Wednesday, November 19, 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA AUTEMATIK PADA SISWA KELAS VII SMP



UPAYA MENINGKATKAN  KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA AUTEMATIK PADA  SISWA  KELAS VII SMP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Masalah
Membaca merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan proses. Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dengan membaca erat berhubungan, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain. Keduanya merupakan proses saling mengisi. Membaca hendaknya disertai dengan diskusi (sebelum, selama, dan sesduah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilihan ide-ide para pelajar yang kita asuh (Dawson, dalam Tarigan, 2008 : 3)
Membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya  (Poerwodarminto, 1996 : 71). Tarigan (1993 : 2) mengungkapkan membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh Broto dalam Tarigan (1994 : 58) dikatakan membaca yaitu mengucapkan lambang bunyi. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca yaitu proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isi yang terkandung di dalamnya,
Kegiatan membaca tidak timbul secara alami tetapi ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya,   yaitu  faktor  dalam  (intern)   pembaca  dan  faktor  luar  (ekstern) pembaca. Faktor yang  berasal dari dalam diri  pembaca itu antara lain  tuntutan kebutuhan pembaca, adanya rasa persaingan antarsesamanya., sedangkan faktor yang berasal dari luar pembaca meliputi tersedianya waktu, tersedianya sarana yang diperlukan oleh pembaca, adanya dorongan dari luar (guru misalnya ), adanya hadiah atau yang sejenis dalam waktu-waktu tertentu dan sebagainya.
Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Membaca, yang khususnya dilaksanakan di sekolah, merupakan tanggung jawab seluruh kurikulum yang ada si sekolah tersebut. Akan tetapi kebanyakan sekolah menganggap bahwa pengajaran membaca merupakan tugas kedua, yang hanya merupakan tambahan. Menurut cara pandang ini, membaca itu penting tetapi hanya merupakan alat bantu dalam pengajaran bidang tertentu.
Langkah awal untuk memperbaiki pembelajaran membaca di sekolah-sekolah adalah melibatkan siswa-siswanya dalam pekerjaan sekolah. Evaluasi yang dilakukan para guru dapat menentukan apakah pembelajaran membaca yang telah dilakukan mendapatkan hasil yang memuaskan untuk mempercepat suatu pembelajaran  membaca yang praktis. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan jalan :
1)      Memperhatikan masalah-masalah siswa dalam hal membaca.
2)      Menginventarisasi para siswanya dalam hal minat dan kebiasaan membacanya.
3)      Memperhatikan standar tes diagnostis dalam membaca.
4)      Meninjau penggunaan perpustakaan.
5)      Meninjau teknik yang digunakan untuk memperbaiki keterampilan membaca dari seorang pembaca yang normal.
6)      Mengidentifikasikan siswa-siswa yang membutuhkan bantuan khusus (Mashudi dalam Tarigan, 1997 : 31).
Dengan informasi ini, pengajar dapat mempelajari rencana perkembangan membaca, petunjuk membaca yang efektif, dapat memelihara perencanaan membaca dan mengetahui hasil serta akibat-akibatnya.
Dalam proses pembelajaran membaca pemahaman, perlu adanya alat/media yang  mendukung  kegiatan   belajar  siswa   agar  proses  membaca  dapat  terlaksana
dengan efektif. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa membaca isi bacaan adalah penggunaan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan pada asumsi itu, penulis mencoba menggunakan media pembelajaran  media autematik.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan membaca. Untuk memiliki keterampilan membaca tersebut tidak akan datang dengan sendirinya akan tetapi seseorang harus berlatih dengan sungguh-sungguh secara terus-menerus, baik dengan cara sendiri maupun dengan cara terpimpin melalui bimbingan seorang pengajar.
Langkah yang dapat dilakukan guru dalam merangsang aktivitas kemampuan laten membaca adalah dengan cara, pertama membantu para siswa menata sumber-sumber yang ada pada mereka. Kedua menguji kesenjangan pada pengetahuan laten sebelum melakukan aktivitas membaca. Untuk mengulangi kesenjangan itu para guru dapat membantu melalui gambar-gambar, peta, urutan kronologis kejadian dan film strips (Resmini, 2006 : 72).
1.2      Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1      Pembatasan Masalah
Pembelajaran membaca dalam bahasa Indonesia cakupannya terlalu luas. Oleh karena itu penulis membatasi penelitian pada hasil pembelajaran membaca pemahaman, dengan rumusan “Bagaimana hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan memnggunakan media autematik pada siswa kelas VII SMP 
Perumusan Masalah
Arikunto (1995 : 229), mengatakan bahwa “masalah adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Sedangkan Nana Sudjana dalam buku yang berjudul Tuntunan  Penyusunan  Karya  Ilmiah (1992 : 1) berpendapat bahwa masalah adalah yang tersirat dalam judul penelitian.
Berdasarkan latar belakang pokok permasalahan yang diuraikan di atas, masalah penelitian ini selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1)      Bagaimana keefektifan proses pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP dengan menggunakan media autematik?
2)      Apakah pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP dengan menggunakan media autematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
1.3     Pemecahan Masalah
Seseorang menginginkan sesuatu yang lebih baik. Dalam dunia pendidikan, peningkatan kepada hal yang lebih baik dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul-menyusul, sejalan dengan dinamika yang terjadi.
Membaca merupakan pembelajaran bahasa yang sangat kompleks dan rumit, seperti telah diungkapkan di atas. Pembelajaran membaca yang telah dilakukan oleh guru selama ini selalu menunjukkan hasil yang belum memenuhi harapan, walau berbagai metode dan teknik serta media telah digunakan dalam pembelajaran membaca.
Secara umum tujuan kegiatan penelitian adalah menjelaskan dunia sekitar kita melalui upaya yang sistematis (Kamil, 1995). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka tujuan penelitian bahasa berarti upaya yang sistematis untuk menjelaskan, memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah-masalah pendidikan bahasa.
Sesuai dengan asumsi di atas, maka permasalahan penelitian tindakan kelas difokuskan pada strategi guru untuk memperkaya dan memperbaiki dalam konteks pembelajaran di kelas. Dengan demikian, pada model pembelajaran erat kaitannya dengan penelitian ini terdapat penegasan pada focus permasalahannya.
Mengujicobakan model pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP tahun pelajaran 2012/2013 dengan melalui media autematik, merupakan salah satu mengatasi permasalahan tersebut.
1.4     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan agar adanya peningkatan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan media autematik. Tujuan yang jelas dalam penelitian merupakan salah satu kunci keberhasilan, landasan bagi seluruh tahapan penelitian, mulai dari perancangan penelitian sampai pada simpulan. Sehingga dalam pelaksanaannya terarah dan terwujud dengan baik.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1)      Untuk mengetahui  efektivitas  proses  pembelajaran membaca  pemahaman  pada
siswa kelas VII SMP dengan menggunakan media autematik.
2)      Untuk mengetahui hasil pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP dengan menggunakan media autematik.
1.5     Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengadakan perubahan dan perbaikan dala proses pembelajaran,  adalah sebagai berikut.
a.       Manfaat bagi guru, sebagai inovasi dan motivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
b.      Manfaat bagi siswa, menumbuhkan motivasi dan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang dipahaminya secara tertulis maupun lisan.
c.       Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan konsep strategi pembelajaran untuk dijadikan acuan dalam membuat kebijakan dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya.
1.6     Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 2010 : 110).
Dalam penelitian ini penulis mempunyai hipotesis sebagai berikut : Terdapat peningkatan kemampuan dalam membaca pemahaman melalui media autematik pada siswa Kelas VII SMP
1.7    Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Untuk menghindari salah penafsiran terhadap konsep atau istilah-istilah tersebut, maka peneliti memandang perlu untuk menjelaskan pengertian-pengertian yang terdapat dalam judul penelitian. Judul penelitian yang penelitian yang dilakukan peneliti yaitu Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Media Autematik pada Siswa Kelas VII SMP
Adapun pengertian dari istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Upaya meningkatkan, artinya usaha atau ikhtiar yang dilakukan untuk menaikkan derajat kepada yang lebih baik.
b.      Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.
c.       Membaca pemahaman adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman.
d.      Media adalah alat atau sarana yang digunakan Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran
e.      Autematik adalah tulisan atau bacaan yang mengandung tema pilihan pembaca sendiri
f.        Media autematik adalah media yang berupa bahan bacaan yang temanya ditentukan, atau dipilih oleh siswa itu sendiri.
BAB  2
MEMBACA PEMAHAMAN DAN MEDIA AUTEMATIK
2.1  Membaca
Pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca selalu ditekankan. Penekanan pengajaran ini mulai diajarkan dari berbagai tingkat sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi, karena pengajaran tersebut merupakan pengajaran yang memegang peranan penting pada mata pelajaran yang lainnya. Sehingga sangat berperan dan terasa manfaatnya dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Membaca adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Sebagai bentuk keterampilan reseptif, kegiatan membaca merupakan proses mengumpulkan dan menemukan informasi melalui bacaan. Oleh sebab itu dalah satu tujuan membaca adalah bagaimana mendapatkan informasi melalui suatu bacaan untuk memperkaya khasanah keilmuan baik yang bersifat ilmiah maupun non-ilmiah.
Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah menyimak. Hubungan antara pebutur (penulis) dan penerima (pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan. Penyampaian informasi melalui sarana tulis untuk berbagai keperluan. Dalam abad modern ini keprluan membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Berbagai informasi seperti berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan, dan lain-lain, sangat efektif diumumkan melalui sarana tulisan, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, surat, buku-buku cerita, buku pelajaran, dan lain-lain. Aktivitas membaca tentang berbagai sumber informasi tersebut akan membuka dan memperluas ilmu seseorang.
                Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal. Tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual berpikir psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pengalaman literal, mempretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
2.1.1   Pengertian Membaca
                Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif dengan tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui bacaan (Harris dalam Resmini, 2006 : 167). Nuttal (dalam Resmini, 2006 : 167) mengartikan membaca sebagai upaya mengenali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan tujuan membaca. Untuk memperoleh informasi pembaca akan menggunakan strategi-strategi tertentu, yang berupa keterampilan menangani teks itu sendiri.
                Membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya  (W.J.S. Poerwodarminto, 1996 : 71). Pendapat lain  mengungkapkan bahwa membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. (Tarigan, 1993 : 2).
                Sedangkan membaca menurut Resmini, dkk (2006 : 1) adalah kegiatan interaksi dengan bahasa yang dikodekan ke dalam cetakan (huruf-huruf). Ini merupakan pengertian yang paling umum. Yang lebih khusus bahwa dua fase membaca yang perlu diperhatikan  apabila seorang guru  membimbing  pertumbuhan/
perkembangan anak-anak dalam membaca, ialah :
a.       Membaca adalah kegiatan deconding print into sound atau aktivitas menguraikan kode-kode cetakan (tulisan) ke dalam bunyi, dengan kata-kata lain membunyikan kode-kode cetakan/tulisan.
b.      Membaca merupakan deconding grafhis refresentatif of language into meaning atau aktivitas menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam arti tertentu.
2.1.2   Pengertian Membaca Pemahaman
                Yang dimaksud dengan membaca pemahaman atau intensive reading adalah studi saksama, telaah teliti, dan penangan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari (Tarigan, 2008 : 36). Masih pendapat Tarigan : kuesioner, pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dari teknik membaca pemahaman.
Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca dengan maksud atau tujuan untuk memahami isi bacaan, baik yang bersifat pengetahuan atau kesastraan (Soegito, 2002 : 68).
Membaca pemahaman yang dimaksud di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami :
a)      standar-standar atau norma-norma kesastraan (literery standards).
b)      resensi kritis (critical review).
c)       drama tulis (printed drama)
d)      pola-pola fiksi (patterns of fiction) ( Tarigan, 2008 : 58).
                Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa membaca pemahaman adalah studi saksama, telaah teliti, dan penangan terperinci atau suatu kegiatan membaca baik tentang pengetahuan, kebahasaan, maupun kesastraan dengan tujuan untuk memahami isi dari bacaan tersebut. 
2.1.3   Aspek-Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu :
a.       Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup :
1)      pengenalan bentuk huruf.
2)      Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa,  kalimat, dan lain-lain).
3)      Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”).
4)      Kecepatan membaca berarap lambat.
b.      Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi ( higher order ). Aspek ini mencakup:
1)      memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
2)      Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
3)      Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
4)      Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Brughton dalam Tarigan, 2008 : 9).
Usaha yang dapat dilaksanakan/dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan membaca itu antara lain Menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan jalam memperbanyak membaca.
1)      Membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan sebagainya.
2)      Memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, peribahasa, dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa ibu para pelajar
3)      Menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar dengan cara, misalnya :
4)      Meningkatkan kecepatan membaca para pelajar dengan cara sebagai berikut :
2.1.4            Tujuan Membaca
Prinsip dari keterampilan membaca adalah membaca untuk memperoleh kesenangan  dan untuk  memperoleh  informasi dari prinsip  tersebut  membaca  dapat  dirumuskan menjadi memahami isi dari apa yang ditulis dan mengeja atau melafalkan apa yang ditulis (IskandarWassid,  2008 : 289).
Tujuan umum dari keterampilan membaca, yaitu :
a)      mengenali naskah tulisan suatu bacaan;
b)      memaknai dan menggunakan kosakata asing;
c)       memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit;
d)      memahami makna konseptual;
e)      memahami nilai komunikatif dari suatu kalimat;
f)       memahami hubungan dalam kalimat, antarkalimat, antarparagraf;
g)      menginterpretasi bacaan;
h)      mengidentifikasi informasi penting dalam wacana;
i)        membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang;
j)        menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman;
k)      skimming;
l)        scanning untuk menempatkan informasi yang dibutuhkan.
Jadi, tujuan umum keterampilan membaca itu dapat disimpulkan siswa dapat mengenali naskah tulisan, memaknai, memahami informasi, makna konseptual dan nilai komunikatif serta hubungan dalam kalimat dan dapat menginterpretasi bacaan tersebut untuk mengidentifikasi informasi penting dalam membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang serta dapat menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman.
Sedangkan tujuan pembelajaran membaca bagi peserta didik pada tingkat menengah, yaitu :
a)      Menemukan Ide pokok dan ide penunjang.
b)      Menafsirkan isi bacaan.
c)       Membuat intisari bacaan.
d)      Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi), (IskandarWassid,  2008 : 289).
Kegiatan membaca yang diperuntukkan bagi orang lain tidak akan sebanyak kegiatan membaca untuk kepentingan diri sendiri. Bermacam-macam tujuan dan motivasi orang untuk melakukan kegiatan membaca. Tujuan kita membaca Koran atau majalah berbeda dengan tujuan membaca roman, novel, dan sejenisnya serta berbeda dengan tujuan membaca buku-buku pelajaran. Untuk itu, kita dapat mengelompokkan tujuan membaca itu sebagai berikut untuk :
a.       Mengisi waktu luang atau mencari hiburan.
b.      Mencari informasi (secara akademik).
c.       Mempekaya perbendaharaan kosakata, dan lain-lain (Supriyadi, 1992 : 130).
Tujuan membaca dilihat dari penggolongan dan bahan yang digunakannya, yaitu :
a.       Membaca untuk mendapatkan pengetahuan, jenis membaca yang cocok untuk keperluan ini adalah membaca dalam hati. Bahan bacaan  yang dapat dipergunakan antara lain : laporan  (peristiwa, perjalanan, pertandingan), buku pelajaran, majalah-majalah ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
b.      Membaca untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan. Jenis membaca  yang  cocok  untuk  keperluan ini ialah membaca  teknik/nyaring, dapat
pula membaca dalam hati untuk jenis-jenis bacaan tertentu seperti prosa fiksi. Bahan bacaan yang cocok untuk tujuan membaca seperti ini adalah : puisi, sajak, prosa berirama, drama, dan prosa-fiksi biasa.
c.       Membaca untuk  mengisi  waktu  luang.  Jenis  membaca yang  dipergunakan  tidaklah terikat pada jenis tertentu, demikian pula bahan bacaannya. Yang terpenting yang perlu ditanamkan peserta didik adalah bagaimana dapat mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat dan  tidak membosankan. Bacaan  tentang
       kepahlawanan, keberanian, kecekatan, dan lain-lain (Supriyadi, 1992 : 131)
                    Dari uraian pendapat di atas, penulis dapat simpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, mengetahui  urutan  atau  susunan,  organisasi cerita,  menyimpulkan,  membaca inferensi, mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan, membaca menilai, membaca mengevaluasi, membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan, mengisi waktu luang, mendapatkan pengetahuan, dan untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan.
2.1.5          Kemampuan Membaca Pemahaman
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran  membaca  di kelas,  siswa  biasanya  membaca  dengan  cara  nyaring,
dalam hati, memindai, cepat, indah dan sebagainya. Semua itu dilakukan siswa sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini dilakukan siswa untuk mendapatkan informasi dan memahami isi bacaan dari apa yang dibacanya.
Poerwodarminto (1996 : 71) mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan untuk mengetahui isinya. Dr. Henry Guntur Tarigan (1993:2) mengungkapkan membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan  oleh  seorang  penulis  melalui  tulisan.  Pendapat  lain  dikemukakan oleh  A.S, Broto  (dalam Tarigan, 1993: 58)  dikatakan  membaca  yaitu
mengucapkan  lambang  bunyi.
2.1.6          Media  Autematik
Santono dalam Subana (2006 : 287), mengemukakan beberapa pengertian media, yaitu sebagai berikut.
1.       Secara umum, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima.
2.       Medium yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia ialah bahasa.
3.       Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dari isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar.
4.       Perbedaan istilah media pendidikan dan teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep tentang media.teknologi  bukan sekadar  benda, alat,
atau bahan. Dalam istilah teknologi tersimpul sikap, perbuatan, organisasi, manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu dan teknologi industri dalam proses pendidikan. Dalam konsep ini, tersimpul sikap dan tindakan inovatif menjadi watak dari ilmu dan teknologi tersebut.
2.2       Konsep Media Pembelajaran
Konsep mengenai media pembelajaran memiliki beberapa pendapat yang berbeda seperti yang diungkapkan beberapa orang ahli, diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut : “Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari  kata  “medium”  yang  secara  harfiah  berarti  perantara  atau  pengantar.  Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan” ( Djamarah, 2002 : 136 ).
Dalam pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
                Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran adalah untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
                Media sebagai sumber belajar dapat diartikan bahwa belajar mengajar adalah suatu  proses yang  mengolah  sejumlah nilai untuk  dikonsumsi oleh  setiap anak didik. Nilai-nilai  itu  tidak  datang  dengan  sendirinya,  tetapi  terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali di mana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya . Udin Saripuddin dan Winataputra ( 1991 : 65 ) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan aebagai suatu tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
2.2.1  Karakteristik Media Pembelajaran
                 Media mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang berbeda-beda satu sama lain. Masing-masing media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak semua jenis media akan dibahas di sini. Untuk mempermudah pembahasan, penulis menggunakan pengelompokan media seperti yang dikemukakan oleh Heinich. Namun karena pertimbangan praktis, maka jenis media yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media yang biasa digunakan dalam pembelajaran. 
a.            Media yang tidak diproyeksikan
                Kelompok media ini sering disebut sebagai media pameran (displayed media). Jenis media yang tidak diproyeksikan antara lain : realita, model, dan grafis. Ketiga media ini dapat dikategorikan sebagai media sederhana yang penyajiannya tidak menggunakan atau memerlukan tenaga listrik. Walaupun demikian media ini sangat penting bagi siswa karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup dan lebih menarik.
1)             Media realita
   Media realita adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realita tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi)  benda  nyata  tersebut  ke lokasinya. Realita  dapat  digunakan  dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realita yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali wujud aslinya.   
Media  realita   sangat   bermanfaat   terutama   bagi  siswa   yang   tidak   memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak untuk melihat badak yang ada di kebun binatang.
2)            Model
Model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realita. Model suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar, kecil atau sama dengan benda sesungguhnya. Model juga dapat dibuat dalam wujud yang lengkap seperti aslinya, bisa juga disederhanakan hanya menampilkan bagian/ ciri yang penting. Contoh model adalah : Candi Borobudur, pesawat terbang atau tugu monas yang dibuat dalam bentuk mini.
3)   Media Grafis
 Grafis tergolong jenis media visual, yang menyalurkan pesan lewat simbol-simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian
sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan, jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja. Banyak konsep yang justru mudah dijelaskan melalui gambar daripada menggunakan kata-kata verbal saja. Ingat ungkapan “satu gambar mengungkapakan seribu kata”
                    Sebagai salah satu media visual, grafis harus diusahakan memenuhi ketentuan-ketentuan agar menghasilkan visual yang komunikatif. Untuk lebih mudah diingat, ketentuan tersebut dinyatakan dalam akronim “VISUALS” (visible, interesting, simple, useful, accurate, ligtimate dan structured). Secara singkat prinsip umum pembuatan visual itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)                 Visible, berarti mudah dilihat oleh seluruh sasaran didik yang akan memanfaatkan   media yang kita buat
2)                 Interesting, artinya menarik, tidak monoton dan tidak membosankan.
3)                 Simple, artinya sederhana, singkat, tidak berlebihan
4)                 Useful, maksudnya adalah visual yang ditampilkan harus dipilih yang benar-benar bagi sasaran didik. Jangan  menayangkan  tulisan  terlalu banyak yang sebenarnya  kurang penting.
5)                 Accurate, isi harus benar dan tepat sasaran. Jika pesan yang dikemas dalam media visual salah, maka dampak buruknya akan sulit terhapus dari ingatan siswa.
6)                 Legitimate,  maksudnya adalah bahwa visual yang ditampilkan harus sesuatu yang  sah dan  masuk  akal.  Visual  yang  tidak  logis  atau  tidak  lazim  akan  dianggap janggal oleh anak.
7)                 Structured,  maksudnya   visual  harus   terstruktur   atau   tersusun   dengan   baik, sistematis, dan runtut sehingga mudah dipahami pesannya.
                Media grafis banyak jenisnya, misalnya : gambar/foto, sketsa, bagan, diagram, grafik, poster, kartun dan sebagainya.
      a).  Gambar/foto
Gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran. Gambar dan foto sifatnya universal, mudah dimengerti dan tidak terikat keterbatasan bahasa. Beberapa kelebihan media gambar/foto antara lain :
1)      Sifatnya konkrit
2)      Dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera
3)      Harganya relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan dalam pembelajaran  di kelas.
      b)   Sketsa
          Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draff kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, sketsa dapat menghindarkan verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat dibuat langsung oleh guru, oleh karena itu tentu harganya pasti murah ( bahkan bisa tanpa biaya ). Satu-satunya hambatan yang sering dikemukakan adalah : guru tidak bisa menggambar. Padahal setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar menggambar, dan itu sudah cukup sebagai modal membuat sketsa untuk memperjelas sajian kita.
c)   Diagram/ Skema
        Diagram/ Skema merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan symbol-simbol.  Diagram menggambarkan  struktur dari objek
tertentu secara garis besar. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk untuk memahami komponen dan mekanisme kerja suatu peralatan tertentu.
Diagram yang baik harus :
1)      Benar datanya, digambar rapi, diberi judul dan penjelasan seperlunya.
2)      Ukuran cukup dan dapat dilihat oleh siswa dalam jumlah yang diinginkan.
3)      Penyusunannya  disesuaikan  dengan  pola  membaca  yang  umum ( dari kiri ke kanan ).
      d)   Bagan/ Chart
        Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis yang lain seperti gambar, diagram, kartun atau lambang verbal. Agar menjadi media yang baik, bagan hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak berbelit-belit dan up to date.
Ada beberapa macam bentuk bagan, yaitu: bagan pohon, arus, dan waktu. Bagan pohon biasanya digunakan untuk menunjukkan sifat, komposisi, atau hubungan antar kelas (strata).
     e)   Grafik
       Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbul verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan untuk  menjelaskan  perkembangan  atau  perbandingan  suatu  objek yang saling berhubungan.. Ada beberapa bentuk grafik, antara lain : grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar.
b.            Media Proyeksi
            Dalam menguraikan media proyeksi, penulis akan membahas hanya media proyeksi transparansi OHP.
    Sejauh ini, papan tulis dianggap sebagai media yang paling praktis dan murah, sehingga setiap ruang kelas hampir pasti memilikinya. Sementara penggunaan prokyektor slide atau film, meskipun dipandang  dapat  mengatasi   kelemahan  papan  tulis  tersebut,   namun biayanya mahal dan kurang praktis pengoperasiannya. Penggunaan OHP bisa dianggap sebagai “jalan tengah” antara media tadisional papan tulis dengan media audio visual modern lainnya.
           Dibandingkan dengan media pembelajaran modern lainnya (slide, film, video), OHP merupakan alat Bantu pembelajaran tatap muka sejati. Anggapan ini
bisa dimaklum, sebab untuk menggunakan OHP tata ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Selain itu, dengan ruang kelas yang tidak perlu gelap, aktivitas siswa dapat berlangsung seperti biasa, dapat saling melihat dan tetap dapat sambil mencata. Keadaan seperti ini membuat aktivitas belajar tidak terganggu.
          2.2.2  Manfaat Media Pembelajaran
                Manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efesien.  Tetapi  secara lebih khusus ada beberapa  manfaat  media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985 mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu :
1.       Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam.
2.       Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi    melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi.
3.       Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga guru  dan siswa sama-sama aktif .
4.       Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5.  Meningkatkan kualitas belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efesien, tetapi juga memantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Jika  hal  itu  diperkaya  dengan  kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
6.  Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun,  tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
7.  Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
     Dengan media,  proses  pembelajaran  menjadi lebih menarik sehingga mendorong
siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
8.  Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produkrif.
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan saja menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru akan lebih  banyak memiliki waktu  untuk memberi perhatian kepada asfek-asfek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, dan memotivasi belajar.
2.3       Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti “ilmu perang” atau panglima perang”. strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut (Hornby dalam Hidayat, 1994 : 1).
Strategi itu sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan (Anthony  dalam  Hidayat,  1994 : 1).  Teknik   penyajian  pelajaran  atau   strategi  belajar mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur (Roestiyah, 2001 : 1).
2.4       Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu harus direncakan pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam menentukan materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
  1. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
  2. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
  3. kebermanfaatan bagi peserta didik;
  4. struktur keilmuan;
  5. kedalaman dan keluasaan materi;
  6. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
  7. alokasi waktu.
2.5       Penerapan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Media  Autematik          
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca di kelas,  siswa biasanya  membaca cara nyaring,  dalam hati,
memindai, cepat, indah dan sebagainya. Hal ini dilakukan siswa untuk mendapatkan informasi dan memahami isi bacaan dari apa yang dibacanya.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Media adalah alat atau sarana yang digunakan Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Autematik adalah tulisan atau bacaan yang mengandung tema pilihan pembaca sendiri. Media autematik adalah media yang berupa bahan bacaan yang temanya ditentukan, atau dipilih oleh siswa itu sendiri.
Jadi, media autematik adalah media pembelajaran atau alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran dengan media yang berupa bahan bacaan yang temanya ditentukan, atau dipilih oleh siswa itu sendiri.
                Langkah petama, langkah persiapan, siswa diarahkan untuk membaca sebuah karangan yang telah dipersiapkan oleh guru. Guru memberikan penjelasan atau arahan mengenai  cara-cara  membaca dan  bagaimana cara membaca pemahaman yang baik.  Dalam langkah ini siswa diharapkan mencermati penjelasan guru dengan seksama dengan tujuan agar kegiatan lancar dan pada langkah selanjutnya tidak menemui kesulitan.
                Langkah kedua, langkah pengumpulan data. Langkah ini merupakan proses penerapan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media autematik. Siswa membuat ikhtisar sesuai dengan petunjuk atau pedoman cara membuat ikhtisar tersebut.
                Langkah ketiga yaitu pengolahan data. Data yang terkumpul selanjutnya diolah untuk  mengetahui  tingkat  keberhasilan  siswa.  Hasil  dari  pengolahan  data  tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media autematik.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1     Metode dan Teknik Penelitian
3.1.1     Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah action classion. Metode ini digunakan karena dalam pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan, sehingga tidak berpeluang mengganggu proses pembelajaran
Menurut Wardani, dkk (2004 : 14), penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat disebut dengan istilah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini mencoba mengkaji serta merefleksi secara kritis dan kolaboratif sesuai implementasi pembelajaran.
3.1.2          Teknik Penelitian
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka perlu menggunakan teknik penelitian. Dengan teknik penelitian dianggap dapat mempermudah dalam menyusun serangkaian data yang dibutuhkan. Teknik yang digunakan peneliti yaitu teknik observasi, wawancara, tes, dan kamera. Dari teknik observasi,  wawancara,  dan  tes  akan  didapat  responden  sebagai  umpan  balik dari
objek yang diteliti. 
3.1.3          Penskoran atau Penilaian
Sebagaimana yang telah di atas bahwa bentuk tes yang digunakan dalam bentuk piliihan ganda.  Dengan instrumen seperti itu, maka untuk memberi penskoran
3.2      Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan rangkaian penelitian tindakan kelas Classroom Action Research). harus dilakukan secara bertahap. Prosedur tahapan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
A.      Rencana Tindakan
  1. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran, yaitu dengan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman melalui penggunaan
media autematik.
  1. Menentukan Standar Kompetensi dan menentukan jenis bacaan.
  2. Membuat rencana pembelajaran.
  3. Mempersiapkan alat peraga.
  4. Membuat LKS dan soal kuis.
  5. Mempersiapkan format observasi pembelajaran.
  6. Membentuk kelompok belajar.
  7. Membuat lembar observasi
B.      Pelaksanaan Tindakan
             Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui  pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan perencanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan ini direncanakan terbagi beberapa siklus penelitian.
Siklus pertama, pelaksanaan pembelajaran keterampilan  kemampuan membaca pemahaman melalui penggunaan media autematik yang meliputi : mengungkapkan konsepsi awal atau membangkitkan motivasi (apersepsi), ekplorasi, diskusi,   menjelaskan   pengalaman,  dan   mengembangkan  aplikasi.   Pelaksanaan
pembelajaran ini dilaksanakan 3 kali pertemuan.
Sedangkan siklus kedua dan seterusnya disertai dengan pemecahan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran sebelumnya, sesuai dengan fokus tindakan yang ditetapkan.
C.      Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi  dilakukan  dalam  upaya  mengumpulkan data.   Data  yang  dikumpulkan adalah data kualitatif yang didapat melalui observasi dan data kuantitatif melalui tes.
D.      Analisis Refleksi
                Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan data, pengkodean  data,  dan  pentabelan  data,   analisis  hasil  penilaian  diakhiri  dengan
penarikan simpulan yang digunakan sebagai bahan  refleksi dan akan dijadikan acuan
untuk merencanakan siklus berikutnya,  sehingga masalah akan terjawab  bahwa  motode pembelajaran autematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa
  Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul dari hasil penelitian diolah dan dianalisis sampai ditemukan suatu kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. Analisis data adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Penelitian  tentang  kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media autematik memiliki dua variabel, yaitu kemampuan membaca pemahaman dan media autematik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif dimana :
1.       Hasil belajar dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil observasi antar siklus maupun dengan indikator kerja.
2.       Observasi dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
BAB  4
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1     Hasil Penelitian
4.1.1   Kegiatan Awal Penelitian
Hasil pembelajaran bahasa Indonesia sebelum dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran variatif nilai yang diperoleh siswa masih kurang memuaskan atau masih di bawah standar, serta pelaksanaan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang verbalistik, sehingga siswa di kelas mudah merasa jenuh dan bosan
Dari hasil kegiatan awal pada pembelajaran biasa sebelum menggunakan model pembelajaran Kemampuan membaca pemahaman melalui media auematik, dapat dijadikan refleksi dalam merencanakan tindakan pembelajaran selanjutnya pada pembelajaran siklus I. 
4.1.2          Kegiatan Tindakan Pembelajaran
Tahapan dalam penelitian tindakan ini meliputi tiga siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Masing-masing tahapan disajikan sebagai berikut.
4.1.2.1      Pelaksanakan  Siklus I
a.       Perencanaan
1)      Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran membaca pemahaman melalui media autematik dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.
2)      Membuat soal tes formatif pada siklus I dengan materi pokok membaca pemahaman
3)      Menyusun lembar diskusi kelompok dan lembar observasi. Lembar diskusi kelompok yang diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berpikir bersama. Lembar observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi keaktifan dan kerjasama siswa..
4)      Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain: kelompok, nama anggota kelompok
b.      Pelaksanaan Tindakan
Guru memberikan tindakan kelas dengan model pembelajaran  mind mapping melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)      Guru menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran pembelajaran.
2)      Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
3)      Guru membagikan lembar diskusi dan lembar kerja yang dibutuhkan.
4)      Siswa menyelesaikan lembar diskusi kelompok dengan berpikir bersama.
5)      Guru berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan masalah.
6)      Guru memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.
7)      Guru menyarankan para siswa dari tiap kelompok menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
8)      Siswa melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.
9)      Memberi Tes Formatif pada akhir pembelajaran.
c.       Pengamatan
1)      Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam belajar mengajar :
2)      Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.
3)      Pengamatan Pengamatan terhadap Hasil Belajar Siswa
d.      Refleksi
Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan yang dilakukan, hasil refleksi siklus I antara lain :
1)      Agar tejadi interaksi dan kerjasama dengan baik antara satu sama lain baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, dalam hal ini siswa memperhatikan saat guru menyajikan materi dan masalah serta memberikan respon atas hal tersebut, maka guru dianjurkan untuk menyajikan materi dan masalah secara menarik dan menggunakan  bahasa  yang sederhana agar dimengerti oleh siswa
2)      Sebagian besar siswa masih takut bertanya kepada guru bila menemui kesulitan. Untuk mengatasi hal itu guru dianjurkan memotivasi para siswa untuk berani mengajukan pertanyaan dan memberikan waktu untuk bertanya.
3)      Sebagian   kelompok    masih   enggan   menampilkan   hasil   diskusinya.   Untuk
mengatasi hal itu, dianjurkan guru memberikan dorongan semangat keberanian supaya semua kelompok  berani menampilkan hasil diskusinya.
4)      Agar siswa memberikan komentar, kritik, saran antarkelompok atas hasil diskusi yang dipresentasikan atau dengan kata lain siswa melakukan refleksi dianjurkan guru memberikan giliran bertanya atau respon kepada kelompok selain yang tampil pada saat diskusi.
4.1.2.2      Pelaksanakan  Siklus II
a.       Perencanaan
1)      Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran membaca pemahaman pada materi yang akan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II.
2)      Membuat soal tes Formatif pada siklus II dengan materi pokok Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas.
Menyusun lembar diskusi kelompok dan lembar observasi. Lembar diskusi  kelompok yang  diberikan  kepada siswa  digunakan untuk  menyelesaikan permasalahan dengan berpikir bersama. Lembar obsrvasi yang digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi keaktifan dan kerjasama siswa
3)      Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.
4)      Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain : nama kelompok, dan nama anggota kelompok.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Guru memberikan tindakan kelas pada siklus II dengan model pembelajaran  membaca pemahaman  melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)      Guru menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman..
2)      Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
3)      Guru membagikan lembar diskusi dan lembar kerja yang dibutuhkan.
4)      Siswa menyelesaikan lembar diskusi kelompok dengan berpikir bersama.
5)      Guru berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan masalah.
6)      Guru memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.
7)      Guru menyarankan para siswa dari tiap kelompok menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
8)      Siswa melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.
9)      Memberi Tes Formatif pada akhir pembelajaran.
c.       Pengamatan
1)      Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam belajar mengajar :
2)      Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.
3)      Pengamatan Pengamatan terhadap Hasil Belajar Siswa
d.      Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini adalah sebagai berikut :
1)      Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar ke pembelajaran kooperatif. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
2)      Meningkatnya rata-rata hasil tes formatif dari 7,38 pada siklus pertama menjadi 7,93 pada siklus kedua.
4.1.2.3       Pelaksanakan  Siklus III
a.       Perencanaan
1)      Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran membaca pemahanpada materi yang akan diajarkan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III.
2)      Membuat soal tes Formatif pada siklus III dengan materi pokok membaca pemahan melalui media autematik.
3)      Menyusun lembar diskusi dan observasi, Lembar diskusi  kelompok yang  diberikan  kepada siswa digunakan untuk  menyelesaikan permasalahan dengan berpikir bersama. Lembar angket yang diberikan kepada siswa digunakan untuk mengetahui sikap siswa dalam pembelajaran mind mapping. Lembar observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi keaktifan dan kerjasama siswa..
4)      Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.
5)      Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain : nama kelompok, dan nama anggota kelompok.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Guru memberikan tindakan kelas pada siklus III dengan pembelajaran  membaca pemahaman melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)      Guru menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman.
2)      Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 4-6 orang.
3)      Guru membagikan lembar diskusi kelompok dan lembar kerja yang dibutuhkan oleh siswa.
4)      Siswa menyelesaikan lembar diskusi kelompok dengan berpikir bersama.
5)      Guru berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan masalah.
6)      Guru memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.
7)      Guru menyarankan para siswa dari tiap kelompok menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
8)      Siswa melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.
9)      Memberi Tes Formatif pada akhir pembelajaran.
10)   Memberikan angket pada siswa.
c.       Pengamatan
1)      Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam belajar mengajar :
2)   Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.
3)      Pengamatan terhadap Hasil Belajar Siswa
d.      Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus III ini adalah sebagai berikut :
1)      Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah ke pembelajaran secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa sudah mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
2)      Meningkatnya rata-rata hasil tes formatif dari 7,93 pada siklus kedua menjadi 8,28 pada siklus ketiga.
4.2         Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1          Analisis Ketuntasan Hasil Belajar
Pada setiap tindakan pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III diadakan tes formatif untuk mengetahui rata-rata kelas, daya serap kelas, dan ketuntasan belajar kelas. Secara garis besar,  perhitungan  nilai  rata-rata kelas dan prosentase daya serap  kelas dari tes formatif I, tes formatif II, dan tes formatif III yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini tercantum
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1     Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat peneliti simpulan sebagai berikut.
1.       Penggunaan model pembelajaran melalui media autematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan prosentase keefektifan siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya. Siklus I prosentase 65%, siklus kedua siswa sudah mulai aktif dengan prosentase 67,5%,dan siklus ketiga dengan prosentase 73,80% yang artinya siswa sudah aktif dan prosentase tersebut sudah memenuhi prosentase keberhasilan yaitu 70%.
2.       Penggunaan model pembelajaran melalui media autematik meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP .Hal ini adanya  peningkatan  rata-rata  hasil  tes formatif  dari  satu siklus  ke siklus berikutnya. Rata-rata nilai formatif pada siklus I = 7,38  terdapat 33 orang tuntas belajar secara klasikal atau sekitar 82,5 %  dan rata-rata daya serap kelas mencapai 73,80 %. Rata-rata nilai formatif pada siklus II = 7,93  terdapat 36 orang  tuntas belajar secara klasikal atau sekitar 95 %, rata-rata daya serap kelas mencapai 79,30%. Pada siklus III rata-rata nilai formatif 8,28 terdapat 38 orang tuntas belajar secara klasikal atau sekitar 95 %, rata-rata daya serap kelas mencapai 82,80 %.  Dari analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pembelajaran melalui media autematik terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa.
3.         Saran
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah:
1.       Model pembelajaran melalui media autematik salah satu model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar karena dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah, keaktifan siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok
2.       Model pembelajaran melalui media autematik sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan model pembelajaran melalui media autematik ini dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam membaca pemahaman..

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Kosadi dan Iim Rahmina. 1995. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Kasbolah E.S., Kasihani..1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta :    Depdikbud
Kosasih dan Joko Mumpuni 2005. Bahasa Indonesia . Jakarta : Piranti Darma Kalokatama
Syamsudin dkk. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.  Rosda Karya Remaja.
Sudjana, Nana.  1995. Tuntunan  Penyusunan  Karya  Ilmiah.  Bandung   :   Sinar  Baru  Argenisindo.
Supriyadi, dkk. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaeful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Engkoswara.. 1985. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung :    Intermediary.

No comments:

Post a Comment