UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI
MEDIA AUTEMATIK PADA SISWA KELAS VII SMP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Membaca
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan
proses. Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dengan membaca erat
berhubungan, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada
yang lain. Keduanya merupakan proses saling mengisi. Membaca hendaknya disertai
dengan diskusi (sebelum, selama, dan sesduah membaca) kalau kita ingin
meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilihan
ide-ide para pelajar yang kita asuh (Dawson, dalam Tarigan, 2008 : 3)
Membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan
dengan tujuan ingin mengetahui isinya
(Poerwodarminto, 1996 : 71). Tarigan (1993 : 2) mengungkapkan membaca
yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui
tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh Broto dalam Tarigan (1994 : 58)
dikatakan membaca yaitu mengucapkan lambang bunyi. Dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud membaca yaitu proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isi yang
terkandung di dalamnya,
Kegiatan membaca tidak timbul secara alami tetapi ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya,
yaitu faktor dalam
(intern) pembaca
dan faktor luar (ekstern) pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca itu antara lain tuntutan kebutuhan pembaca, adanya rasa
persaingan antarsesamanya., sedangkan faktor yang berasal dari luar pembaca
meliputi tersedianya waktu, tersedianya sarana yang diperlukan oleh pembaca,
adanya dorongan dari luar (guru misalnya ), adanya hadiah atau yang sejenis
dalam waktu-waktu tertentu dan sebagainya.
Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan
manusia, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Membaca, yang khususnya
dilaksanakan di sekolah, merupakan tanggung jawab seluruh kurikulum yang ada si
sekolah tersebut. Akan tetapi kebanyakan sekolah menganggap bahwa pengajaran
membaca merupakan tugas kedua, yang hanya merupakan tambahan. Menurut cara
pandang ini, membaca itu penting tetapi hanya merupakan alat bantu dalam
pengajaran bidang tertentu.
Langkah awal untuk memperbaiki pembelajaran membaca di
sekolah-sekolah adalah melibatkan siswa-siswanya dalam pekerjaan sekolah.
Evaluasi yang dilakukan para guru dapat menentukan apakah pembelajaran membaca
yang telah dilakukan mendapatkan hasil yang memuaskan untuk mempercepat suatu
pembelajaran membaca yang praktis.
Evaluasi ini dapat dilakukan dengan jalan :
1)
Memperhatikan
masalah-masalah siswa dalam hal membaca.
2) Menginventarisasi
para siswanya dalam hal minat dan kebiasaan membacanya.
3)
Memperhatikan
standar tes diagnostis dalam membaca.
4)
Meninjau
penggunaan perpustakaan.
5)
Meninjau
teknik yang digunakan untuk memperbaiki keterampilan membaca dari seorang
pembaca yang normal.
6)
Mengidentifikasikan
siswa-siswa yang membutuhkan bantuan khusus (Mashudi dalam Tarigan, 1997 : 31).
Dengan informasi ini, pengajar dapat mempelajari rencana
perkembangan membaca, petunjuk membaca yang efektif, dapat memelihara
perencanaan membaca dan mengetahui hasil serta akibat-akibatnya.
Dalam proses pembelajaran membaca pemahaman, perlu adanya
alat/media yang mendukung kegiatan
belajar siswa agar
proses membaca dapat
terlaksana
dengan efektif. Salah satu faktor yang mempengaruhi
rendahnya kemampuan siswa membaca isi bacaan adalah penggunaan metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan pada
asumsi itu, penulis mencoba menggunakan media pembelajaran media autematik.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan
membaca. Untuk memiliki keterampilan membaca tersebut tidak akan datang dengan
sendirinya akan tetapi seseorang harus berlatih dengan sungguh-sungguh secara
terus-menerus, baik dengan cara sendiri maupun dengan cara terpimpin melalui
bimbingan seorang pengajar.
Langkah yang dapat dilakukan guru dalam merangsang
aktivitas kemampuan laten membaca adalah dengan cara, pertama membantu para
siswa menata sumber-sumber yang ada pada mereka. Kedua menguji kesenjangan pada
pengetahuan laten sebelum melakukan aktivitas membaca. Untuk mengulangi
kesenjangan itu para guru dapat membantu melalui gambar-gambar, peta, urutan
kronologis kejadian dan film strips (Resmini, 2006 : 72).
1.2 Pembatasan dan
Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Pembelajaran
membaca dalam bahasa Indonesia cakupannya terlalu luas. Oleh karena itu penulis
membatasi penelitian pada hasil pembelajaran membaca pemahaman, dengan rumusan
“Bagaimana hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan memnggunakan media
autematik pada siswa kelas VII SMP
Perumusan Masalah
Arikunto
(1995 : 229), mengatakan bahwa “masalah adalah suatu langkah awal dari suatu
kegiatan penelitian. Sedangkan Nana Sudjana dalam buku yang berjudul Tuntunan Penyusunan
Karya Ilmiah (1992
: 1) berpendapat bahwa masalah adalah yang tersirat dalam judul penelitian.
Berdasarkan
latar belakang pokok permasalahan yang diuraikan di atas, masalah penelitian
ini selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1) Bagaimana
keefektifan proses pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP
dengan menggunakan media autematik?
2) Apakah
pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP dengan menggunakan
media autematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
1.3 Pemecahan Masalah
Seseorang
menginginkan sesuatu yang lebih baik. Dalam dunia pendidikan, peningkatan
kepada hal yang lebih baik dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai,
tetapi sifatnya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih
baik yang datang susul-menyusul, sejalan dengan dinamika yang terjadi.
Membaca
merupakan pembelajaran bahasa yang sangat kompleks dan rumit, seperti telah
diungkapkan di atas. Pembelajaran membaca yang telah dilakukan oleh guru selama
ini selalu menunjukkan hasil yang belum memenuhi harapan, walau berbagai metode
dan teknik serta media telah digunakan dalam pembelajaran membaca.
Secara
umum tujuan kegiatan penelitian adalah menjelaskan dunia sekitar kita melalui
upaya yang sistematis (Kamil, 1995). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka
tujuan penelitian bahasa berarti upaya yang sistematis untuk menjelaskan,
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah-masalah pendidikan bahasa.
Sesuai
dengan asumsi di atas, maka permasalahan penelitian tindakan kelas difokuskan
pada strategi guru untuk memperkaya dan memperbaiki dalam konteks pembelajaran
di kelas. Dengan demikian, pada model pembelajaran erat kaitannya dengan
penelitian ini terdapat penegasan pada focus permasalahannya.
Mengujicobakan
model pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP tahun pelajaran
2012/2013 dengan melalui media autematik, merupakan salah satu mengatasi
permasalahan tersebut.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengupayakan agar adanya peningkatan kemampuan memahami isi
bacaan dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan media autematik. Tujuan
yang jelas dalam penelitian merupakan salah satu kunci keberhasilan, landasan
bagi seluruh tahapan penelitian, mulai dari perancangan penelitian sampai pada
simpulan. Sehingga dalam pelaksanaannya terarah dan terwujud dengan baik.
Adapun
tujuan dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran membaca pemahaman pada
siswa
kelas VII SMP dengan menggunakan media autematik.
2) Untuk
mengetahui hasil pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas VII SMP dengan
menggunakan media autematik.
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengadakan perubahan dan
perbaikan dala proses pembelajaran, adalah
sebagai berikut.
a. Manfaat
bagi guru, sebagai inovasi dan motivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Manfaat
bagi siswa, menumbuhkan motivasi dan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu
yang dipahaminya secara tertulis maupun lisan.
c. Bagi
peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan konsep strategi pembelajaran
untuk dijadikan acuan dalam membuat kebijakan dalam pembelajaran mata pelajaran
lainnya.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Suharsimi, 2010 :
110).
Dalam penelitian ini penulis mempunyai hipotesis sebagai
berikut : Terdapat peningkatan kemampuan dalam membaca pemahaman melalui media
autematik pada siswa Kelas VII SMP
1.7 Definisi Operasional
Definisi
operasional bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam
judul penelitian. Untuk menghindari salah penafsiran terhadap konsep atau
istilah-istilah tersebut, maka peneliti memandang perlu untuk menjelaskan
pengertian-pengertian yang terdapat dalam judul penelitian. Judul penelitian
yang penelitian yang dilakukan peneliti yaitu ”Upaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Media Autematik pada Siswa
Kelas VII SMP
Adapun
pengertian dari istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Upaya
meningkatkan, artinya usaha atau ikhtiar yang dilakukan untuk menaikkan derajat
kepada yang lebih baik.
b. Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.
c. Membaca
pemahaman adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira dua
sampai empat halaman.
d. Media adalah alat atau sarana yang digunakan Media
pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran
e. Autematik
adalah tulisan atau bacaan yang mengandung tema pilihan pembaca sendiri
f.
Media autematik adalah media yang berupa
bahan bacaan yang temanya ditentukan, atau dipilih oleh siswa itu sendiri.
BAB 2
MEMBACA
PEMAHAMAN DAN MEDIA AUTEMATIK
2.1
Membaca
Pengajaran
bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca selalu ditekankan. Penekanan
pengajaran ini mulai diajarkan dari berbagai tingkat sekolah, mulai dari
tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi, karena pengajaran tersebut
merupakan pengajaran yang memegang peranan penting pada mata pelajaran yang
lainnya. Sehingga sangat berperan dan terasa manfaatnya dalam kehidupan siswa
sehari-hari.
Membaca
adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Sebagai
bentuk keterampilan reseptif, kegiatan membaca merupakan proses mengumpulkan
dan menemukan informasi melalui bacaan. Oleh sebab itu dalah satu tujuan
membaca adalah bagaimana mendapatkan informasi melalui suatu bacaan untuk
memperkaya khasanah keilmuan baik yang bersifat ilmiah maupun non-ilmiah.
Kegiatan
membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah
menyimak. Hubungan antara pebutur (penulis) dan penerima (pembaca) bersifat
tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan. Penyampaian informasi melalui
sarana tulis untuk berbagai keperluan. Dalam abad modern ini keprluan membaca
merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Berbagai informasi seperti
berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan, dan lain-lain, sangat efektif
diumumkan melalui sarana tulisan, baik dalam bentuk surat kabar, majalah,
surat, buku-buku cerita, buku pelajaran, dan lain-lain. Aktivitas membaca
tentang berbagai sumber informasi tersebut akan membuka dan memperluas ilmu
seseorang.
Membaca
pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal. Tidak hanya
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual berpikir
psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai
proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis ke dalam
kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan
kata, pengalaman literal, mempretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
2.1.1 Pengertian Membaca
Membaca merupakan proses
pengolahan bacaan secara kritis-kreatif dengan tujuan memperoleh pemahaman
secara menyeluruh tentang suatu bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktivitas
mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui bacaan (Harris dalam
Resmini, 2006 : 167). Nuttal (dalam Resmini, 2006 : 167) mengartikan membaca
sebagai upaya mengenali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan
tujuan membaca. Untuk memperoleh informasi pembaca akan menggunakan
strategi-strategi tertentu, yang berupa keterampilan menangani teks itu sendiri.
Membaca
yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui
isinya (W.J.S. Poerwodarminto, 1996 :
71). Pendapat lain mengungkapkan bahwa
membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis
melalui tulisan. (Tarigan, 1993 : 2).
Sedangkan membaca menurut
Resmini, dkk (2006 : 1) adalah kegiatan interaksi dengan bahasa yang dikodekan
ke dalam cetakan (huruf-huruf). Ini merupakan pengertian yang paling umum. Yang
lebih khusus bahwa dua fase membaca yang perlu diperhatikan apabila seorang guru membimbing pertumbuhan/
perkembangan
anak-anak dalam membaca, ialah :
a.
Membaca
adalah kegiatan deconding print into sound atau aktivitas menguraikan
kode-kode cetakan (tulisan) ke dalam bunyi, dengan kata-kata lain membunyikan
kode-kode cetakan/tulisan.
b.
Membaca
merupakan deconding grafhis refresentatif of language into meaning atau
aktivitas menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam arti
tertentu.
2.1.2 Pengertian Membaca Pemahaman
Yang dimaksud dengan membaca pemahaman atau intensive
reading adalah studi saksama, telaah teliti, dan penangan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua
sampai empat halaman setiap hari (Tarigan, 2008 : 36). Masih pendapat Tarigan :
kuesioner, pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan
diskusi umum merupakan bagian dari teknik membaca pemahaman.
Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca dengan
maksud atau tujuan untuk memahami isi bacaan, baik yang bersifat pengetahuan
atau kesastraan (Soegito, 2002 : 68).
Membaca
pemahaman yang dimaksud di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk
memahami :
a)
standar-standar
atau norma-norma kesastraan (literery
standards).
b)
resensi
kritis (critical review).
c)
drama
tulis (printed drama)
d)
pola-pola
fiksi (patterns of fiction) ( Tarigan, 2008 : 58).
Dari beberapa pendapat ahli di
atas, dapat penulis simpulkan bahwa membaca pemahaman adalah studi saksama,
telaah teliti, dan penangan terperinci atau suatu kegiatan membaca baik tentang
pengetahuan, kebahasaan, maupun kesastraan dengan tujuan untuk memahami isi
dari bacaan tersebut.
2.1.3 Aspek-Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang
melibatkan serangkaian yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar terdapat
dua aspek penting dalam membaca, yaitu :
a. Keterampilan
yang bersifat mekanis (mechanical skills)
yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup :
1) pengenalan
bentuk huruf.
2) Pengenalan
unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
3) Pengenalan
hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan
tertulis atau “to bark at print”).
4) Kecepatan
membaca berarap lambat.
b. Keterampilan
yang bersifat pemahaman (comprehension
skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi ( higher order ). Aspek ini mencakup:
1) memahami
pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
2) Memahami
signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang
relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
3) Evaluasi
atau penilaian (isi, bentuk).
4) Kecepatan
membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Brughton dalam
Tarigan, 2008 : 9).
Usaha yang dapat
dilaksanakan/dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan membaca itu antara
lain Menolong para pelajar memperkaya
kosa kata mereka dengan jalam memperbanyak membaca.
1)
Membantu
para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan
sebagainya.
2)
Memberikan
serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah,
peribahasa, dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa ibu para pelajar
3)
Menjamin
serta memastikan pemahaman para pelajar dengan cara, misalnya :
4)
Meningkatkan
kecepatan membaca para pelajar dengan cara sebagai berikut :
2.1.4
Tujuan Membaca
Prinsip dari keterampilan membaca adalah membaca untuk
memperoleh kesenangan dan untuk memperoleh
informasi dari prinsip tersebut membaca dapat dirumuskan
menjadi memahami isi dari apa yang ditulis dan mengeja atau melafalkan apa yang
ditulis (IskandarWassid, 2008 : 289).
Tujuan umum dari keterampilan membaca, yaitu :
a)
mengenali
naskah tulisan suatu bacaan;
b)
memaknai
dan menggunakan kosakata asing;
c)
memahami
informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit;
d)
memahami
makna konseptual;
e)
memahami
nilai komunikatif dari suatu kalimat;
f)
memahami
hubungan dalam kalimat, antarkalimat, antarparagraf;
g)
menginterpretasi
bacaan;
h)
mengidentifikasi
informasi penting dalam wacana;
i)
membedakan
antara gagasan utama dan gagasan penunjang;
j)
menentukan
hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman;
k)
skimming;
l)
scanning
untuk menempatkan informasi yang
dibutuhkan.
Jadi, tujuan umum keterampilan membaca itu dapat
disimpulkan siswa dapat mengenali naskah tulisan, memaknai, memahami informasi,
makna konseptual dan nilai komunikatif serta hubungan dalam kalimat dan dapat
menginterpretasi bacaan tersebut untuk mengidentifikasi informasi penting dalam
membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang serta dapat menentukan
hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman.
Sedangkan tujuan pembelajaran membaca bagi peserta didik
pada tingkat menengah, yaitu :
a)
Menemukan
Ide pokok dan ide penunjang.
b)
Menafsirkan
isi bacaan.
c)
Membuat
intisari bacaan.
d)
Menceritakan
kembali berbagai jenis isi bacaan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi,
dan persuasi), (IskandarWassid, 2008 :
289).
Kegiatan membaca yang diperuntukkan bagi orang lain
tidak akan sebanyak kegiatan membaca untuk kepentingan diri sendiri.
Bermacam-macam tujuan dan motivasi orang untuk melakukan kegiatan membaca.
Tujuan kita membaca Koran atau majalah berbeda dengan tujuan membaca roman,
novel, dan sejenisnya serta berbeda dengan tujuan membaca buku-buku pelajaran. Untuk itu, kita dapat mengelompokkan tujuan membaca itu
sebagai berikut untuk :
a.
Mengisi
waktu luang atau mencari hiburan.
b.
Mencari
informasi (secara akademik).
c.
Mempekaya
perbendaharaan kosakata, dan lain-lain (Supriyadi, 1992 : 130).
Tujuan membaca dilihat
dari penggolongan dan bahan yang digunakannya, yaitu :
a.
Membaca
untuk mendapatkan pengetahuan, jenis membaca yang cocok untuk keperluan ini
adalah membaca dalam hati. Bahan bacaan
yang dapat dipergunakan antara lain : laporan (peristiwa, perjalanan, pertandingan), buku
pelajaran, majalah-majalah ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
b.
Membaca
untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan. Jenis membaca yang
cocok untuk keperluan ini ialah membaca teknik/nyaring, dapat
pula membaca dalam hati untuk jenis-jenis bacaan tertentu
seperti prosa fiksi. Bahan bacaan yang cocok untuk tujuan membaca seperti ini
adalah : puisi, sajak, prosa berirama, drama, dan prosa-fiksi biasa.
c.
Membaca
untuk mengisi waktu
luang. Jenis membaca yang
dipergunakan tidaklah terikat
pada jenis tertentu, demikian pula bahan bacaannya. Yang terpenting yang perlu
ditanamkan peserta didik adalah bagaimana dapat mengisi waktu dengan hal-hal
yang bermanfaat dan tidak membosankan.
Bacaan tentang
kepahlawanan,
keberanian, kecekatan, dan lain-lain (Supriyadi, 1992 : 131)
Dari
uraian pendapat di atas, penulis dapat simpulkan bahwa tujuan membaca adalah
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide
utama, mengetahui urutan atau
susunan, organisasi cerita, menyimpulkan,
membaca inferensi, mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan,
membaca menilai, membaca mengevaluasi, membaca untuk memperbandingkan atau
mempertentangkan, mengisi waktu luang, mendapatkan pengetahuan, dan untuk
memupuk perkembangan keharuan dan keindahan.
2.1.5
Kemampuan
Membaca Pemahaman
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bahasa
Indonesia, khususnya pembelajaran
membaca di kelas, siswa
biasanya membaca dengan
cara nyaring,
dalam hati, memindai, cepat, indah dan sebagainya. Semua
itu dilakukan siswa sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Hal ini dilakukan siswa untuk mendapatkan informasi dan memahami isi
bacaan dari apa yang dibacanya.
Poerwodarminto (1996 : 71) mengatakan bahwa membaca yaitu
melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan untuk mengetahui isinya.
Dr. Henry Guntur Tarigan (1993:2) mengungkapkan membaca yaitu proses
pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang
penulis melalui tulisan.
Pendapat lain dikemukakan oleh A.S, Broto (dalam Tarigan, 1993: 58) dikatakan
membaca yaitu
mengucapkan
lambang bunyi.
2.1.6
Media Autematik
Santono dalam Subana (2006 : 287), mengemukakan beberapa
pengertian media, yaitu sebagai berikut.
1.
Secara
umum, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar
ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima.
2.
Medium
yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia ialah bahasa.
3.
Media
pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dari
isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar.
4.
Perbedaan
istilah media pendidikan dan teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan
perluasan konsep tentang media.teknologi bukan sekadar benda, alat,
atau bahan. Dalam istilah teknologi tersimpul sikap,
perbuatan, organisasi, manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu dan
teknologi industri dalam proses pendidikan. Dalam konsep ini, tersimpul sikap
dan tindakan inovatif menjadi watak dari ilmu dan teknologi tersebut.
2.2 Konsep
Media Pembelajaran
Konsep mengenai media pembelajaran
memiliki beberapa pendapat yang berbeda seperti yang diungkapkan beberapa orang
ahli, diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut : “Media berasal dari
bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium” yang
secara harfiah berarti
perantara atau pengantar.
Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan.
Media
adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia,
benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan
dan keterampilan” ( Djamarah, 2002 : 136 ).
Dalam
pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam
kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan
kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat
mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat
tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media.
Anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran
adalah untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa
bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh
setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
Media sebagai sumber belajar
dapat diartikan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang
mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu
tidak datang dengan
sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar
yang sesungguhnya banyak sekali di mana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat
kota, di pedesaan, dan sebagainya . Udin Saripuddin dan Winataputra ( 1991 : 65
) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia,
buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena
itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan aebagai suatu
tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
2.2.1 Karakteristik Media
Pembelajaran
Media mempunyai karakteristik (kekhasan)
tertentu, yang berbeda-beda satu sama lain. Masing-masing media tentu memiliki
kelebihan dan kelemahan. Tidak semua jenis media akan dibahas di sini. Untuk
mempermudah pembahasan, penulis menggunakan pengelompokan media seperti yang
dikemukakan oleh Heinich. Namun karena pertimbangan praktis, maka jenis media
yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media yang biasa digunakan
dalam pembelajaran.
a. Media
yang tidak diproyeksikan
Kelompok
media ini sering disebut sebagai media pameran (displayed media). Jenis media
yang tidak diproyeksikan antara lain : realita, model, dan grafis. Ketiga media
ini dapat dikategorikan sebagai media sederhana yang penyajiannya tidak
menggunakan atau memerlukan tenaga listrik. Walaupun demikian media ini sangat
penting bagi siswa karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih
hidup dan lebih menarik.
1) Media realita
Media realita adalah benda nyata yang digunakan sebagai
bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realita tidak harus dihadirkan
secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa
melihat langsung (observasi) benda nyata
tersebut ke lokasinya. Realita dapat digunakan
dalam kegiatan belajar dalam bentuk
sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali
dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realita yang asli
adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam
ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali wujud aslinya.
Media realita sangat
bermanfaat terutama bagi
siswa yang tidak
memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari
binatang langka, siswa diajak untuk melihat badak yang ada di kebun binatang.
2) Model
Model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga
dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang
sesungguhnya. Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan
untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realita. Model suatu benda
dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar, kecil atau sama dengan benda
sesungguhnya. Model juga dapat dibuat dalam wujud yang lengkap seperti aslinya,
bisa juga disederhanakan hanya menampilkan bagian/ ciri yang penting. Contoh
model adalah : Candi Borobudur, pesawat terbang atau tugu monas yang dibuat
dalam bentuk mini.
3) Media Grafis
Grafis tergolong
jenis media visual, yang menyalurkan pesan lewat simbol-simbol visual. Grafis
juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian
sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau
konsep yang mudah terlupakan, jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal
saja. Banyak konsep yang justru mudah dijelaskan melalui gambar daripada
menggunakan kata-kata verbal saja. Ingat ungkapan “satu gambar mengungkapakan
seribu kata”
Sebagai salah satu media visual, grafis
harus diusahakan memenuhi ketentuan-ketentuan agar menghasilkan visual yang
komunikatif. Untuk lebih mudah diingat, ketentuan tersebut dinyatakan dalam
akronim “VISUALS” (visible, interesting,
simple, useful, accurate, ligtimate dan structured). Secara singkat prinsip
umum pembuatan visual itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Visible,
berarti mudah dilihat oleh seluruh sasaran didik yang akan memanfaatkan media yang kita buat
2)
Interesting, artinya menarik, tidak monoton dan tidak membosankan.
3)
Simple,
artinya sederhana, singkat, tidak berlebihan
4)
Useful,
maksudnya adalah visual yang ditampilkan harus dipilih yang benar-benar bagi
sasaran didik. Jangan menayangkan tulisan
terlalu banyak yang sebenarnya
kurang penting.
5)
Accurate, isi
harus benar dan tepat sasaran. Jika pesan yang dikemas dalam media visual
salah, maka dampak buruknya akan sulit terhapus dari ingatan siswa.
6)
Legitimate, maksudnya adalah bahwa visual yang
ditampilkan harus sesuatu yang sah
dan masuk akal.
Visual yang tidak
logis atau tidak
lazim akan dianggap janggal oleh anak.
7)
Structured, maksudnya
visual harus terstruktur
atau tersusun dengan
baik, sistematis, dan runtut sehingga mudah dipahami pesannya.
Media
grafis banyak jenisnya, misalnya : gambar/foto, sketsa, bagan, diagram, grafik,
poster, kartun dan sebagainya.
a). Gambar/foto
Gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai
dalam pembelajaran. Gambar dan foto sifatnya universal, mudah dimengerti dan
tidak terikat keterbatasan bahasa. Beberapa kelebihan media gambar/foto antara
lain :
1)
Sifatnya
konkrit
2)
Dapat
mengatasi batasan ruang, waktu dan indera
3)
Harganya
relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan dalam pembelajaran di kelas.
b)
Sketsa
Sketsa
adalah gambar yang sederhana atau draff kasar yang melukiskan bagian-bagian
pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, sketsa dapat
menghindarkan verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat dibuat langsung
oleh guru, oleh karena itu tentu harganya pasti murah ( bahkan bisa tanpa biaya
). Satu-satunya hambatan yang sering dikemukakan adalah : guru tidak bisa
menggambar. Padahal setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar menggambar, dan
itu sudah cukup sebagai modal membuat sketsa untuk memperjelas sajian kita.
c) Diagram/ Skema
Diagram/ Skema merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan
garis-garis dan symbol-simbol. Diagram menggambarkan
struktur dari objek
tertentu secara garis
besar. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk untuk memahami komponen dan
mekanisme kerja suatu peralatan tertentu.
Diagram yang baik
harus :
1)
Benar
datanya, digambar rapi, diberi judul dan penjelasan seperlunya.
2)
Ukuran
cukup dan dapat dilihat oleh siswa dalam jumlah yang diinginkan.
3)
Penyusunannya disesuaikan
dengan pola membaca
yang umum ( dari kiri ke kanan ).
d)
Bagan/ Chart
Fungsi
bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit sehingga
lebih mudah dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting
dari suatu penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis yang lain
seperti gambar, diagram, kartun atau lambang verbal. Agar menjadi media yang
baik, bagan hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak berbelit-belit dan
up to date.
Ada beberapa macam bentuk bagan, yaitu: bagan pohon,
arus, dan waktu. Bagan pohon biasanya digunakan untuk menunjukkan sifat,
komposisi, atau hubungan antar kelas (strata).
e)
Grafik
Grafik
adalah gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbul verbal atau
bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan
untuk menjelaskan perkembangan
atau perbandingan suatu
objek yang saling berhubungan.. Ada beberapa bentuk grafik, antara lain
: grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar.
b.
Media Proyeksi
Dalam menguraikan media proyeksi, penulis
akan membahas hanya media proyeksi transparansi OHP.
Sejauh ini, papan tulis dianggap sebagai
media yang paling praktis dan murah, sehingga setiap ruang kelas hampir pasti
memilikinya. Sementara penggunaan prokyektor slide atau film, meskipun dipandang dapat
mengatasi kelemahan papan
tulis tersebut, namun biayanya mahal dan kurang praktis pengoperasiannya. Penggunaan OHP bisa dianggap sebagai “jalan tengah”
antara media tadisional papan tulis dengan media audio visual modern lainnya.
Dibandingkan dengan media pembelajaran
modern lainnya (slide, film, video), OHP merupakan alat Bantu pembelajaran
tatap muka sejati. Anggapan ini
bisa dimaklum, sebab untuk menggunakan OHP tata ruang
kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus
membelakangi siswa). Selain itu, dengan ruang kelas yang tidak perlu gelap,
aktivitas siswa dapat berlangsung seperti biasa, dapat saling melihat dan tetap
dapat sambil mencata. Keadaan seperti
ini membuat aktivitas belajar tidak terganggu.
2.2.2 Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat
media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru
dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan
efesien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat
media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985 mengidentifikasi beberapa
manfaat media dalam pembelajaran, yaitu :
1.
Penyampaian
materi pelajaran dapat diseragamkan.
Dengan bantuan media,
penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan
kepada siswa secara seragam.
2.
Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Dengan berbagai
potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna,
baik secara alami maupun manipulasi.
3.
Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif
Media dapat membantu
guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses
pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu
arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga guru dan siswa sama-sama aktif .
4.
Efisiensi
dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan
kualitas belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran
lebih efesien, tetapi juga memantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam
dan utuh. Jika hal itu
diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau
mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
6. Media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun
dan dimanapun, tanpa tergantung pada
keberadaan seorang guru.
7. Media dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
Dengan
media, proses pembelajaran
menjadi lebih menarik sehingga mendorong
siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari
sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari
berbagai sumber tersebut, akan menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa
berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
8. Merubah peran
guru ke arah yang lebih positif dan produkrif.
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan
saja menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada asfek-asfek
edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan
kepribadian, dan memotivasi belajar.
2.3
Pengertian
Strategi Belajar Mengajar
Strategi
berasal dari kata Yunani strategia yang berarti “ilmu perang” atau panglima
perang”. strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan,
seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau
laut (Hornby dalam Hidayat, 1994 : 1).
Strategi
itu sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan
(Anthony dalam Hidayat,
1994 : 1). Teknik penyajian
pelajaran atau strategi
belajar mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh guru atau instruktur (Roestiyah, 2001 : 1).
2.4
Perencanaan
Pembelajaran
Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu harus direncakan
pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam menentukan materi
pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
- relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
- tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
- kebermanfaatan bagi peserta didik;
- struktur keilmuan;
- kedalaman dan keluasaan materi;
- relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
- alokasi waktu.
2.5 Penerapan
Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Media Autematik
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bahasa
Indonesia, khususnya pembelajaran membaca di kelas, siswa biasanya membaca cara nyaring, dalam hati,
memindai, cepat, indah dan sebagainya. Hal ini dilakukan
siswa untuk mendapatkan informasi dan memahami isi bacaan dari apa yang
dibacanya.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Media adalah alat atau sarana yang digunakan Media
pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Autematik
adalah tulisan atau bacaan yang mengandung tema pilihan pembaca sendiri. Media
autematik adalah media yang berupa bahan bacaan yang temanya ditentukan, atau
dipilih oleh siswa itu sendiri.
Jadi, media autematik adalah media pembelajaran atau alat
bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk melicinkan jalan
menuju tercapainya tujuan pembelajaran dengan media yang berupa
bahan bacaan yang temanya ditentukan, atau dipilih oleh siswa itu sendiri.
Langkah
petama, langkah persiapan, siswa diarahkan untuk membaca sebuah karangan yang
telah dipersiapkan oleh guru. Guru memberikan penjelasan atau arahan
mengenai cara-cara membaca dan
bagaimana cara membaca pemahaman yang baik. Dalam langkah ini siswa diharapkan mencermati
penjelasan guru dengan seksama dengan tujuan agar kegiatan lancar dan pada
langkah selanjutnya tidak menemui kesulitan.
Langkah
kedua, langkah pengumpulan data. Langkah ini merupakan proses penerapan
kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media autematik. Siswa membuat
ikhtisar sesuai dengan petunjuk atau pedoman cara membuat ikhtisar tersebut.
Langkah ketiga yaitu pengolahan
data. Data yang terkumpul selanjutnya diolah untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa.
Hasil dari pengolahan
data tersebut digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media autematik.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik
Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Metode
yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah action classion.
Metode ini digunakan karena dalam pengumpulan data tidak menuntut waktu yang
berlebihan, sehingga tidak berpeluang mengganggu proses pembelajaran
Menurut Wardani, dkk (2004 : 14), penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat disebut dengan istilah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Penelitian ini mencoba mengkaji serta merefleksi secara
kritis dan kolaboratif sesuai implementasi pembelajaran.
3.1.2
Teknik
Penelitian
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, maka perlu menggunakan teknik penelitian. Dengan teknik
penelitian dianggap dapat mempermudah dalam menyusun serangkaian data yang
dibutuhkan. Teknik yang digunakan peneliti yaitu teknik observasi, wawancara,
tes, dan kamera. Dari teknik observasi, wawancara,
dan tes akan didapat
responden sebagai umpan balik
dari
objek yang diteliti.
3.1.3
Penskoran
atau Penilaian
Sebagaimana yang telah di atas bahwa bentuk tes yang
digunakan dalam bentuk piliihan ganda. Dengan
instrumen seperti itu, maka untuk memberi penskoran
3.2 Prosedur
Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan rangkaian penelitian tindakan kelas Classroom
Action Research). harus dilakukan secara bertahap. Prosedur tahapan
penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
A. Rencana
Tindakan
- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran, yaitu dengan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman melalui penggunaan
media autematik.
- Menentukan Standar Kompetensi dan menentukan jenis bacaan.
- Membuat rencana pembelajaran.
- Mempersiapkan alat peraga.
- Membuat LKS dan soal kuis.
- Mempersiapkan format observasi pembelajaran.
- Membentuk kelompok belajar.
- Membuat lembar observasi
B. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam
penelitian ini akan dilakukan melalui
pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan perencanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan ini direncanakan terbagi beberapa
siklus penelitian.
Siklus pertama, pelaksanaan pembelajaran keterampilan
kemampuan membaca pemahaman melalui penggunaan media autematik yang meliputi : mengungkapkan konsepsi awal atau membangkitkan
motivasi (apersepsi), ekplorasi, diskusi,
menjelaskan pengalaman, dan mengembangkan aplikasi. Pelaksanaan
pembelajaran ini dilaksanakan 3 kali pertemuan.
Sedangkan siklus kedua dan seterusnya disertai dengan
pemecahan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran sebelumnya, sesuai
dengan fokus tindakan yang ditetapkan.
C. Observasi
dan Evaluasi
Kegiatan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan dalam upaya mengumpulkan
data. Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang
didapat melalui observasi dan data kuantitatif melalui tes.
D. Analisis
Refleksi
Setelah data terkumpul, langkah
selanjutnya adalah mengelompokkan data, pengkodean data, dan
pentabelan data, analisis
hasil penilaian diakhiri dengan
penarikan
simpulan yang digunakan sebagai bahan refleksi dan akan dijadikan acuan
untuk
merencanakan siklus berikutnya, sehingga
masalah akan terjawab bahwa motode pembelajaran autematik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul dari hasil penelitian diolah dan
dianalisis sampai ditemukan suatu kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Analisis data adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan.
Penelitian
tentang kemampuan membaca
pemahaman dengan menggunakan media autematik memiliki dua variabel, yaitu kemampuan membaca pemahaman dan media autematik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif dimana :
1.
Hasil
belajar dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil
observasi antar siklus maupun dengan indikator kerja.
2.
Observasi
dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
BAB 4
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Kegiatan Awal Penelitian
Hasil pembelajaran bahasa Indonesia sebelum dilaksanakan
dengan menggunakan model pembelajaran variatif nilai yang diperoleh siswa masih
kurang memuaskan atau masih di bawah standar, serta pelaksanaan dalam
pembelajaran guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang
verbalistik, sehingga siswa di kelas mudah merasa jenuh dan bosan
Dari hasil kegiatan awal pada pembelajaran biasa sebelum
menggunakan model pembelajaran Kemampuan
membaca pemahaman melalui media auematik, dapat dijadikan refleksi dalam
merencanakan tindakan pembelajaran selanjutnya pada pembelajaran siklus I.
4.1.2
Kegiatan
Tindakan Pembelajaran
Tahapan dalam penelitian tindakan ini meliputi tiga
siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi atau pengamatan dan refleksi. Masing-masing tahapan disajikan sebagai
berikut.
4.1.2.1
Pelaksanakan Siklus I
a.
Perencanaan
1) Guru
dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran membaca pemahaman
melalui media autematik dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus
I.
2) Membuat
soal tes formatif pada siklus I dengan materi pokok membaca pemahaman
3) Menyusun
lembar diskusi kelompok dan lembar observasi. Lembar diskusi kelompok yang
diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan
berpikir bersama. Lembar observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah
lembar observasi keaktifan dan kerjasama siswa..
4) Menyiapkan
sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain: kelompok, nama anggota
kelompok
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Guru
memberikan tindakan kelas dengan model pembelajaran mind
mapping melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)
Guru
menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran pembelajaran.
2)
Guru
membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
3)
Guru
membagikan lembar diskusi dan lembar kerja yang dibutuhkan.
4)
Siswa
menyelesaikan lembar diskusi kelompok dengan berpikir bersama.
5)
Guru
berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menyelesaikan masalah.
6)
Guru
memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.
7)
Guru
menyarankan para siswa dari tiap kelompok menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas.
8)
Siswa
melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.
9)
Memberi
Tes Formatif pada akhir pembelajaran.
c.
Pengamatan
1)
Pengamatan
terhadap keaktifan siswa dalam belajar mengajar :
2)
Pengamatan
terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.
3)
Pengamatan
Pengamatan terhadap Hasil Belajar Siswa
d.
Refleksi
Setelah
melaksanakan pengamatan atas tindakan yang dilakukan, hasil refleksi siklus I
antara lain :
1) Agar
tejadi interaksi dan kerjasama dengan baik antara satu sama lain baik siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru, dalam hal ini siswa memperhatikan saat
guru menyajikan materi dan masalah serta memberikan respon atas hal tersebut,
maka guru dianjurkan untuk menyajikan materi dan masalah secara menarik dan
menggunakan bahasa yang sederhana agar dimengerti oleh siswa
2) Sebagian
besar siswa masih takut bertanya kepada guru bila menemui kesulitan. Untuk mengatasi
hal itu guru dianjurkan memotivasi para siswa untuk berani mengajukan
pertanyaan dan memberikan waktu untuk bertanya.
3) Sebagian kelompok
masih enggan menampilkan
hasil diskusinya. Untuk
mengatasi
hal itu, dianjurkan guru memberikan dorongan semangat keberanian supaya semua
kelompok berani menampilkan hasil
diskusinya.
4) Agar
siswa memberikan komentar, kritik, saran antarkelompok atas hasil diskusi yang
dipresentasikan atau dengan kata lain siswa melakukan refleksi dianjurkan guru
memberikan giliran bertanya atau respon kepada kelompok selain yang tampil pada
saat diskusi.
4.1.2.2
Pelaksanakan
Siklus II
a.
Perencanaan
1) Guru
dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran membaca pemahaman pada materi yang
akan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II.
2) Membuat
soal tes Formatif pada siklus II dengan materi pokok Menulis teks berita secara
singkat, padat, dan jelas.
Menyusun
lembar diskusi kelompok dan lembar observasi. Lembar diskusi kelompok yang
diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berpikir
bersama. Lembar obsrvasi yang digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi
keaktifan dan kerjasama siswa
3) Membentuk
kelompok-kelompok dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.
4) Menyiapkan
sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain : nama kelompok, dan nama
anggota kelompok.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Guru
memberikan tindakan kelas pada siklus II dengan model pembelajaran membaca
pemahaman melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
1)
Guru
menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran membaca pemahaman..
2)
Guru
membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
3)
Guru
membagikan lembar diskusi dan lembar kerja yang dibutuhkan.
4)
Siswa
menyelesaikan lembar diskusi kelompok dengan berpikir bersama.
5)
Guru
berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menyelesaikan masalah.
6)
Guru
memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.
7)
Guru
menyarankan para siswa dari tiap kelompok menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas.
8)
Siswa
melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.
9)
Memberi
Tes Formatif pada akhir pembelajaran.
c.
Pengamatan
1)
Pengamatan
terhadap keaktifan siswa dalam belajar mengajar :
2)
Pengamatan
terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.
3)
Pengamatan
Pengamatan terhadap Hasil Belajar Siswa
d.
Refleksi
Keberhasilan
yang diperoleh selama siklus II ini adalah sebagai berikut :
1) Aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar ke pembelajaran kooperatif. Siswa mampu
membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru.
Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
2) Meningkatnya
rata-rata hasil tes formatif dari 7,38 pada siklus pertama menjadi 7,93 pada
siklus kedua.
4.1.2.3
Pelaksanakan
Siklus III
a.
Perencanaan
1) Guru
dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran membaca pemahanpada materi yang akan
diajarkan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III.
2) Membuat
soal tes Formatif pada siklus III dengan materi pokok membaca pemahan melalui
media autematik.
3) Menyusun
lembar diskusi dan observasi, Lembar diskusi
kelompok yang diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berpikir
bersama. Lembar angket yang diberikan kepada siswa digunakan untuk mengetahui
sikap siswa dalam pembelajaran mind
mapping. Lembar observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah lembar
observasi keaktifan dan kerjasama siswa..
4) Membentuk
kelompok-kelompok dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.
5) Menyiapkan
sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain : nama kelompok, dan nama
anggota kelompok.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Guru
memberikan tindakan kelas pada siklus III dengan pembelajaran membaca
pemahaman melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)
Guru
menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran membaca pemahaman.
2)
Guru
membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 4-6 orang.
3)
Guru
membagikan lembar diskusi kelompok dan lembar kerja yang dibutuhkan oleh siswa.
4)
Siswa
menyelesaikan lembar diskusi kelompok dengan berpikir bersama.
5)
Guru
berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menyelesaikan masalah.
6)
Guru
memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.
7)
Guru
menyarankan para siswa dari tiap kelompok menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas.
8)
Siswa
melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.
9)
Memberi
Tes Formatif pada akhir pembelajaran.
10) Memberikan angket pada siswa.
c.
Pengamatan
1)
Pengamatan
terhadap keaktifan siswa dalam belajar mengajar :
2) Pengamatan
terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.
3)
Pengamatan
terhadap Hasil Belajar Siswa
d. Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus III ini
adalah sebagai berikut :
1)
Aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah ke pembelajaran secara lebih
baik. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang
diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu
dalam melaksanakannya. Siswa sudah mampu mempresentasikan hasil kerja dengan
baik.
2)
Meningkatnya
rata-rata hasil tes formatif dari 7,93 pada siklus kedua menjadi 8,28 pada
siklus ketiga.
4.2
Analisis
Data Hasil Penelitian
4.2.1
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar
Pada setiap tindakan pembelajaran siklus I, siklus II,
dan siklus III diadakan tes formatif untuk mengetahui rata-rata kelas, daya
serap kelas, dan ketuntasan belajar kelas. Secara garis besar, perhitungan
nilai rata-rata kelas dan
prosentase daya serap kelas dari tes
formatif I, tes formatif II, dan tes formatif III yang diberikan kepada siswa
dalam penelitian ini tercantum
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil
penelitian, maka dapat peneliti simpulan sebagai berikut.
1.
Penggunaan
model pembelajaran melalui media autematik dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan prosentase keefektifan
siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya. Siklus I prosentase 65%, siklus
kedua siswa sudah mulai aktif dengan prosentase 67,5%,dan siklus ketiga dengan
prosentase 73,80% yang artinya siswa sudah aktif dan prosentase tersebut sudah
memenuhi prosentase keberhasilan yaitu 70%.
2. Penggunaan model pembelajaran melalui media autematik
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP .Hal ini
adanya peningkatan rata-rata
hasil tes formatif dari
satu siklus ke siklus berikutnya.
Rata-rata nilai formatif pada siklus I = 7,38
terdapat 33 orang tuntas belajar secara klasikal atau sekitar 82,5
% dan rata-rata daya serap kelas mencapai
73,80 %. Rata-rata nilai formatif pada siklus II = 7,93 terdapat 36 orang tuntas belajar secara klasikal atau sekitar 95
%, rata-rata daya serap kelas mencapai 79,30%. Pada siklus III rata-rata nilai
formatif 8,28 terdapat 38 orang tuntas belajar secara klasikal atau sekitar 95
%, rata-rata daya serap kelas mencapai 82,80 %.
Dari analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pembelajaran melalui media autematik terhadap peningkatan kemampuan membaca
pemahaman siswa.
3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan
adalah:
1.
Model
pembelajaran melalui media autematik salah satu model pembelajaran yang
sebaiknya diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar karena dapat meningkatkan
kemampuan kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah, keaktifan siswa dan
kerjasama siswa dalam kelompok
2.
Model
pembelajaran melalui media autematik sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan
siswa, maka diharapkan model pembelajaran melalui media autematik ini dilakukan
secara berkesinambungan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam
membaca pemahaman..
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Kosadi
dan Iim Rahmina. 1995. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung:
Bina Cipta.
Kasbolah E.S.,
Kasihani..1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Depdikbud
Kosasih dan Joko Mumpuni
2005. Bahasa Indonesia . Jakarta :
Piranti Darma Kalokatama
Syamsudin dkk. 2009.
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Rosda Karya Remaja.
Sudjana,
Nana. 1995. Tuntunan Penyusunan Karya
Ilmiah. Bandung
: Sinar Baru
Argenisindo.
Supriyadi, dkk. 1992. Pendidikan
Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaeful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
: Rineka Cipta
Engkoswara.. 1985. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah.
Bandung : Intermediary.
No comments:
Post a Comment