foto, dan drama. Komunikator menyampaikan bentuk-bentuk simbolik dan
kombinasinnya ini dengan berbagai tekhnik dan media. Secara lisan melalui
perbincangan personal, melalui cetakan seperti koran, dan majalah, dan dengan
tekhnik elektronik seperti radio ataupun televisi.
Menurut pendapat Kenneth Burke, bahwa
saluran adalah ciptaan makhluk pemakai lambang untuk melancarkan saling tukar
pesan. Akan tetapi saluran tersebut sebenarnya mencakup lebih dari alat,
sarana, dan mekanisme seperti mesin cetak, radio, telephon, atau komputer. Yang
harus lebih diutamakan adalah dari semua saluran tersebut, saluran yang
ditemukan ialah manusia sendiri. Dengan mengingat bahwa manusia adalah saluran
dan juga sumber serta penerima dalam komunikasi, maka yang pertama-tama kita
tekankan ialah saluran manusia bagi komunikasi politik. Namun kita tidak akan
mengabaikan media mekanis, tekhnik, dan sarana yang meningkatkan konstruksi
citra manusia melalui saling tukar menukar lambang, yakni untuk memudahkan,
tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Sebaliknya bila dipikrkan bahwa pada
dasarnya manusia,”maka saluran komunikasi itu lebih daripada sekedar titik
sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara
kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapatnya
dipercaya”
Tipe saluran
1.
Komunikasi massa
Ada dua bentuk
saluran komunikasi massa, masing2 berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi
satu-kepada banyak, yaitu :
a.
komunikasi tatap muka
contonya
seperti apabila seorang kandidat politik berbicara di depan rapat umum atau
ketika seorang presiden muncul didepan khalayak besar reperter dalam konferensi
pers.
b.
Komunikasi dengan perantara
Bentuk yang
kedua terjadi jika ada perantara ditempatkan diantara komunikator dan khalayak.
Contohnya adalah pidato presiden ke seluruh negara(satu-kepada banyak) melalui
televisi. Disini media, tekhnilogi, sarana, dan alat komunikasi lainnnya ikut
serta.
2.
Komunikasi interpersonal
Yaitu merupakan
bentukan dari hubungan satu-kepada satu. Saluran ini juga mempunyai dua bentuk
penyampaian
a.
Saluran interpersonal tatap muka
Contohnya
adalah seorang kandidat kepresidenan yang berjalan melalui orang banyak sambil
berjabat tangan atau seorang kandidat lokal yang melakukan kunjungan dari rumah
ke rumah di daerah pinggiran kota merupakan contoh saluaran interpersonal tatap
muka.
b.
Saluran interpersonal tatap muka
Contonya adalah
Gray Hayes, wanita pertama yang terpilih menjadi walikota sebuah kota besar
yang berpenduduk lebih dari setengah juta orang melakukan kampanye pada tahun
1974, ia menggunakan sluran ini dengan memasang ”Hayes Hotline”, yaitu
sambungan telephon langsung ke kantor kampanye nya yang memungkinkan orang
berbicara secara pribadi kepadanya tentang masalah-masalah yang mendapat
perhatiannya.
3.
Komunikasi organisasi
Menggabungkan
penyampaiaan satu-kepada-satu dan satu-kepada banyak. Di komunikasi organisasi
ini juga dibagi menjadi dua dalam proses penyampaiaanya, yaitu :
a.
Komunikasi organisasi tatap muka
Seorang
presiden misalnya melakukan diskusi tatap muka dengan bawahannya yaitu anggota
stafnya, atau kepala penasihatnya (sperti yang dilakukan oleh Presiden Richard
Nixon dengan pada anggota gedung putih mengenai Peristiwa Watergate dari tahun
1972-1974). Akan tetapi, kebanyakan organisasi politik begitu besar sehingga
komunikasi satu-kepada-satu dengan seluruh anggotanya mustahil bisa dilakukan.
b.
Komunikasi organisasi berperantara
Solusi yang
dapat diatasi pada kasus Komunikasi organisasi tatap muka adalah melalui
Komunikasi organisasi berperantara satu-kepada-banyak ini didalam organisasi
yaitu: pengedaran memorandum, sidang, konvensi(seperti misalnya konvensi empat
tahunan nominasi kepresidenan pada partai demokrat dan partai republik),
buletin dan laporan berkala intern, dan lokakarya
Komunikasi massa atau mass communication ialah komunikasi
melalui media massa modern, meliputi surat kabar, majalah, siaran radio, dan
televisi. Media massa menyampaikan informasi, gagasan, dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.
Menurut Bitner (1980) definisi komunikasi massa adalah mass communication is
massage communicated throgh a mass medium to large member of people.
Dari pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar
khalayak yang heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik secara
serentak, terbuka, dan sekilas.
Aktivitas dalam komunikasi massa merupakan aktivitas sosial
yang berlaku pada kehidupan masyarakat secara umum. Salah satu aktivitas pokok
dalam komunikasi massa adalah sebagai transmisi warisan sosial dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Menurut Susanto (1974), transmisi warisan
sosial berfokus pada pengetahuan, nilai nilai dan norma-norma sosial dari satu
generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota-anggota suatu kelompok kepada
anggota kelompok yang baru atau pendatang baru. Salah satu bentuk dari
aktivitas transmisi warisan sosial, yaitu proses penerusan nilai-nilai dan
norma-norma politik yang berlaku dari satu generasi ke generasi lain. Dalam
proses penyebaran dan penerusan nilai-nilai dan perilaku politik itu media
massa memegang peranan yang sangat penting.
Dalam proses aktivitas komunikasi massa, media massa dapat
menyebarkan informasi, pengetahuan, bahkan dapat membentuk opini publik keadaan
tersebut akan dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku politik pada
masayarakat. Dengan demikian komunikasi massa atau media massa memiliki andil
yang cukup signifikan terhadap sikap dan tingkah laku berpolitik suatu
masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
Komunikasi politik berasal dari dua kata dasar, komunikasi
dan politik. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain, baik dengan cara penggunaan media sebagai kemasan informasi
atau melalui transmisi secara simbolik. Sehingga informasi mudah dimengerti dan
pada akhirnya dimiliki kesamaan persepsi. Sedangkan politik adalah segala upaya untuk memperoleh,
mempertahankan, dan memperluas wilayah kekuasaan.
Sehinggga
komunikasi politik bisa disimpulkan sebagai komunikasi yang melibatkan didalamnya
pesan - pesan politik dan aktor - aktor politik
atau komunikasi yang berkaitan dengan kekuasaan , jalannya pemerintahan
dan kebijakan pemerintah. Proses
komunikasi politik dimaknai sebagai proses penyampaian pesan.
Pesan
politik yang berkaitan dengan kekuasaan,
jalannya pemerintahan, dan kebijakan pemerintahan oleh faktor - faktor politik
kepada komunikan melalui media atau saluran - saluran komunikasi politik,
sehingga dihasilkan tanggapan atau balasan dari komunikan. Dalam bagan bangun
komunikasi politik terdiri dari fungsi komunikasi politik, proses komunikasi
politik, pola - pola komunikasi politik, dan faktor yang mempengaruhinya.
Tak diragukan lagi, media menempati peran yang sangat
strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik terhadap khalayak. Melalui
media para komunikator maupun aktivis politik mudah menghipnotis khalayak
dengan citra yang ditampilkan setiap saat melalui media. Saluran komunikasi
politik merupakan suatu sarana yang dapat memudahkan setiap individu maupun
kelompok dalam melaksanakan dan menyampaikan pesan dan tujuan yang ingin
dicapai.
Di sini saluran komunikasi politik di bagi menjadi tiga
bagian yang pertama adalah komunikasi massa. Yang kedua komunikasi
interpersonal, dan yang ketiga komunikasi organisasi. Ketiga saluran di atas
memiliki peran yang sangat besar dalam penyampaian komunikasi.Oleh karena itu,
para komunikator berperan dalam dalam menyampaikan informasi dan pesan yang
ingin disampaikan. Namun, hal ini kembali lagi kepada para penerima pesan atau
khalayak apa yang dapat ia tangkap dan ambil dari penyampaian pesan tersebut.
Dengan demikian tidak penting saluran apa yang digunakan
oleh komunikator namun yang terpenting adalah tercapainya maksud yang
sebenarnya dari penyampaian pesan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_politik
komunikasidanpolitik.blogspot.com/p/materi-komunikasi-politik.html
www.slideshare.net/Hennov/proses-komunikasi-politik
www.academia.edu/.../TUGAS_KOMUNIKASI_POLITIK
documentstore.weebly.com/uploads/4/2/2/7/.../komunikasi_politik.pdf
https://saidhamzali.wordpress.com/catatan.../diktat-komunikasi-politik
sekolahkomunikasi.blogspot.com/p/komunikasi-politik.html
kajianpolitikkuningan.blogspot.com/.../komponen-komponen-
komunikasi-politik
www.academia.edu/.../KOMUNIKASI_POLITIK_DAN_DEMOKRATIS..
www.bukabuku.com/.../komunikasi-politik-teori-aplikasi-dan-strategi
politik.kompasiana.com/.../komunikasi-politik-indonesia-530415.html
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1081